Who am I? Pertanyaan yang sangat basic tapi ketika dipikirkan oleh diri sendiri akan menjadi pertanyaan yang menarik dan mendalam untuk diingat kembali. Well let’s start then!
Kelahiran aku pada tanggal 10 Agustus 2002 di salah satu RS di daerah Jakarta Timur disambut dengan sukacita oleh keluarga besarku. Persalinan yang harus dilalui Ibuku adalah salah satu kelahiran yang sulit.
Masa kecilku dihabiskan bersama ketiga kakakku dan orang tuaku di daerah perumahan Vila Nusa Indah. Saat kecil, Ibu, aku, dan ketiga saudaraku harus rela untuk berpisah dengan ayahku karena beliau pergi bekerja ke negara lain dan aku hanya bisa bertemu selama 3 sampai 6 bulan sekali. Selagi ayah bekerja, ibu juga membantu mencari nafkah bagi keluarga. Alhasil, aku selalu diajak untuk ke tempat beliau bekerja. Meskipun kedua orang tuaku sibuk bekerja, aku sangat senang karena hidupku berlimpah kasih sayang. Saat kecil, aku termasuk anak yang aktif dan lincah. Hal itu juga menyebabkan aku mendapat julukan “tangan nakal” karena barang yang aku sentuh akan rusak atau hilang, seperti keyboard dan kamera. Kebahagiaanku bertambah ketika ibuku melahirkan adik pada 12 Januari 2005.
Karena usiaku yang sudah cukup untuk menimba ilmu, orang tuaku memasukkanku ke TK Generasi Rabbani. Aku merupakan murid yang aktif saat di sekolah. Pintar dan juga peduli dengan sesama. Selain itu, aku juga memiliki kebiasaan yang aku bawa hingga aku SD, yaitu setiap aku menangis aku selalu berlari ke kamar mandi agar tidak ada yang melihatku dan baru keluar ketika ada guru yang menghampiriku. Guru tersebut tentu hapal kalau aku sedang menangis karena aku tak kunjung kembali ke kelas xoxo XD.
Setelah aku lulus dari TK, aku harus sekolah di SD Global Mandiri agar aku bisa sekolah dengan kakak kedua dan ketigaku. Selain itu, untuk mempermudah orang tuaku dalam urusan antar-jemput dan urusan sekolah. Well, pada awal beradaptasi di sekolah baru, aku bener – bener canggung luar biasa. Bagaimana tidak? Teman-temanku berasal dari keluarga dengan status sosial yang tinggi. Selain itu, mereka juga berasal dari TK Global Mandiri, dimana mereka selalu menggunakan bahasa inggris sebagai pengantar sehari-hari. Aku tentunya yang berasal dari TK negeri merasa malu dan rendah diri ketika bersama teman-temanku. Aku juga tidak bisa berbahasa Inggris saat itu (sebenarnya sampai sekarang pun masih payah). Namun, lambat laun aku mulai memiliki banyak teman dan mulai mempelajari bahasa Inggris. Pengalaman hidup aku di SD sangatlah menarik. Beragam ceritaku ukir disana baik sedih, senang,kesal,dan lain-lain.
Pada masa SMP, merupakan awal kegagalanku. Aku tidak diterima di SMPN 49 Jakarta mengikuti langkah kakak ketigaku. Tapi aku sedih sekaligus senang karena tujuan awal SMP ku bukanlah 49, tetapi Labschool. Ayahku cukup kecewa dengan ketidakterimaan aku di SMPN 49 Jakarta. Bahkan aku hampir tidak lolos SMP Labschool karena ayahku hampir telat membayar uang pangkal sekolah. Terdapat dua alasan kenapa Labschool menjadi target sekolahku. Pertama, janjiku terhadap sahabat SDku bahwa kita akan selalu bersama-sama, meskipun pada akhirnya dia pindah saat kelas 7 semester 2. Kecewa? Sangat. Aku bahwa tidak rela melepas kesedihanku, tetapi karena support yang besar dari sahabat-sahabatku yang lain membantu aku untuk melepaskannya perlahan. Kedua, aku berharap dari SD sampai kuliah aku selalu bersama seseorang. Siapa itu? Kepo!
SMP, aku dikenal sebagai murid yang ambisius, pintar, dan rajin. Aku juga dikenal karena kejahilanku terhadap teman-temanku. Ambisius dan rajin adalah modal awalku untuk mendapatkan prestasi akademik di kelas, yaitu mendapat ranking 2 selalu hehehe (tidak pernah bisa melawan ranking 1 karena dia juga sahabatku dan selalu selisih beberapa poin XD). Aku juga mengalami kesulitan saat berteman saat masuk SMP karena aku tidak cantik dan aku tidak gaul. Bahkan teman sebangku ku adalah teman SDku dan teman di depan bangku ku adalah teman saat les meskipun cuma sekali pertemuan. Sebenarnya, aku cenderung tidak mudah mengingat seseorang jika aku tidak memiliki kenangan di awal pertemuan, makanya aku baru sadar dengan teman di depan bangku ku itu adalah teman les saat dia mengingatkanku ahaha. Skip dan skip masa SMP ku begitu menyenangkan, tetapi aku tidak bisa berteman dengan banyak orang karena mereka tidak bisa terbuka atau justru aku yang malu untuk berteman? Aku harap dengan adanya program kerja dari sekolah dapat membuatku berkenalan dengan yang lain, tetapi nyatanya tidak hehehe.
