Urgency = Efficiency

Bangun, cuci muka, minum teh, dan mulai mengerjakan tugas sekolah. Itu menjadi rutinitasku selama hari libur, hanya mengubah tugas dengan sekolah pada hari-hari weekdays. Rutinitas sehari-hariku relatif sama dengan kerja kelompok dan janjian bersama teman menjadi pengecualian pada hari-hari tertentu. Pada malam hari, aku selalu meluangkan waktu sepuluh menit untuk merancang hari esok dalam jurnal harianku. Pertama, aku menuliskan segala hal yang harus ku kerjakan untuk minggu tersebut, lalu ku bagi tugas tersebut agar semuanya dapat dikerjakan tanpa membuatku lelah sehingga hasilnya maksimal. Dengan kebiasaan itu, aku bisa menyelesaikan tugasku tanpa stress dan dengan fokus.

Dalam topik time management, kita semua pastinya memiliki teknik dan kebiasaan sendiri dalam membagi waktu kita. Secara pribadi aku mengggunakan gabungan antara teknik Eat The Frog dan Urgency + Importance Scale. Saat membagi tugas, aku melihat seberapa penting tugas tersebut, deadlinenya, dan perasaan pribadiku terhadap tugas tersebut. Prioritas pada pagi hari untukku adalah tugas yang paling sulit, tidak aku suka, dan deadlinenya masih jauh. Kenapa deadline jauh? Karena, dari pengalaman, aku lebih senang mengerjakan tugas berikutnya jika aku tidak memiliki beban deadline yang urgent. Skala pengerjaanku adalah sebagai berikut:

  1. Kategori A: Tugas yang susah, tidakku suka, dan deadlinenya jauh.
  2. Kategori B: Tugas yang mudah, tidakku suka, dan deadlinenya dekat.
  3. Kategori C: Tugas yang susah, disukai, dan deadlinenya jauh.
  4. Kategori D: Tugas yang mudah, disukai, dan deadlinenya dekat.

Saat membagi tugas untuk minggu tersebut, aku memilih untuk mengerjakan dua tugas sehari atau maksimal tiga tugas. Cara menyocokkan tugasku relaif mudah, aku memasangkan tugas kategori A dengan D lalu kategori B dengan C. Alasan dibalik itu adalah dengan sistem tersebut, aku mendapat keseimbangan antara tingkat kesulitan dan kesukaanku terhadap tugas yang akan kulakukan pada hari tersebut. Teknik ini membantu mengangkat beban deadline yang dapat memicu stres dalam diri ku. Sebenarnya teknik ini memiliki peran yang serupa degan teknikn FROG, kita mengerjakan sesuatu berdasarkan tingkat kepentingannya dalam kehidupan kita.

Saat kita ingin mengerjakan suatu tugas dan sulit menentukan seberapa pentingnya tugas tersebut, kita harus melihat faktor durasi dan kesulitan tugas tersebut. Contohnya, mengerjakan review film akan mengambil waktu yang singkat karena kita hanya menyampaikan pendapat pribadi kita terhadap film tersebut dan itu sesuatu yang dapat diketik secara spontan. Sedangkan, saat kita menulis sesuatu seperti naskah, cerpen, atau puisi, prosesnya akan menjadi lebih panjang karena ada tahap perencanaan serta penulisan dan penyuntingan. Cara membagi waktu untuk tugas yang memiliki lebih dari satu tahap pengerjaan adalah dengan mengerjakan satu tahap terlebih dahulu baru melakukan tahap lain pada lain waktu. Tentu saja, dalam melakukan itu, diperlukan jangka waktu yang panjang dan tidak mepet dengan deadline. Itu kenapa melakukan pembagian atas waktu mengerjakan tugas-tugas itu adalah suatu hal yang penting.

Ada juga faktor rasa malas atau letih saat mengerjakan tugas. Bagaimana cara untuk menghilangkan rasa jenuh atau malas tersebut? Dengan mengerjakan sebagian dari tugas tersebut lalu berhenti jika sudah merasa sangat jenuh. Karena, menurut berbagai riset, saat kita mengerjakan sesuatu untuk durasi waktu yang lama, ke efektifitasan dari kegiatan tersebut berkurang secara signifikan. Tujuan dari membagi waktu adalah untuk mengerjakan sesuatu secara efisien, sehingga waktu yang kita gunakan tidak terbuang dengan begitu saja. Banyak orang yang miskonsepsi antara apa yang membuat sesuatu efisien. Saat sesuatu itu efisien, kita bisa melihat bahwa hal tersebut tuntas, tetapi tidak memakan waktu lebih dari seharusnya. Jika kita berhasil menata waktu dengan baik, belajar untuk suatu ulangan tidak akan memakan tiga jam penuh tanpa istirahat. Tetapi dapat diselesaikan dalam dua jam, sehingga kita dapat fokus pada hal lain.

Sesuatu yang sangat menggangu efisiensi adalah gadget. Secara pribadi, saat aku mengerjakan tugas dengan kehadiran gadget didekat apapun yang ku kerjakan, kemungkinan besar aku akan memeriksa gadgetku beberapa kali selama proses pembelajaran atau saat mengerjakan tugas. Ini kenapa, aku menyarankan meletakkan gadget ditempat yang aman dan sedikit jauh dari meja belajar. Atau, kau bisa mendownload suatu aplikasi yang mengunci aplikasi lain, sehingga tidak akan ada notifikasi yang dapat menggangu konsentrasi. Tentu saja ada saat dimana kita memerlukan gadget untuk mengerjakan tugas kita. Tetapi kita harus berusaha untuk meminimalisir penggunaannya untuk hal-hal yang tidak perlu dibuka pada saat itu juga. Karena, jika kita dapat menyelesaikan tugas kita sekarang, kita dapat bermain sepuasnya setelah kita mengerjakan tugas kita.

Apa keuntungan dari menggunakan teknik ini? Menurutku ini membantu mempermudah sesuatu yang biasa kita anggap begitu rumit. Jika sesuatu sudah terlihat sulit dipikiran kita, hal yang paling mudah dilakukan adalah dengan mencoba mengubah perspektif kita terhadap tugas tersebut. Saat kita melabel sesuatu menjadi tugas yang harus kita kerjakan, kita merasakan desakan untuk mengerjakan tugas tersebut sehingga kita tidak terlalu rela dalam mengerjakannya. Otak manusia telah belajar untuk ingin memiliki kontrol saat menghadapi situasi apapun, sehingga saat diberikan tugas yang terkesan mendesak dan wajib dikerjakan kita tidak akan berkerja dengan senang hati ynag dapat membuat kita berkerja secara tidak efektif. Dengan itu, aku hanya dapat berpesan untuk tidak menganggap tugas sebagai beban. Orang tua meminta kita untuk menyapu teras? Ya setidaknya kita dapat membantu mereka. Guru meminta kita mengerjakan soal latihan? Setidaknya itu membantu kita dalam memahami materi. Walaupun tidak diperiksa juga akhirnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *