Halooo, P-Assengers!
Ketemu lagi nih, dengan artikel-artikel teman-teman PIDAS. Kali ini kami membuat artikel untuk menyambut Hari PENTAS! Apa sih PENTAS? PENTAS itu merupakan hari dimana anggota PIDAS merayakan Hari Pendidikan Nasional. Lalu, kenapa dirayain? Ya karena kita masih pelajar, daan pelajar juga merupakan salah satu unsur utama dari pendidikan nasional, Iya kan?
Nah, selain itu di hari PENTAS ini kita juga mendapatkan pelajaran penting loh! Apa tuh? Yaitu membaca. Emang membaca penting apa? Di Indonesia ini, tingkat kesadaran untuk membaca masih bisa dikatakan sangat rendah, loh! Padahal, dengan membaca kita bisa memperoleh baaanyak sekali manfaat loh! Seperti kita bisa menjadi tahu tentang banyak hal, kita bisa membuka pandangan tentang dunia di luar, kita bisa berimajinasi, dannn masih banyak lagi. Maka dari itu, kalo kita ga sering-sering baca, gimana pendidikan Indonesia bisa maju? Betul kan? Terimakasih PIDAS ❤
Nah, lanjut. Sebelum itu, gue akan bahas display picturenya dulu. Arti kata galau ini adalah pikiran yang sangat ramai, kacau, tidak keruan. Nah karena itu, dengan membaca buku yang sudah gue baca mungkin akan meminimalisir keadaan tersebut.
Kali ini gue akan membahas tentang untaian kata yang dibukukan, loh. Lalu kenapa hujan? Karena gue akan membahas buku berjudul “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Pramono. Nah buku ini merupakan buku kumpulan sajak yang Ia ciptakan dari mulai tahun 1959-1994. Buku dengan tebal 120 halaman ini memuat 102 sajak karya Sapardi Djoko Pramono loh!
Nah, Sapardi Djoko Pramono ini merupakan sastrawan terkenal Indonesia. Dan gue juga pernah membahas tentang karya Sapardi Djoko Pramono ini loh dalam artikel pertama gue, jadi yaa udah gak asing lagi laah.
Walaupun buku ini merupakan sekumpulan sajak, tetapi buku ini memilih judul Hujan Bulan Juni, karena di dalam buku ini dimuat sajaknya yang paling terkenal yaitu Hujan Bulan Juni. Nah ini dia pembuktian bahwa hujan membawa rezeki (Oke mulai gak nyambung). Nah ini dia cuplikan sajaknya yang berjudul Hujan Bulan Juni, cekidot!
Hujan di bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
(1989)
Wow, ada yang aneh gak dari sajak tersebut?
Nah kalo dicermati, bahkan dari judulnya aja kelihatan. Bahkan musim hujan aja berkisar antara Oktober sampai Maret. Juni itu masa-masa liburan kita kan? Iya, bisa dibilang Juni itu merupakan waktu dimana sedang panas-panasnya, jadi yaa hujan turun kemungkinannya kecil. Tambah bingung gak? Dalam sajak ini, pengarang menggambarkan dirinya sebagai Hujan Bulan Juni dan seseorang yang didambakannya sebagai Pohon Berbunga tersebut. Nah menurut gue, disini pengarang tersebut menggambarkan kesabaran bahkan dirinya yang mungkin sedikit kemungkinannya untuk menyampaikan rindu atau apapun itu, kepada seseorang yang Ia dambakan. Dan Ia meluapkan perasaan tersebut dalam sajaknya. Yaa itu salah satu sajak karya beliau yang ada di buku ini. Lalu, ada apa lagi nih? Selain sajak romantika, banyak juga loh yang bertemakan agama, tentang pengalaman dirinya, sosial, dan masih banyak lagi.
Pasti pada mikir kan “Ih apaan sih baca ginian, males banget dah.”
Yak yak yak yak, yakan! Udah deh, itu tuh pemikiran yang salah besar! Bahkan, gue aja seneng banget dapet buku ini. Ini buku kalo gue punya duit, daridulu udah gue beli dah. Terimakasih pemilik buku ini sudah membuat permintaan ku terkabul❤. Nah loh terus kenapa gue suka? Nah gue termasuk salah satu penikmat karya seni sastra, dan membaca sajak-sajak dalam buku ini merupakan salah satu kenikmatan buat gue sendiri aww. Coba deh, bagi yang sering jenuh atau putus asa atau galau ataupun jatuh cinta tidak sampai atau bahkan sedang jatuh cinta sejatuh-jatuhnya banyak baca jenis sastra seperti sajak atau puisi gitu, siapa tau perasaan-perasaan tersebut akan mereda (bagi yang frustasi) atau juga senyum-senyum sendiri (bagi yang jatuh cinta) atau juga kalau kalian punya potensi atau bakat yang terpendam, dengan membaca banyak karya sastra kalian bisa menuangkan potensi tersebut, loh!
Dari buku ini, banyak yang bisa diambil loh. Dari pelajaran yang paling kecil, yaitu menambah banyak kosakata. Karena dalam sajak tersebut banyak digunakan makna konotatif. Kalian tau sendiri kan kalo Bahasa Indonesia itu termasuk ke dalam bahasa yang susah? Nah karena di dalam Bahasa Indonesia tersebut terdapat banyak kata konotasi yang memiliki makna tinggi. Nah selain itu, kita bisa memperoleh banyak pengalaman hidup penulis dengan cara memaknai sajak tersebut. Dengan memaknai sajak tersebut kita diajak untuk berpikir secara mendalam.