Halo, P-assengers!
Balik lagi, nih sama aku, Hana. Pada artikel ini, aku mau menceritakan pada kalian tentang perhelatan pesta olahraga terbesar di Asia yang baru saja dilaksanakan dan menghidupkan euforia di kalangan rakyat Asia, khususnya di Indonesia. Pasti kalian sudah bisa menebak, kan apa pesta olahraga yang aku maksud? Ya! Pesta olahraga yang aku maksud adalah Asian Games 2018!
Kesuksesan Asian Games 2018 tentunya tidak terlepas dari jerit payah para panitia dan penyelenggara yang ada di baliknya. Kalian mungkin sudah tau kalau saat Asian Games 2018 kemarin, ada volunteer yang terdiri dari banyak anak-anak muda.
Kali ini, aku berkesempatan untuk mendengar cerita tentang bagaimana perjuangan menjadi volunteer Asian Games 2018 dari Kak Umairoh Nurul Hafifa atau yang biasa dipanggil Kak Ulfa. Kak Ulfa merupakan seorang mahasiswi di University of Nottingham Malaysia yang mendapat kesempatan untuk menjadi salah satu bagian dari volunteer Asian Games 2018.
Berikut adalah kutipan dari percakapanku bersama Kak Ulfa :
Q : Halo Kak Ulfa, pertama-tama, apa motivasi yang membuat kakak tertarik menjadi volunteer untuk Asian Games 2018?
A : Mau jadi bagian sejarah, yang jelas kan pengalaman udah pasti dapet, ilmu apalagi. Nah yang spesial banget jadi volunteer Asian Games itu aku bakal jadi salah satu orang yang berkontribusi untuk negara dan juga Asia. Juga dengan ketemu banyak orang baru dari negara lain aku bisa memperkenalkan Indonesia ke mereka. Nah, itu salah satu tujuan aku.
Q : Kedua, apa saja proses yang kakak jalani sampai bisa terpilih menjadi volunteer Asian Games 2018?
A : Jadi tahap awal sekitar akhir 2017 sampai awal Maret 2018 itu registrasi online. Nah, di situ aku input data diri, dokumen-dokumen wajib seperti SKCK dan KTP, juga dokumen sertifikat pengalaman yang aku punya seperti sertifikat kemampuan bahasa dan pas foto. Termasuk pemilihan 2 divisi yang aku mau. Lalu selesai input data online aku nunggu hasil seleksi online itu dan hasilnya keluar akhir April. Tahap selanjutnya, yang lulus seleksi online itu harus mengikuti wawancara, focus group discussion dan psikotes. Di situ ditanya kenapa memilih divisi yang aku mau dan nanti kalau lolos itu belum tentu aku dapat divisi yang aku mau, pokoknya tergantung kriteria yang diminta tiap divisi dan juga hasil tes aku. Hasil tes keluar aku belum dapat hasil pembagian divisinya sih, jadi seluruh volunteer dapat 3 training, 2 general training di Mei-Juni yang materi training pertama tentang basic knowledge about Asian Games and Olympic. Kalau training kedua itu tentang tourism, attitude, sama ada 2 lagi aku lupa dan itu training seharian. Nah yang terakhir ini namanya Job Specific Training di mana aku udah dapat pembagian divisi. Aku seneng banget kepilih di pilihan pertama aku yaitu Divisi Akomodasi. Nah buat JST itu tanggal, tempat dan lama trainingnya beda beda tergantung divisi. Aku dapet JST di Bandung selama 3 hari 2 malam. Jauh sih, cuma kita dikasih penginapan dan dapat uang transport.
Q : Ketiga, bagaimana kerja kakak di divisi yang kakak jalani?
A : Di akomodasi itu tugas pokoknya handle complaints, jadi help desk informasi seputar Asian Games, dan juga jadi pihak yang bekerja sama dengan hotel-hotel yang sudah ditentukan INASGOC. Tapi akomodasi itu beda dengan Athlete’s Village. Kalo AV itu tempat tinggal atlet sedangkan akomodasi itu tempatnya di hotel hotel tempat tinggal VVIP, VIP, Federasi dan perangkat pertandingan seperti juri, wasit, dan lain-lain, kecuali hotel suburb yang memang berisikan atlet di Bekasi, Cikarang, Bogor, Bandung, Majalengka, dan lain-lain, baru kita yang urus juga.
Q : Kalau begitu, bisa diceritakan tentang suka dan duka selama menjadi volunteer di Asian Games 2018 gak, kak?
A : Sukanya, dari awal tuh seneng banget bisa ketemu banyak orang dari latar belakang yang berbeda. Belum lagi ketemu orang-orang hebat dan bisa kerja bareng mereka. Terus juga aku berasa banget kekeluargaannya dengan volunteer lain karena kita merasa punya tujuan yang sama, yaitu menyukseskan Asian Games. Dukanya sih, Masa masa dari registrasi sampai JST itu gapernah dikasih kepastian tanggal. Kayak suka mendadak banget dan juga berubah-ubah. Sekalinya ditetapin jadwal pasti ujung-ujungnya diundur. Jadi susah banget ngatur jadwal pribadinya, cuma ya aku juga paham sih, volunteer kan jumlahnya sekitar 20ribu dari awal daftar, jadi aku maklum lah kalau agak berantakan masalah jadwal pembagian hasil dan training.
Q : Terakhir, nih, kak. Apa pengalaman paling berkesan saat menjadi volunteer Asian Games 2018?
A : Hal yang bikin aku bersyukur banget kepilih jadi volunteer dan kebetulan ditempatkan di Hotel Mulia itu aku bisa ketemu banyak banget orang-orang penting yang aku pikir gabakal bisa aku temui secara gampang di keseharianku. Hotel Mulia itu tempat menginapnya tamu VVIP dan VIP. Bangga banget bisa ketemu OCA President, Sheikh Fahad Al-Sabah dan diajak foto sama beliau. Lalu ketemu IOC President, Mr.Thomas Bach & Istri kemudian diajak ngobrol oleh mereka berdua. Ketemu Pak Erick Thohir, Bu Rita Subowo, para menteri dan juga artis-artis ternama lainnya. Termasuk prince-prince nya negara lain seperti Brunei Darussalam dan juga dari Timur Tengah. Kapan lagi bisa ketemu mereka tanpa pengawalan ketat dan menyapa mereka tiap hari? Juga, ada rasa bangga ketika tahu mereka nyaman selama mereka tinggal. Banyak yang mengapresiasi kami, biasanya mereka ngasih pin NOC negaranya, sebagai kenang-kenangan dan juga rasa terima kasih sudah membantu mereka. Tapi di atas itu semua, yang paling membuat aku merasa semuanya semakin luar bisa adalah melihat betapa suksesnya Asian Games 2018 ini. Susah banget move on dari Asian Games 2018!
Nah, begitulah cerita tentang pengalaman menjadi volunteer Asian Games 2018 dari Kak Ulfa. Seru banget, ya? Semoga suatu saat kita juga bisa mendapat kesempatan-kesempatan menarik seperti ini ya, P-assengers!