Pada kesempatan ini, saya akan mengulas sebuah lukisan yang diberi nama Massacre of The Innocents. Di karya ini, di gambarkan sebuah suasan yang sedih, penuh amarah, duka dan bahkan benci. Massacre of The Innocents ini adalah subjek dari dua lukisan oleh Peter Paul Rubens yang menggambarkan episode dari kisah Alkitab. Lukisan ini adalah lukisan pertama dari 2 lukisan bersubjek sama, yang berukuran 142 x 182 cm, dicat setelah kembali ke Antwerp pada 1611. Peter Paul Rubens Rubens merupakan salah satu pembela damai.Ia berasal dari Antwerp, yang merupakan kota yang dihantui kengerian perang. Pelukis, punggawa dan diplomat yang membuat ia seorang pecinta kedamaian. Maka dari itu, setelah kembali dari italia pada tahun 1611 atau 1612, ia melukiskan sebuah adegan dari cerita pembantaian oleh Herodes yang dijadikan bahan pidato untuk argumen yang lebih horror, brutal dan berfokus pada kekejaman. Ia berkata “saya tinggal di sebuah era dimana kita berhutang pada alam atas kerugian yang ditimbulkan perang keagamaan. Kita berlimpah dengan contoh luar biasa dari wakil kekejaman, tidak ada yang ditemukan dalam sejarah kuno lebih ekstrim dari apa yang kita saksikan sehari-hari. “ Cerita di balik lukisan Herodes dinobatkan “Raja orang Yahudi” oleh Senat Romawi di 40 SM di Roma. Dia, bagaimanapun, seorang raja tanpa kerajaan. Sekembalinya ke Tanah Israel, ia bersama tentara Romawi akhirnya mampu merebut Yerusalem. Hal pertama yang ia lakukan adalah untuk menghilangkan pendahulunya , yaitu Hasmonean. Herodes terus mengeksekusi keluarga Hasmonean. Ia menyingkirkan kakak iparnya, Aristobulus, yang berusia 18 tahun. Dia ditenggelamkan oleh bawahan Herodes di kolam renang istana.Ibu mertuanya, Alexandra (ibu dari Mariamme) dieksekusi di 28 BC . Dia bahkan membunuh istri keduanya Miriamme . Miriamme adalah pengantin yang ia cintai sampai mati. Herodes juga membunuh ketiga anaknya. Dua yang pertama, Alexander dan Aristobulus, anak-anak Mariamme, dicekik di Sebaste (Samaria) dan dimakamkan di Alexandrium. Yang terakhir, hanya lima hari sebelum kematian Herodes sendiri, adalah Antipater yang dikuburkan tanpa upacara di Hyrcania. Herodes Agung menjadi sangat paranoid selama empat tahun terakhir hidupnya. Pada suatu ia membantai 300 orang militer. Pada waktu lain, ia membunuh sejumlah orang Farisi dieksekusi pada tahun yang sama setelah terungkap bahwa mereka diprediksikan oleh istri Pheroras bahwa mereka akan menguasai bangsa. Juga ada prediksi lain dari tiga orang bijak, yaitu bahwa akan ada lahirnya “raja orang yahudi” yang bernama Yesus. Orang-orang majus dari Timur tidak tiba di Yerusalem untuk mengunjungi Herodes dan kemudian pergi ke Betlehem sampai setidaknya 50 hari setelah kelahiran Tuhan Yesus, tetapi lebih dari kemungkinan satu tahun untuk satu setengah tahun kemudian. Herodes bertanya kepada orang bijak ketika bintang pertama muncul dan memerintahkan mereka untuk pergi dan menemukan “Raja orang Yahudi” dan kembali lalu mengatakan kepadanya sehingga ia bisa pergi dan menyembah Anak itu juga. Herodes menyadari bahwa ia ditipu ketika orang-orang majus kembali ke rumah dengan cara lain setelah mereka diperingatkan dalam mimpi niat jahat Herodes. Herodes menghitung usia anak muda itu berdasarkan kesaksian dari orang-orang bijak pada waktu bintang pertama muncul. Dia memerintahkan untuk dibantainya semua anak laki-laki di Betlehem dan sekitarnya yang berumur dua tahun atau lebih muda. Herodes meninggal pada bulan Maret 4 SM, hanya di bawah dua tahun dari kelahiran Yesus. Sangkut pautnya dengan Visi PIDAS Visi PIDAS adalah “Bergerak berinovasi, bekarya menginspirasi”. Dari karya ini, ada sangkut pautnya dengan visi PIDAS. Ini merupakan bentuk inovasi Rubens, karena pada masa itu, banyak karya-karya lain yang bertema sama, tapi karya Rubens ini termasuk karya yang paling tajam dari segi penceritaannya. Disini ia menggambarkan penuh, bagaimana rusuhnya keadaan disaat itu, betapa kuatnya cinta ibu kepada anaknya yang seakan-akan membuat kira serasa berada di tengah kerusuhan itu sambil mendengar tangisan wanita-wanita terhadap mayat bayi yang ada ditangan mereka. Sehingga banyak yang berkata bahwa karya Rubens inilah yang terbaik dari yang lainnya. Walaupun lukisan ini seakan dibuat dengan amarah, kekejaman, kenestapaan, dan miris hati, lukisan ini tetap menginspirasi banyak orang. Seperti yang dikatakan Rubens, banyak hal yang lebih mengerikan terjadi hanya karna perang agama. Lukisan ini dibuat seakan memaksa kita melihat bagaimana kengerian jalanan yang dipenuhi dengan mayat orang yang tidak bersalah. Sehingga, lukisan ini menjadi inspirasi banyak orang tentang bagaimana seramnya[…]