Biasanya, pada malam tahun baru, orang-orang bekumpul bersama keluarga dan teman terdekat mereka. Saling berbagi cerita, menertawakan kejadian-kejadian konyol yang telah mereka lakukan, atau sekedar bernostalgia tentang masa kecil yang menyenangkan. Beberapa orang merayakannya dengan bermain kembang api bersama, membuat jagung bakar, atau hanya sekedar berkumpul di ruang keluarga sambil menonton film.
Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengisi malam tahun baru mereka.
Gue inget banget, malam tahun baru kemarin, gue sedang ‘sibuk’ streaming serial favorit gue.
Tiba-tiba dari luar rumah, mulai muncul suara petasan. Makin lama, suaranya makin keras, dan bertambah banyak. Ditambah suara terompet yang saling bersaut-sautan. Karena telinga gue mulai tidak bisa menerima suara-suara bising tersebut, dengan sangat terpaksa gue berdiri dari depan laptop dan mengecek jam.
11.48
Gue baru sadar, gue udah duduk di depan laptop 2 jam lebih, dan gak sadar kalau tahun baru tinggal beberapa menit lagi. Dan ya… Berpuluh-puluh ucapan dan do’a mulai bermunculan ketika gue mengecek grup angkatan, grup kelas, grup ekskul, dan di beberapa social media seperti Path dan sejenisnya.
Saat itu gue baru benar-benar sadar, kalau 2014 sudah selesai.
—
2014, tahun di mana gue menjadi salah satu bagian dari SMAN 81 Jakarta. Tahun di mana gue harus berpisah dengan teman-teman terdekat gue, dan melanjutkan kehidupan remaja gue di tempat yang baru. Di tahun 2014, gue kehilangan beberapa teman dekat gue, yang entah kenapa tiba-tiba mereka terasa asing bagi gue. Tapi, gue juga bertemu orang-orang baru, yang masing-masing memiliki karakter yang unik. Dan gue juga menemukan ‘keluarga’ baru.
Yap, teman-teman gue di kelas X MIA 2, orang-orang yang super random dan unik yang akan menemani gue selama 3 tahun di SMAN 81 ini. Tempat gue cerita, tempat di mana gue gak perlu malu untuk melakukan hal konyol karena gue tau mereka gak bakal mengejek gue.
PIDAS, keluarga baru yang sudah mengajarkan gue tentang kebersamaan, caring, berani tampil, dan tempat di mana gue bertemu orang-orang unik dengan kemampuan yang luar biasa.
2014 juga mengajarkan gue untuk lebih mencintai dan menghargai diri sendiri, dan orang lain di sekitar gue.
Bagi gue, tahun baru bukan merupakan suatu hal yang harus dirayakan. Tapi, itulah saat di mana kita perlu mengevaluasi diri kita selama 365 hari terakhir, dan berusaha mengubah keburukan dari diri kita di tahun yang baru. Dan di tahun 2015 ini, gue memiliki beberapa resolusi:
Pertama, tentu saja, gue berharap, kesehatan dan kebahagiaan selalu diberikan kepada orang yang gue sayangi dan orang-orang yang menyayangi gue.
Kedua, gue berharap gue bisa lebih pintar dalam hal membagi waktu, tanpa mengabaikan tanggungjawab gue. Gue selama ini bermasalah dalam hal menghargai waktu. Gue mau, di tahun baru ini, gue bisa lebih menghargai waktu yang sudah diberikan Tuhan kepada gue.
Ketiga, gue berharap agar gue bisa menjadi teman, rekan, sahabat, adik, kakak, yang baik bagi orang-orang disekitar gue. Satu hal yang sangat gue takuti yaitu membuat orang disekitar gue kecewa karena gue.
Keempat, gue berharap bisa mengetahui apa yang sebenarnya diri gue inginkan. Obsesi gue. Potensi gue. Gue bisa menjawab pertanyaan, “Mau jadi apa lo 10 tahun lagi?”
Kelima, gue berharap, Hector, bisa menjadi angkatan terbaik, menjadi lebih solid, dan saling menghargai satu sama lain.
Keenam, gue berharap agar nilai-nilai gue bisa terus meningkat–setidaknya stabil.
Dan yang terakhir… Gue harap, dengan usaha dan do’a, semua harapan gue gak cuma menjadi tulisan, gak cuma menjadi harapan yang hanya bisa terkabul diangan-angan gue saja.
Well, gue gak sabar untuk mengetahui apa saja tantangan dan kejutan yang bakal terjadi di 2015.
harus banget foto ini ya dil?