Saya bukan merupakan salah satu dari banyak orang yang mendalami seni. Namun bukan artinya saya buta seni lho. Saya tetap menyenangi seni, namun hanya sebatas sebagai audiens atau pengamat.
Jika ditanya karya seni yang menginspirasi, pilihan saya jatuh pada seri film X-Men. Seri film X-Men sendiri sudah mencapai 9 film: X-Men (2000), X2 (2003), X-Men: The Last Stand (2006), X-Men Origins: Wolverine (2009), X-Men: First Class (2011), The Wolverine (2013), X-Men: Days of Future Past (2014), Deadpool dan X-Men: Apocalypse yang sama-sama keluar pada tahun 2016.
Dua–karena satu tidak cukup–yang paling saya sukai dari sembilan film tersebut adalah X-Men: First Class dan X-Men: Days of Future Past. Alasannya cukup sederhana, karena plot yang menarik untuk diikuti, dialog yang sesuai dengan porsinya, dan pemain yang dapat memainkan perannya dengan baik.
Sekilas penjelasan bagi yang kurang familiar dengan seri ini:
X-Men adalah sebuah komik dari Marvel yang mulai digarap menjadi film pada tahun 2000. Film ini berpusat pada kehidupan mutan yang tidak dapat menggunakan kemampuan mereka dengan tepat dan dibenci oleh masyarakat. Tokoh utama yang bernama Charles Xavier, seorang mutan yang dikenal dengan kode nama Professor X muncul dan mendirikan sebuah sekolah untuk anak-anak “bertalenta khusus” yang dinamakan Xavier’s School for Gifted Youngsters. Ia pun mulai merekrut murid untuk dilatih agar dapat menggunakan kekuatan mereka dengan benar.
Apa sangkut-paut film ini dengan visi PIDAS?
Bergerak berinovasi, berkarya menginspirasi. Mari kita telisik lebih jauh kalimat tersebut.
Berkarya menginspirasi sendiri maksudnya adalah menghasilkan sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang positif. Menurut saya, tujuan seseorang berkarya itu bebas. Bisa jadi untuk kesenangan dan kepuasan diri, mengisi waktu luang, menghidupi diri sendiri juga orang-orang terdekatnya, dan yang terakhir yang merupakan bagian dari visi PIDAS: menginspirasi; menjadikan karya kita dirasakan manfaatnya oleh banyak orang.
Sama seperti di film X-Men, Charles Xavier berkarya dengan mendirikan sekolah khusus mutants dengan harapan muridnya dapat belajar mengontrol kemampuan mereka dan suatu hari manusia dan mutant dapat hidup berdampingan dengan damai. Xavier mengerti betul masalah apa yang dihadapi dan dia tidak hanya diam namun berinisiatif untuk mengambil langkah dan mengubahnya. Ditambah dengan keterbatasan fisiknya dimana ia tidak dapat menggunakan kaki nya dan harus bergerak dengan kursi roda. Ini membuktikan bahwa kelemahan tidak menghalangi kita untuk berkarya. Tidak hanya berkarya, ia juga menjadi inspirasi bagi murid, teman, dan rekan kerjanya.
Kedua, bergerak berinovasi. Inovasi artinya menciptakan sesuatu yang baru dari yang sudah ada; pengembangan dan pembaruan. Semua mengalami perubahan karena perkembangan zaman. Sebagai generasi muda, kita dituntut untuk terus bergerak, menawarkan sesuatu yang baru, dan membuat perubahan. Pada film yang terbaru, Charles yang merupakan pimpinan Xavier’s School for Gifted Youngsters mulai berpikiran untuk membuka sekolah nya tidak hanya untuk “kalangan” nya saja namun juga untuk umum, yang berarti manusia tanpa mutasi juga dapat belajar di sekolahnya. Meskipun akhirnya tidak terlaksana sesuai dengan harapannya, paling tidak ia berusaha untuk membuat inovasi untuk mencapai visinya: menyatukan manusia dan mutan agar tidak ada lagi kebencian antara kedua spesies tersebut.
Berkarya menginspirasi, bergerak berinovasi adalah kualitas yang dimiliki oleh pemimpin. Membuat sesuatu yang tidak hanya berkualitas namun menginspirasi dan membuat inovasi agar karya kita tidak cepat mati dan tetap diingat sebagai sesuatu yang membawa dampak positif dan dapat dirasakan manfaatnya.
Jangan malas berkarya, jangan bosan berinovasi.
Yuk, kita mulai realisasikan visi PIDAS!