Menjelang UN, aku sangat bersyukur karena aku berhasil membujuk ibuku untuk hadir di acara doa bersama yang diadakan oleh sekolah selama aku UN. Ibuku juga menunggu aku pulang dan baru bekerja. Itu adalah kejadian yang paling menyenangkan seumur hidup. Itu salah satu bentuk dukungan Ibuku yang terlihat jelas oleh mataku dan menjadikan aku sebagai anak paling bahagia di dunia. Karena itu, aku berusaha keras untuk belajar UN. Setiap ujian yang diadakan oleh sekolah, aku dan dua sahabatku yang lain membiasakan diri untuk membuat rangkuman bersama sama di rumah salah satu sahabatku satu minggu sebelum ujian dan dilakukan di hari sabtu. Kami membuat rangkuman dari seluruh pelajaran dan tentunya diselesaikan selama satu hari full. Kami membagi setiap pelajaran ke diri kami. Aku biasanya memegang pelajaran Bahasa Indonesia, PPKN, sejarah indonesia,dll. Setelah selesai mengerjakan, kami akan pergi ke tukang fotokopi dan mencetak untuk tiga orang. Jadi, setiap orang mendapatkan semua pelajaran. Saat UN pun aku cenderung untuk tidur sebentar. Biasanya aku baru tidur jam 3 atau bahkan tidak sama sekali. Kerja keras dan doa membawakan berkah bagiku. Aku mendapatkan nilai UN yang bagus dan berhasil masuk SMAN 81 Jakarta sesuai dengan harapan ayah.
Aku baru sadar bahwa aku memiliki keunikan tersendiri ketika menjelang UN. Satu minggu sebelum UN aku akan sakit demam hingga muntah muntah heheh. Itu selalu terjadi setiap mau UN. Akurat 100% XD.
Berbeda dengan masa SMP, saat masuk SMA, aku mudah berteman dengan siswa lainnya karena disini anak-anaknya baik dan tidak memandang teman untuk sekedar berkenalan atau berteman. Teman-teman disini easy going apalagi terdapat banyak program kerja OSIS dan sekolah yang membantuku berkenalan dan berteman dengan murid satu sekolah. Masa SMA adalah masa dimana aku memiliki teman laki-laki yang baik hati dan tidak sungkan untuk berteman denganku. Selain itu, selama masa SMA ini, sikap rajin dan ambisius yang kumiliki lenyap karena faktor sistem kurikulum di sekolah dan jauhnya jarak rumah ke sekolah.
Kalau kalian baca pasti kalian tahu bagaimana diriku dari TK sampai SMA.
Well tapi sebenarnya bukan itu inti dari ceritaku hehehe.
Dari dulu aku selalu mencari jati diriku yang sebenarnya. Hidup dalam kesedihan, kebencian, iri, dan segala aspek negatif tidak luput kehadirannya dalam diriku. Iri dengan teman sebayaku, sedih dan benci dengan diri sendiri. Iri karena aku tidak bisa sebaik mereka.Iri karena aku tidak bisa hidup bahagia layaknya mereka. Iri karena aku tidak bisa mendapat apa-apa dalam hidupku. Iri dengan kebebasan yang dimiliki teman-temanku, sedangkan aku tetap terbelenggu dengan perintah, pemikiran, dan ekspektasi tinggi dari orang tua selama hampir 11 tahun lamanya. Aku benci terhadap diriku sendiri karena tidak mampu membebaskan diri dari rantai yang mengikat diriku. Aku tidak bisa bertindak sesuka hati karena selalu ada orang yang memantau sikapku. Didikan dari orang tuaku membuatku untuk bekerja keras untuk belajar dan membuatku menjadi anak yang keras kepala dan egois tanpa memandang orang itu.
Karena itu aku selalu meremehkan perkataan orang yang menyatakan hidup itu indah. Hohoho hell no! Aku belum pernah setuju. Mungkin terdengar tidak meyakinkan kalau aku mengatakan bahwa tempat yang bebas dan menjadi diri sendiri hanya sekolah, buku, drakor, lagu, taman, dan teman. Mereka adalah sesungguhnya tempat berpulangku saat ini. Terkadang aku selalu berpikir bahwa hidupku tidak adil. Terdengar menyedihkan tapi tidak bagiku. Aku selalu tertawa. Diriku tidak akan berubah ketika semua itu belum berubah ahahaha.
Selain itu selama SMA, saat berada di rumah aku cenderung untuk berdiam diri di kamar melakukan aktivitas yang kusuka, seperti membaca, mendengarkan lagu, dan menonton drama korea XD ketimbang berinteraksi dengan keluarga. Bahkan sepertinya saat ini, aku bisa menghitung jumlah senyum dan tawa yang terukir di bibirku.
Tapi dari itu semua, aku sedang berusaha untuk mengubah diriku ke arah yang lebih baik dan mencintai diriku serta keadaanku. Aku juga lebih mendekatkan diri pada yang kuasa.
Eitss sampai sudah kita diakhir cerita nih. Aku harap cuma aku yang mengalaminya seperti ini. Aku harap kalian semua hidup dengan bahagia.
Sekarang, bagaimana ceritamu? Aku tunggu ya
Salam,
Nicewara Amelia