The Rights of a Sex Worker?

Berita menghebohkan dari Belle Knox, seorang pornstar muda yang dihujat habis-habisan oleh khalayak ramai hanya karena ia menjalankan dan mencintai ‘profesi’ pilihannya, baru-baru ini menyadarkan saya akan satu hal.

I always believe in human rights—that all human being have rights to live, to get education, to display and receive affections, to do what they love, to enjoy life.  But here’s the thing : Do those sex workers have rights too?

Seperti yang dilansir oleh The Huffington Post 20 Maret 2014 lalu, Belle Knox menyatakan kekecewaannya terhadap keadaan yang tengah Ia hadapi. Bermula dari sebuah adult film yang dibintanginya bulan November lalu, Belle Knox sekarang dikenal sebagi The Duke Pornstar (Duke is her school’s name). Namanya sedang meroket tinggi, namun hampir setiap hari Ia ‘diteror’ oleh orang-orang yang tidak menyukainya, entah hanya karena rasa risih, terganggu atau bahkan iri. Setiap hari, akun twitter Belle selalu penuh dengan tweet-tweet sarkastik penuh kebencian dari orang-orang yang bahkan tidak dikenalnya, or what people called it ‘haters’. Tiap Ia pergi sekolah, tidak pernah satu hari pun terlewat tanpa menerima tatapan menyakitkan dan tatapan-tatapan menghakimi. Parahnya, sampai ada orang yang meneror Belle dengan mengirimkannya ‘death threats’ dan mengancam akan membunuhnya, melukai keluarga dan teman-temannya.

Namun, walaupun kecewa dengan perlakuan yang Ia terima dari masyarakat, Belle berkata bahwa Ia tidak akan mundur. Ia tidak akan merubah ‘profesi’nya hanya untuk memenuhi keinginan umum, karena Ia sudah memilih sex industry sebagai tempatnya berkecimpung mencari nafkah. Karena Ia tahu yang Ia lakukan, dan Ia mencintai pekerjaannya. Bahkan keluarganya memberikan dukungan terhadap apapun pilihan Belle. Ia berkata, Ia ingin merubah pandangan negative orang tentang sex workers dan ingin menegakkan hak asasi pekerja seksual.

Sex Worker sendiri adalah sebuah sebutan bagi orang, umumnya kaum hawa, yang seperti kasus Belle Knox tadi, memilih sex industry sebagai tempat mencari nafkah. Sex Worker sendiri terdiri dari banyak macam, salah satunya Pornstar atau Bintang Pornografi dan PSK (Pekerja Seksual Komersil) atau Prostitusi. Kalau Pornstar kebanyakan hanya dibayar untuk membintangi film-film dewasa , kalau PSK dibayar untuk memuaskan nafsu orang yang telah membayar, atau bahasa kasarnya menjual tubuh.

Lalu apa perbedaan Sex Workers dengan fenomena cabe-cabean yang baru-baru ini merajalela?

Jelas beda. Kalau cabe-cabean sebutan untuk para perempuan, biasanya dibawah umur, yang berpakaian dan bertingkah laku tidak sinkron dengan status sosialnya, sedangkan sex workers itu para perempuan yang berpakaian, bertingkah laku dan bekerja sesuai dengan profesinya.

Apakah Bintang Porno dan PSK itu sebuah profesi?

Bukankah setiap orang, baik di profesi satu maupun di profesi lainnya, mempunyai hak yang sama?

Hak Asasi Manusia tidaklah memandang dari profesi apa orang itu bertahan hidup. Semua orang berhak menjalankan dengan sepenuh hati pekerjaan yang dicintai, dan tidak ada satu pun orang yang punya kuasa untuk menghakimi, mengasingi, atau bahkan memprovokatori orang bersangkutan saat mendalami pekerjaannya. The same goes to Sex Workers.

Kenyataannya, Belle Knox dan banyak wanita senasib mencintai pekerjaannya. Why do we even bother to hate them?

Bukannya saya menyetujui keputusan Belle Knox untuk menjadi pornstar saat ia bahkan masih duduk di bangku sekolah. Masih banyak yang bisa diraih Belle di masa mudanya ini—prestasi akademis maupun non akademis, misalnya. Tapi, ketika saya pikir lagi, pasti ada alasan dibalik semua keputusan. Mungkin memang passion Belle Knox muncul saat Ia sedang melenggak-lenggok dengan busana minim di depan kamera? Entahlah.

Di Indonesia sendiri, masalah pekerja seksual dan pornografi ini masih sangat tabu untuk diangkat ke public. Dengan mayoritas penduduknya beragama Islam yang melarang keras perzinahan, tidak heran kalau para pekerja seksual di negeri ini sering direndahkan, dan dirampas haknya untuk mencari nafkah. Ironis memang kalau mengingat masalah ini masih menjadi isu yang sangat sensitive di masyarakat, padahal ratusan anak dibawah umur telah terkontaminasi pikirannya oleh situs pornografi di internet.

Saya sendiri sebenarnya selalu dalam pihak kontra kalau membahas masalah pornografi dan prostitusi ini, karena saya pribadi berpikir dengan begitu banyak profesi yang ada di dunia, kenapa harus memilih yang lebih banyak dampak negative daripada positifnya?

Walaupun begitu, saya ingin mencoba lebih open-minded. Hak itu dimiliki oleh semua manusia, tak peduli tingkatan kasta dan status sosial. Semua orang berhak untuk menjalankan profesinya tanpa diganggu penilaian orang lain, kalau memang profesi itu adalah yang terbaik untuk dirinya.

Cheers!

Sumber : http://www.huffingtonpost.com/2014/03/20/duke-porn-star-belle-knox_n_4995159.html

 

Allya Mahira (nametag)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *