SATU… DUA…TIGA…EMPAT…LIMA…ENAM…TUJUH…DELAPAN…SEMBILAN…SEPULUH…SATU SERI!
Adakah yang tau itu? Ya, itu disebut hitungan seri. Gue mulai terbiasa dengan kata-kata itu karena mengikuti sebuah kegiatan yang disebut TO. TO merupakan kegiatan tahunan SMAN 81 Jakarta, yang merupakan kependekan dari Trip Observasi. Trip Observasi itu kegiatan mengunjungi desa di pedalaman yang bertujuan untuk menumbuhkan pribadi baik siswa yang meliputi aspek sosial, agama, dan intelektual. Di kegiatan itu kita tinggal bersama penduduk asli dan bersama teman satu regu. Kegiatan ini memakan waktu 4 hari 3 malam. Whoa, kebayang dong serunya gimana!
Sabtu, 20 Desember 2014
Teng. Alarm gue berbunyi dan gue bergegas bangun menyiapkan diri lalu tidak lupa menyiapkan barang bawaan. Gue pun sampe sekolah, bertemu dengan regu gue. Regu 3, yang beranggotakan Yendra, Abraham, Adlina, Fira, Goldy, Aulia, Oca, Edwin, dan gue. Kita dari kelas yang berbeda-beda, tapi gue yakin kita bakal makin kompak kedepannya. Setelah menemui regu gue, kita menuju bus menaruh barang bawaan dan kita sibuk dengan nametag kita masing-masing yang memang, susah cara pakenya. Sesuai rundown acara, agenda kita pagi ini adalah pelepasan peserta TO. Lalu, kita bergegas ke bus dan menikmati perjalanan yang ya, lumayan lama.
Sampai di lokasi, kita langsung diarahkan untuk kumpul di lapangan. Gue pun memperhatikan keadaan sekitar. Lokasi TO kita adalah di Desa Puteran, Kecamatan Cikalong Wetan, Bandung Barat. Dengan jalanan menuju lokasi yang sempit namun aspal, lalu terdapat rel kereta api dan stasiun kereta api kecil sebagai sarana transportasi warga, juga pola pemukiman yang menanjak. “Gue rasa gue bakal harus naik turun buat bolak balik lapangan sama rumah”, dan ternyata benar. Saat penentuan rumah, gue harus jalan menanjak ke jalan belum aspal yang waktu itu sedikit licin karena hujan, dan ternyata…. Rumah regu gue di paling ujung. Dan, koper dan barang bawaan ‘berat’ lainnya belom dibawa. Dengan susah payah bawa barang-barang ke rumah.
Hari itu, ada jadwal untuk pencarian data penelitian untuk pembuatan charta. Namun, hujan deras pun mengguyur dan kita kesulitan untuk mencari data. Akhirnya, gue dan regu gue gabut di rumah, namun, disitu kita mulai deket, mulai mengenal satu sama lain, saling cerita, ada juga yang curhat, yha. Ada juga yang nyanyi-nyanyi, ya seru pokoknya. Pada saat itu juga, kita mulai beradaptasi.
Minggu, 21 Desember 2014
Sesuai rundown, pagi itu dibuka dengan senam pagi. Selesai senam pagi, acara selanjutnya adalah apel dan pemberian bintang pada setiap regu. Jadi bintang menandakan prestasi juga pelanggaran dari setiap regu. Bintang biru menandakan prestasi dalam bidang kerohanian, bintang hijau menandakan prestasi dalam bidang sosial, dan bintang hitam menandakan pelanggaran. Deg-degan banget rasanya, kira-kira dapet bintang apa ya? Ternyata, regu gue gak dapet bintang. “Yasudahlah”,pikir gue. Hari itu, hari pembuatan charta dan hari terakhir pengumpulan data. Masing-masing pemenang mini charta dari tiap tema presentasi dan dilombakan. Saat malam pun, hujan deras kembali mengguyur lokasi, kita tidak dapat melanjutkan acara dan akhirnya sesi cerita horror pun dimulai di rumah.
Senin, 22 Desember 2014
Hari ini penjelajahan. Yay! “Ini yang gue tunggu-tunggu”, gumam gue. Dengan pakaian serba hitam, gue dan 6 anak dari regu gue berangkat ke lokasi. Sisanya, ikut lomba memasak di rumah. Kita menyusuri daerah seperti hutan dan sawah. Di kegiatan itu kita harus melewati 4 pos. Yang pertama, yaitu pos kerohanian. Dengan kak AG dan kak Ita, kita diberi pelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik, terutama dalam aspek rohani. Lanjut ke pos kedua dengan jalan yang lumayan licin dan berliku, merupakan pos keberanian. Waktu itu, regu gue dengan kak Rayi dan kak Anin. Kita dituntut untuk lebih inisiatif, aktif, juga untuk menjadi tangguh dan disiplin. Jalan menuju pos ketiga, melewati perjalanan yang panjang, dengan menyusuri kali kecil dan sawah, kita akhirnya sampai di pos kebangsaan. Terdapat Kak Rahman, Kak Maria, Kak Marshal, juga Kak Mikael yang sedang berdiri di tengah lumpur, kita pun masuk ke lumpur dan diminta untuk menangkap belut sebanyak mungkin. Di pos ini, kita diajarkan untuk berani ambil risiko, tidak takut, juga belajar bekerjasama. Pos terakhir, terdapat Kak Algadri dan Kak Achmad yang memberikan kita pelajaran terakhir. Bahwa hal baik yang kita dapatkan di TO harus diterapkan di kehidupan sehari-hari dan membuang sifat buruk kami.
Malam pun tiba, kita bersiap untuk perang vandel! Gue sama Adlina dan Oca bertugas untuk membangunkan yang lain saat perang vandel tiba. Pukul 1 pagi pun tiba, deg-degan rasanya, kita bergegas bangun dan melihat kearah jendela. Namun, belum ada yang menandakan ‘perang’ sudah dimulai. Kita pun menunggu sampai jam 3, tiba-tiba ada lampu senter yang menyoroti vandel kita, menandakan perang sudah dimulai! Teman satu regu pun teriak-teriak panik. Perang vandel terdiri dari 4 babak, namun sayang, kita kalah di babak ketiga. Namun, tetap seru dan juga menyenangkan!
Selasa, 23 Desember 2014
Hari terakhir kita melaksanakan TO, ada pengumuman juara dari setiap lomba. Dan saat itu, merupakan hari yang paling menggembirakan karena sebagai satu angkatan, angkatan kami, Hector, semakin kompak dan semangat! Kita sudah meyakini dalam diri kita bahwa kita adalah satu kesatuan yang memiliki rasa soliditas yang tinggi. Pada hari itu, kami semakin bangga meneriakan nama Hector. Kita pun meneriakan nama Hector ke udara berulang kali, “HECTOR! HECTOR! HECTOR!!!”
TO merupakan pengalaman yang tak terlupakan, banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kegiatan ini. Maka itu, saya, bersama teman-teman mengucapkan banyak terimakasih pada guru-guru, panitia orangtua, kakak PO, kakak MPK, warga Desa Puteran, dan warga sekolah lainnya. Dan tak lupa pada teman-teman Hector yang membuat TO ini terasa super sekali! 🙂