2014 layaknya sebungkus ‘nano-nano’, manis asam asin. Jika digambarkan dalam 1 kata, 2014 menjadi tahun yang ‘abstrak’. Tanpa alur cerita yang jelas dan di tutup dengan ending yang kurang mengenakkan. Ya, begitulah tahun 2014 bagi saya.
Banyak hal yang telah terjadi, dan tak sedikit penyesalan yang ada. Bahwa kenyataannya, resolusi yang saya buat 365 hari yang lalu terhenti di 3/4 jalan. Walaupun ada beberapa yang pada akhirnya tersampaikan. Seperti misalnya, 365 hari yang lalu saya mendambakan untuk menjadi Capsis dan 6 bulan kemudian, saya menjadi bagian dari itu. Kemudian tak terhenti menjadi capsis, kala itu saya mendapat ‘panggilan’ untuk menjadi pemimpin mereka. Hingga 17 agustus kemarin, saya berhasil jadi Pengurus OSIS dengan mengemban jabatan sebagai ketua. Ambisi lain muncul di pertengahan 2014. Ketika itu terbersit di pikiran ingin menjadi bagian dari keluarga Pidas SMAN 81. Dan alhamdulillah, hal itu juga tersampaikan. Tapi sama sekali tak ada kata “puas” yang terlintas dalam pikiran. Manakala melihat hasil belajar semester 2 pada bulan juli dan semester 3 di akhir desember. Tidak buruk, memang. Tapi belum cukup untuk membuat senyum di wajah kedua orang tua.
Banyak waktu yang terbuang sia-sia pada 2014 kemarin. Sifat malas yang masih menempel membuat, mungkin hanya 6 bulan waktu produktif saya di 2014. Sisanya? Produktif hanya untuk kebutuhan psikologis, artinya terbuang hanya untuk bersenang-senang. Tak berhenti di soal management waktu. Jika menengok sedikit mengenai management keuangan, maka 2014 menjadi tahun yang buruk. Cukup banyak uang yang terbuang untuk nongkrong-nongkrong tidak jelas. Walau memang, di neraca pengeluaran tertulis untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, jika di total mungkin sudah cukup untuk buka rekening di bank. Atau memenuhi celengan dan jadi investasi masa depan. Tak hanya hal-hal yang berhubungan dengan duniawi. Menengok masalah spiritual, yang tak juga memuaskan. Seakan-akan waktu saya terbuang habis untuk memikirkan masalah duniawi dan melupakan hubungan dengan tuhan. Contoh kecil yang terlihat sepele, bahkan waktu itu saya sempat lupa. “Sekarang tahun berapa dalam kalender islam?”. Masih suka kelewatan untuk sholat dan membantah orang tua merupakan contoh nyata, betapa gagalnya saya dalam menjalankan agama sesuai ajaran nabi Muhammad S.A.W.
Do I regret it? Yes
Tapi penyesalan tak akan berguna jika hanya diratapi saja. Penyesalan ada, untuk dijadikan evaluasi agar kedepannya kesalahan-kesalahan seperti itu tak terulang lagi. Untuk itu, saya berusaha memulai tahun 2015 dengan 3 langkah
- Bahwa saya akan berusaha menghindari sifat malas yang masih menempel dalam diri saya. Membuat agenda/ jadwal terstruktur dan memanage waktu sebaik mungkin. Waktu luang akan saya coba untuk mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat. Membatasi pengeluaran dengan memasang mindset kalau dompet sedang kosong. Haha. Juga membuat neraca keuangan agar profit, tentunya. Berusaha menyeimbangkan Antara dunia dan akhirat. Juga tak melalaikan kewajiban agama.
- Bahwa yang ingin saya temukan di 2015 adalah sebuah kepuasan. Walau saya tau, manusia tak akan pernah merasa puas. Tapi justru dengan begitu, kita bisa memasang mindset untuk terus berkembang. Hingga nanti ketika kita sudah lebih baik dari sekarang, kita akan berusaha untuk mencari kepuasan yang lain. Setidaknya, itu yang baru saja saya temukan beberapa hari yang lalu. Menyadari tuntutan nilai untuk undangan cukup besar, maka saya juga berharap mendapat nilai setidaknya tidak ada B- di semester ini dan 2 A- di bagian peminatan padan semester selanjutnya. Menyisihkan 40% dari uang saku setiap bulannya. Juga berusaha untuk menemukan bakat dan minat dalam memilih untuk jenjang selanjutnya di perguruan tinggi negeri favorit.
- Terakhir, satu kata yang saya harap menggambarkan 2015 adalah “senyum”. Menjalankan segala hal di 2015 dengan senyum dan mengakhiri 2015 dengan tertawa lepas karna telah berhasil menuntaskan resolusi yang saya buat saat ini.
Jika berdasarkan skala 1-10, 2014 mendapat nilai 1 dan saya berharap 2015 menjadi 1.5. Tak perlu muluk-muluk. Yang penting bertahap agar selalu ada hasrat untuk menjadi lebih dan lebih baik.
“nobody can go back and start a new beginning, but anyone can start today and make a new ending”