Tentang Waktu dan Perubahan

Halo, P-assengers!

Kita berjumpa lagi di blog PIDAS. Artikel yang konyol ini terlihat sedikit canggung jika disandingkan dengan yang lain, karena bagi kakak-kakak yang sekarang sudah naik ke kelas 12, tugas artikel ini merupakan kesempatan terakhir mereka untuk dapat menyambut kalian dengan hangat di laman blog PIDAS.

Sebelum aku memulai penjabaranku atas segala sesuatu yang telah berubah selama aku menjadi anggota PIDAS, ada baiknya kita mengapresiasi seluruh anggota kepengurusan Incredible (beserta para pengurus, tentunya), terutama yang semester ini telah menempati hot seat kelas 12 karena tanpa mereka, Incredible hanya akan menjadi sebuah nama tanpa jiwa yang menghidupkannya. See you on top, kakak-kakak sekalian!

Nah, sekarang, kembali lagi ke aku. Aku tetap Kayla Shifa yang lebih akrab dipanggil Kei layaknya setahun sebelumnya. Sayang sekali, hanya nama itu yang aku punya, jadi aku tak akan membahasnya karena tidak ada yang berubah dan dapat diubah.

Jika kalian menekuni sejarah, kalian akan merasa familiar dengan suatu konsep yang dapat dipanggil, ‘perubahan’. Perubahan merupakan sebuah konsep yang tak bisa dimanipulasi sedemikian rupa agar tidak memutar dan menelan orang-orang yang bersenggolan dengannya. Di setiap detik dalam hidup, pasti ada saja hal yang berubah. Saat aku menulis ini, misalnya. Pada setiap detiknya, jemariku dapat meloncat dalam euforia yang dihasilkan pegas keyboard dari satu tombol ke tombol lainnya.

Baik, Kei. Berhenti dengan omong kosongmu itu! Pertanyaannya sebatas apa yang telah kamu lakukan di PIDAS setahun ke belakang dan perubahan yang kamu rasakan selama setahun ini.

Selama aku menjadi seorang anggota PIDAS, aku belajar bahwa setiap orang mempunyai bebannya masing-masing. Walaupun begitu, kita dapat saling meringankan beban satu sama lain dengan saling melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada. Hal inilah yang membuatku lebih dekat dengan mereka yang bekerja denganku. Lewat hal ini, aku menjadi sangat akrab dengan orang-orang yang mungkin tak akan kukenal jika aku tidak bergabung dengan PIDAS. Kedekatan ini sejujurnya membuatku berubah menjadi jauh lebih team-oriented dalam memenuhi suatu tujuan, dan secara pribadi, lebih terbuka atas kesusahanku dan lebih menghargai orang lain.

Aku juga belajar bahwa tidak ada hal yang terlalu mudah. Namun, sebaliknya, tidak ada hal yang terlalu sulit juga. Contohnya, selama penggalangan dana SHARE berlangsung, kami sudah bingung harus mencari dana seperti apa lagi agar target nominal dapat tercapai. Sampai-sampai tanggalnya harus diundur dan nominal yang dibutuhkan bertambah lagi. Namun, semua akhirnya menyatukan semangat untuk dapat mewujudkan acara SHARE 2018 dengan kemampuannya masing-masing. Hal ini membuatku sadar bahwa aku harus tetap menyelesaikan segala sesuatu meskipun terkesan impossible untuk dicapai.

Oh ya, mengenai SHARE, aku bangga dengan fakta bahwa aku dapat menggunakan suatu hal yang aku suka untuk membuat orang lain bahagia. Aku kira, kesukaanku terhadap seni tari hanya dapat membuat diriku sendiri senang, namun ternyata hal tersebut dapat membantu kami semua menggalang dana untuk diserahkan ke panti asuhan dan dalam prosesnya, membuat teman-teman dan kakak-kakak anggota dan pengurus PIDAS merasa terhibur di tengah kelelahan mereka berjualan kesana kemari.

Aku juga tak dapat melupakan saat di mana mamaku menyumbangkan beberapa kotak nasi uduk untuk dijual ketika penggalangan dana SHARE, namun agenda CFD hari itu dibatalkan dulu. Akhirnya salah satu temanku membeli semuanya dengan satu syarat- kotak-kotak tersebut harus dibagikan kepada orang lain. Lalu, aku dan tiga orang lainnya membagikan kotak-kotak tsb. ke orang-orang di sekitar BKT. Aku bahkan tak menyangka akan menelusuri BKT sejauh itu sebelumnya.

Nah, karena ini artikel terakhirmu selama menjadi anggota PIDAS kepengurusan Incredible, apa kabar dengan mimpi yang kamu tuliskan di artikel pertama itu?

Tentu, mimpiku untuk menetap di luar negeri belum bisa tercapai. Terlebih mengharumkan nama bangsa dan negara di kancah internasional. Namun, mimpiku untuk dapat menjadi seorang pelipur lara untuk bagi orang lain dengan apa yang aku lakukan tanpa mengabaikan kebahagiaanku sendiri….hal itu telah kucapai sedikit demi sedikit. Aku telah berbagi banyak canda tawa dengan rekan-rekanku di PIDAS dan mengerjakan hal-hal yang aku gemari (mendesain untuk Instagram, menulis wording) sekaligus membuat orang lain terhibur dan bertambah wawasannya, dan menurutku, walaupun mimpi itu belum tercapai sepenuhnya, aku telah bisa melihat cahaya mengintip di balik selimut kabut di langit luas yang kupanggil relung.

Demikianlah sebuah ringkasan kehidupanku selama setahun ini di PIDAS. Semoga di kepengurusan selanjutnya aku dapat menggali potensiku lebih dalam. Bye!

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *