Halo, P-assengers! Wah kita bertemu kembali, nih di weekly article PIDAS! Kira-kira apakah P-assengers sekalian bisa menebak topik apa yang akan kita bahas di kesempatan kali ini? Yup, seperti judul yang tertera kali ini kita akan sama-sama mendalami topik mengenai “Self Compassion”. Wait, apaan tuh? Agak asing ya di telinga kalian? Yaudah, kalau begitu daripada berlama-lama mari kita mulai pembahasan kita dari “Apa itu Self Compassion?”
Self Compassion, dari namanya sendiri kita pasti bisa menerka-nerka maksud dari kata tersebut. “Self” berarti diri sendiri dan “compassion” dapat diartikan sebagai keinginan untuk membebaskan penderitaan, kesadaran terhadap penyebab dari penderitaan, dan perilaku yang menunjukkan kasih sayang.
Menurut Kristin Neff, seorang psikolog Universitas Texas di Austin, self compassion adalah rasa hangat dan pengertian terhadap diri sendiri saat menghadapi berbagai kesulitan dalam hidup ataupun terhadap kekurangan dalam dirinya. Selain itu, self compassion dapat juga diartikan bahwa penderitaan, kegagalan, dan kekurangan merupakan bagian dari kehidupan setiap orang. Sama seperti kita memperlakukan orang lain yang merasa terpuruk; penuh pengertian, dukungan, dan sikap memaafkan begitu pulalah seharusnya kita memperlakukan diri kita. Jadi secara simpel, self compassion bisa berarti bersikap pengertian pada diri sendiri saat mengalami kegagalan.
Dalam penelitiannya mengenai self compassion, Kristen Neff menjelaskan bahwa setidaknya ada tiga elemen dari topik ini. Ketiga elemen tersebut adalah:
- Self-kindness
Apakah P-assengers sadar kalau terkadang, saat kita gagal, maka kita akan mengkritik dan menghakimi diri sendiri? Bahwa apa yang kita lakukan secara maksimal itu masih kurang dan belum sempurna sampai ke tahap merasa gagal? Nah, pasti kalian pernah merasakannya, kan? Mulai sekarang berhentilah melakukan hal tersebut. Mulailah berbaik hati pada diri kalian dan sadar bahwa kegagalan serta ketidaksempurnaan itu adalah hal yang wajar untuk terjadi pada siapapun.
Bersikaplah lembut dan terima kenyataan yang satu itu dengan lapang dada. Jangan jadikan kegagalan sebagai beban dan penderitaan, tapi jadikan sebagai pembelajaran yang bisa dipakai untuk kedepannya. Itulah self kindness. B ramahlah pada diri sendiri dan berikan waktu bagi pikiran serta fisik untuk menerima “kebaikan” yang memang sepatutnya mereka terima.
- Common huminity
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kegagalan adalah hal yang lumrah untuk terjadi kepada siapapun. Itu adalah hal manusiawi yang menjadikan kita, yah, manusia. Memang terkadang kita merasa frustasi saat dihadapi dengan berbagai kegagalan dan kesalahan diri. Tapi, itu tidak bisa dijadikan sebagai alasan untuk merasa terisolasi dari yang lain.
Jujur saja, pasti pada satu titik kegagalan itu, kita merasa bahwa kitalah yang paling menderita atau satu-satunya yang “membuat kesalahan” diantara orang lain. Padahal, itu tidak benar. Semua manusia pasti menderita. Semuanya pasti merasa diperlakukan tidak adil oleh dunia. Namun, saat semua insan merasa tidak adil, bukankah itu menjadikannya sama rata? Sama-sama menderita, merasa diperlakukan tidak adil, dan mengalami kegagalan.
Oleh sebab itu, kita harus menerima kenyataan dan mengakui bahwa penderitaan serta ketidakmampuan diri adalah bagian dari pengalaman yang pasti dialami semua orang. Dengan begitu, kita tidak merasa sendirian dan “terisolasi” dari yang lain. Sadarlah bahwa manusia pada hakikatnya memang rentan dan tidak lepas dari kesalahan.
- Mindfulness
Seimbangkan emosi negatif yang menumpuk dan menjadi beban bagi kita. Dengan begitu, kita tidak semata-mata membuang emosi tersebut, tapi kita juga tidak begitu memikirkannya hingga membuat diri kita tertekan. Dengan mindfulness kita dapat keluar dari jurang masalah yang kita ratapi. Salah satu caranya adalah dengan memperhatikan masalah yang dialami orang lain serta caranya mengatasi masalah tersebut. Dengan cara tersebutlah kita dapat memperluas persepsi yang kita miliki dan merasa lebih tenang.
Di satu titik nanti kita pasti akan merasa, “Ya, ini memang sulit dan pahit tapi dibandingkan saya, orang lain juga mengalami hal serupa bahkan ada yang lebih buruk. Jadi apabila mereka bisa bangkit, maka saya juga tidak boleh terlalu lama terlarut dalam kesedihan ini.” Kondisi pikiran ini akan membebaskan kita, dengan cara menerima keadaan dan tidak menyalahkan, membantu kita secara terbuka mengamati dengan jelas pikiran dan emosi kita.
Nah, sekarang karena P-assengers sudah tahu tiga elemen dari self compassion, kira-kira kalian bisa menebak kan betapa pentingnya topik ini? Tanpa adanya self compassion pada pribadi seseorang, maka orang tersebut akan menyalahkan dirinya atas kegagalan serta masalah yang ia hadapi. Sikap ini cenderung menjerumuskan mereka ke kubangan rasa bersalah, tekanan, bahkan depresi. Bahaya banget, kan? Tapi tenang saja, berikut ada beberapa tips yang bisa P-assengers lakukan untuk membangun self compassion dalam diri P-assengers. Yuk, disimak!
- Perlakukan dirimu seperti kamu memperlakukan orang yang kalian sayangi
- Tingkatkan kepedulian serta kesadaran pada diri sendiri
- Cobalah untuk tidak menilai dan menghakimi diri terlalu cepat
- Perluas persepsi saat menghadapi masalah
- Jangan sungkan untuk meminta bantuan orang lain
Dari penjelasan mengenai self compassion yang sudah kami berikan sebelumnya tentunya sekarang P-assengers tidak akan memandang topik ini dengan sebelah mata, kan? P-assengers bisa praktikkan beberapa elemen serta tips yang sudah kami jabarkan dan mulai membangun self compassion itu dalam diri P-assengers sekalian. Sekian dulu artikel dari kami, semoga bermanfaat dan dapat memperluas jendela pengetahuan kalian, ya! Dadah, P-assengers!
Sumber referensi:
- https://usd.ac.id/pusat/p2tkp/self-compassion-mengasihi-diri-sendiri/
- https://taufiq-amir.com/positive-energizer/compassion-at-work/self-compassion-ramah-pada-diri-sendiri.html
- https://self-compassion.org/the-three-elements-of-self-compassion-2/
- https://positivepsychology.com/how-to-practice-self-compassion/
- http://yayasanpulih.org/2020/08/membangun-self-compassion-dalam-diri/