Sutan Syahrir: Pahlawan yang Terlupakan

Halo, P-assenger! Bagaimana kabarnya di bulan Oktober ini? Semoga happy terus ya! Nah, pada artikel kali ini, PIDAS81 akan membahas mengenai pahlawan-pahlawan Indonesia loh. Kali ini, kita akan membahas salah satu pahlawan Indonesia yang berkontribusi dalam memperjuangkan dan memertahankan kemerdekaan Indonesia. By the way, udah ada yang bisa nebak belum ya?

Pahlawan yang akan kita bahas kali ini adalah sosok yang perlu kita ingat dalam sejarah Indonesia. Beliau adalah salah satu tokoh yang berperan besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia bahkan beliau juga ikut berjuang dalam memertahankan Negara Indonesia. Namun, sayangnya masih banyak orang yang minim pengetahuan tentang pahlawan ini. Pahlawan ini bernama Sutan Syahrir.

Sutan Syahrir merupakan slaah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Beliau adalah orang pertama yang mendengar kabar kekalahan Jepang terhadap pasukan sekutu melalui siaran radio luar negeri yang secara diam-diam ia miliki. Dia juga salah satu orang yang berperan dalam penculikan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Namun, apakah hanya itu peran seorang Sutan Syahrir dalam memerjuangkan kemerdekaan Indonesia? Simak kisah selanjutnya ya P-assenger!

Profil Sutan Syahrir

Sutan Sjahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat pada 5 Maret 1909.  Sjahrir merupakan putra dari pasangan Mohammad Rasad gelar Maharaja Soetan bin Soetan Leman gelar Soetan Palindih dan Puti Siti Rabiah.  Sang ayah menjabat sebagai penasehat Sultan Deli dan kepala jaksa (landraad) di Medan. Ia memulai pendidikan awalnya dengan menjalani pendidikan di sekolah dasar (ELS) dan pada awal 1926, Sutan Sjahrir menyelesaikan pendidikannya di MULO ( Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau Sekolah Menengah Pertama pada zaman kolonial Belanda.  Setelah itu, ia ke sekolah lanjutan atas (AMS) di Bandung. Pada masa sekolahnya ia bergabung dengan Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia (Batovis), tidak hanya sebagai aktor namun juga sutradara dan penulis skenario. Penghasilan yang ia dapatkan dari pementasan, ia gunakan untuk mendirikan sekolah bernama Tjahja Volksuniversiteit (Cahaya Universitas Rakyat).

Tak hanya berfokus pada dunia pendidikan, Sutan Syahrir juga salah satu orang yang berperan dalam pelaksanaan Sumpah Pemuda 1928. Sjahrir merupakan satu dari 10 pemuda yang menggagas pendirian Jong Indonesie yang kemudian berubah nama menjadi Pemuda Indonesia. Kelompok inilah yang menjadi inisiator pelaksanaan Sumpah Pemuda.

Pasa tahun 1929, Syahrir melanjutkan jenjang pendidikannya menuju perguruan tinggi si Belanda, yaitu Fakultas Hukum dia Universitas Leiden. Sisanya ia aktif terlibat dalam aktivitas politik kerahasiaan disana. Selama menempuh pendidikan di Belanda, Syahrir berteman dengan salah satu tokoh proklamator Indonesia, yaitu Moh. Hatta.

Kontribusi dan perjuangan Sutan Syahrir untuk Indonesia

Mengetahui kabar kekalahan Jepang dan rencana penculikan

Ketika Soekarno dan Hatta menjalin kerja sama dengan Jepang, Syahrir membangun jaringan gerakan bawah tanah anti-fasis. Syahrir yakin Jepang tak mungkin memenangkan perang. Oleh karena itu, kaum pergerakan mesti menyiapkan diri untuk merebut kemerdekaan di saat yang tepat.

Ketika ia mendengar kabar Jepang mengaku kalah kepada pihak sekutu. Lalu, berita-berita tersebut kemudian ia sampaikan ke Hatta.  Namun, Bung Hatta ternyata menganggap kalau kabar tersebut hoax. Hatta pun memilih untuk menunggu kepastian berita kekalahan Jepang dari Sekutu tersebut.

Tapi, Sjahrir dan para golongan muda kemudian memilih pendekatan secara ekstrem. Mereka menculik Soekarno dan Hatta, lalu mengasingkan keduanya ke Rengasdengklok. Selama proses pengasingan, para pemuda mendesak keduanya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, paling lambat pada 17 Agustus 1945.

Kiprah Sutan Syahrir Setelah Indonesia Merdeka

  1. Perdana Menteri Indonesia

Setelah berhasil mendeklarasikan kemerdekaan, Soekarno dan Hatta ditunjuk sebagai Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia. Selain itu, Sutan Sjahrir, yang mewakili Partai Sosialis Indonesia (PSI), memegang jabatan Perdana Menteri.

Pada masa itu, PSI dikenal sebagai tempat berkumpulnya intelektual terpelajar. Namun, masa jabatan Sutan Sjahrir sebagai perdana menteri berlangsung sangat singkat, hanya 3 tahun, dari 1945 hingga 1947. Selama periode tersebut, Sjahrir melakukan tiga kali perombakan kabinet, mulai dari Sjahrir I, Sjahrir II, hingga Sjahrir III.

  • Korban penculikan

Pada masa pemerintahan Sjahrir, situasi politik Indonesia mengalami gejolak yang signifikan, terutama sehubungan dengan upaya mendapatkan pengakuan internasional terhadap kemerdekaan Indonesia. Kabinet Sjahrir II berusaha untuk memperjuangkan pengakuan kedaulatan atas wilayah Jawa dan Madura, sementara sekelompok oposisi yang dikenal sebagai Persatuan Perjuangan menginginkan pengakuan kedaulatan penuh.

Pada tanggal 26 Juni 1946, kelompok Persatuan Perjuangan melakukan aksi penculikan terhadap Sjahrir, yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Soedarsono. Selama peristiwa penculikan ini, mereka juga menculik 14 pemimpin sipil lainnya.

Proses penculikan tersebut berlangsung hingga tanggal 1 Juli 1946, dan peristiwa ini sangat mempengaruhi stabilitas politik pada saat itu. Kejadian ini membuat Presiden Soekarno sangat marah. Akhirnya, pemerintah melaksanakan operasi penangkapan terhadap para otak penculikan. Mayor Jenderal Soedarsono berhasil ditangkap pada tanggal 3 Juli 1946.

Peristiwa penculikan ini adalah salah satu contoh dari dinamika politik yang kompleks yang terjadi selama masa awal kemerdekaan Indonesia.

  • Akhir kehidupan Sang Pahlawan

Kisah tragis dalam kehidupan Sutan Sjahrir dimulai ketika PSI tidak berhasil memperoleh banyak suara dalam pemilu tahun 1955. Setelah itu, ia menjadi tahanan politik pada periode antara tahun 1962 hingga 1965 karena dugaan keterlibatan PSI dalam pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia).

Proses penangkapan Sjahrir berlangsung tanpa melalui pengadilan, dan selama masa penahanannya, ia mengalami serangan stroke. Pemerintah kemudian memberikan izin kepadanya untuk menjalani perawatan medis di Zurich, Swiss. Sayangnya, Sjahrir wafat pada tanggal 9 April 1965. Beberapa waktu setelah kematiannya, ia diakui sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, mengingat peran pentingnya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan sejarah politik negara tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *