Halo, P-assengers!
Ketika mendengar kata SMA, apasih yang terpikirkan oleh kalian?
Menurut gue, masa SMA itu penuh dengan lika-liku kehidupan. Masa SMA gue tuh penuh dengan segala aktivitas yang menurut gue memberatkan, seperti tugas yang diberikan guru, UKBM, ulangan,dll. Bahkan saking sibuknya aktivitas gue di SMA, tidak pernah terbayangkan buat memiliki me time sendiri. Gue jarang keluar bareng sahabat maupun keluarga gue. Kenapa? Karena alasannya cuma satu, KESIBUKAN SMA! Cuma senyum aja sih dan akhirnya gue ditinggal pergi sendiri. Gue di rumah berkutat pada UKBM dan keluarga gue jalan-jalan.
Kalau kalian mengenal gue dari SMP, pasti kalian bakal terkejut melihat keadaan gue saat SMA. Bukan bermaksud pamer ya, tapi ada satu perubahan besar dalam hidup gue selama ini. Kalau di SMP gue dikenal anak-anak buat orang yang paling rajin ngerjain tugas, buat rangkuman ketika menjelang ujian, suka belajar bareng, dan semua hal berbau positif mengenai anak sekolah alias anak teladan guru-guru. Namun, saat gue udah SMA semua label SMP gue sirna semua. Gue ngerjain tugas h-1 deadline, udah gak lagi buat rangkuman dan alhasil suka gak masuk otak, dan lebih parahnya lagi gue suka gak merhatiin guru. Hahaha bukan murid teladan deh sekarang. Sebenarnya itu semua salah gue sih dan gue gak bisa salahin siapa-siapa buat perubahan dalam diri gue dan untungnya orang tua gak tau masalah gue hehehe. Aman!
Selain itu, kemampuan menghapal gue juga menurun. Terus pada tau kan sepintar apa sih anak anak 81. Pinter semua dan jago! gila, gue yang SMP mempertahankan rank 2 di kelas, sekarang boro-boro rank 2, masuk 10 besar aja dah alhamdulillah hehe. Apa gue kebanyakan micin yak?
Sebenarnya gue sempat putus asa soal SMA ini, apalagi saat masih kelas 10. Awal kehidupan SMA yang terjadi perubahan pada kurikulum. Stress selalu melanda di kehidupan SMA gue, bahkan gue sering mimpi mengenai masa SMA gue yang suram haha. Apalagi rumah gue jauh dan pastinya pulang selalu merasa capek dan malas untuk melakukan aktivitas, terutama belajar.
Karena gue mengejar SNMPTN UGM hukum, gue bertekad untuk berubah. Kenapa gue berubah? Karena gue takut nilai gue gak cukup untuk lolos SNMPTN. Alhamdulillah, kemarin kak Alifah sempat mempresentasi suatu materi yang menurut gue itu ‘ngena’ banget sampai ulu hati gue. Gue jadi merasa malu. So, this is it!
Sejak SMP, gue selalu punya goals atau bisa disebut pencapaian gue di tahun ini. wishlist itu selalu gue tulis di buku gue dan di kertas yang kemudian akan gue taruh di dinding dekat kasur gue (jujur, tahun lalu goals gue cuma 1 yang kesampaian). Sedih? Banget! Karena gue cuma menulis harapan tanpa beraksi. Setelah gue menulis wish, gue langsung membuat deadline dan to-do-list agar harapan itu bukan sekedar tulisan di buku/di kertas. Gue ingin harapan itu menjadi nyata di masa yang akan mendatang. Selain itu, gue juga membuat beberapa plan. Kenapa gue gak buat satu plan saja? Karena ketika plan A gagal, gue bisa langsung beralih ke plan B, dan seterusnya. Gue jadi lebih siap dan matang dalam menwujudkan mimpi-mimpi gue.
Di sinilah kawan, problem dari seluruh umat manusia, yaitu menunda-menunda pekerjaan dan gue menjadi salah satu diantara mereka. Kayaknya sih yang paling parah. Eitss jangan salah, dengan berjalannya waktu, gue mulai membiasakan diri buat ngerjain tugas tepat waktu (meskipun tetap masih mengundur kalau tugasnya terlalu memberatkan bagi gue hehehe). Nah, sayangnya gue masih belum menerapkannya di semua aktivitas sekolah gue. Namun, doain aja mungkin seiring berjalannya waktu semua itu bisa terlaksana.
Selanjutnya membuat skala prioritas dalam hidup. Untungnya udah gue jalanin, seperti memilih untuk belajar daripada menghabiskan waktu dengan berdiri selama satu jam lebih dengan high heels dan baju ribet di undangan pernikahan (gue udah 2 kali dalam 2 bulan ini ditinggal sendiri di rumah). Tapi sayangnya, gue juga suka menghancurkan skala prioritas yang udah gue susun dengan rapi. Hal ini dikarenakan adanya variabel yang masuk dan menghancurkan skala prioritas dan terkadang suka gue sendiri yang menghancurkannya. Mau tau prioritas gue? Pertama Allah SWT. Kedua adalah keluarga. Ketiga ada tugas tugas rumah gue keempat adalah aktivitas sekolah gue. Kelima ada sahabat.
Nah, apasih hubungan “I Dare You To Eat Frog” yang dijelasin dalam presentasi Kak Alifa dengan artikel aku ini?
Umpamakan semua aktivitas beserta tugas dan kewajiban aku sebagai murid SMAN 81 Jakarta itu adalah kodok. Kodok berlendir yang menjijikan untuk dipandang. Apa P-assengers memilih untuk memakan kodok yang menjijikan tapi masih terlihat bagus atau kodok menjijikan yang jelek? Kalau aku pastinya memilih memakan kodok yang terlihat jelek. Maksudnya apa sih?
Kodok yang menjijikan dan terlihat jelek itu adalah representatif dari tugas-tugas yang menyulitkan, sedangkan kodok yang terlihat lebih baik adalah representatif dari tugas-tugas yang mudah dilakukan. Jadi, lebih baik memilih untuk menyelesaikan terlebih dahulu tugas yang ribet dan menyulitkan daripada tugas yang mudah. Hal ini dikarenakan ketika kita menyelesaikan tugas yang menyulitkan, beban yang kita bawa karena tugas-tugas itu mulai terurai. Kita dapat bernapas lega dan tidak ada lagi wajah kekhawatiran akan tugas tersebut.
Segitu dulu ya artikel dari aku! Semoga apa yang aku tulis memberikan gambaran bagi P-assengers untuk merubah diri sendiri menjadi orang yang lebih baik. Lakukan sekarang dan jangan sampai kamu menyesal dikemudian hari karena kamu terlambat menyadari. Lakukan atau lupakan! You life is your choice. See you di next artikel
Salam,
Nicewara Amelia H
Humas Media