Halo, P-Assengers!
Akhirnya kita sampai di bulai Mei ini, di mana pada tanggal 2 Mei telah diperingati. Ada apatuh di tanggal 2 Mei?, Yaps!, Hari Pendidikan Nasional. Buat kalian para Pemuda Terpelajar, apa saja yang sudah kamu perbuat untuk Ibu Pertiwi selama beberapa kurun waktu ini dalam mengenyam pendidikan? Bertkad belajar dengan giat sampai ke perguruan tinggi, kah? Mengikuti beberapa perlomban dan mendapat prestasi? Atau sekedar belajar dengan ikhlas demi menuntut ilmu untuk kepentingan Ibu Pertiwi? Sebagai Pemuda Terpelajar, kita harus berterimakasih kepada pejuang-pejuang Ibu Pertiwi atas jasanya memperjuangkan pendidikan untuk generasi penerus bangsa, demi Ibu Pertiwi dengan cara memperingati Hari Pendidikan Nasional. Apapun cara kita.
Di tahun ini cara PIDAS memperingati Hari Pendidikan Nasional ini dengan mengadakan “Hari PENTAS” yaitu, Hari Pendidikan untuk PIDAS. Kami saling bertukaran buku entah itu kumpulan puisi, junal, ataupun novel lalu membacanya dan membuat artikel resensi buku tersebut. Setelah bertukaran buku, akhirnya aku mendapatkan buku faction spesifiknya, Novel Filsafat Semesta karangan Jostein Graader. Menarik bukan? Entahlah apa alasannya, jujur aku suka apapun berbau fiksi dan aku sedang suka membaca novel fiksi karna atas ketertarikan aku saat menonton film fiksi dan akhirnya aku mendapat novel yang sedang aku suka belakangan ini. Ya, langsung bahas saja tentang novel fiksi ini, jangan bosen untuk membacanya, yaa!
Bagi kalian yang sudah membaca Novel yang Best Seller dari karyanya, salah satunya Dunia Sophie, kalian akan dibawa ke duanianya dan akan merasa Amaze dengan karangan tersebut tapi kali ini aku tidak membahas novelnya yang berjudul Dunia Sophie melainkan Dunia Anna. Walaupun judulnya hampir sama, tetapi isinya berbeda. Dunia Anna ini lebih mengedepankan isu-isu seputar kerusakan lingkungan dan pemanasan global, yang dimaknai secara filsafat.
“Pada seratus tahun lalu, bumi ini masih begitu memesona. Namun, dalam abad ini, bumi telah kehilangan pesonanya. Dunia kini telah begitu berubah.” (hlm 35)
Saat berumur 10 tahun, gadis Norwegia itu sudah menyadari ada yang tidak beres dengan alam sekitarnya. Rusa kutub mati, yang mempertandakan sesuatu. Setelah kurang lebih 6 tahun kemudian, Ia di tahun 2012, Anna sudah masuk ke SMU. Ia sudah punya pacar, kakak kelasnya, Jonas namanya. Anna memiliki suatu kelebihan yang kadang orang menganggap sifatnya itu adalah aneh. Ia suka berfantasi yang terlihat sangat nyata, dan mimpinya juga selalu terasa nyata hingga ia bisa mengingat kejadian-kejadian dalam mimpi sangat detail ketika bangun tidur. Musim gugur tahun itu ia bertemu dengan Dokter Benjamin, seorang psikiater. Obrolan mereka berlangsung seru, hingga melebar ke topik lain. Ia pernah bermimpi kalau di ulang tahun ke-16-nya, ia diwarisi sebuah cincin rubi berusia lebih dari 100 tahun dari Tante Sunniva yang nyatanya itu adalah cincin Aladin asli yang berasa dari legenda 1001 Malam. Selanjutnya, dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga, Jostein Gaarder mengisahkan tentang kondisi bumi di dua kurun waktu tersebut secara bergantian. Ia menampilkannya sebagai dunia Anna dan dunia Nova. Dunia saat “bibit kepunahan” berbagai jenis keanekaragaman hayati mulai muncul dan dunia saat kepunuhan itu nyata adanya.
Anna menjelma jadi Nova dalam mimpinya. Anehnya, Nova ini adalah cicitnya di tahun 2082 yang bernama Nova, dan dalam mimpinya juga ada dirinya sendiri yaitu Anna dalam versi nenek-nenek. Berkat mimpinya, ia bisa melakukan langkah penyelamatan alam semesta yang nantinya dirusak generasi penerusnya dengan cara mengirim pesan kepada Nova dua hari sebelum Anna berulang tahun ke-16 tahun. Mimpinya tersebut seperti lintas dimensi, Banyak spesies bumi yang dulunya masih ada sekarang sudah punah sama sekali dan terjadi kerusakan iklim global sehingga banyak sekali imigran iklim dari Arab yang mengungsi ke Norwegia. Nova bertemu dengan seorang anak lelaki Arab dan kemudian menjadi akrab dengannya.
“Sebagai primata yang suka bermain-main, inventif, dan berlebihan, kita mudah sekali lupa bahwa pada dasarnya kita adalah bagian dari alam. Namun, apakah kita begitu sukanya bermain-main dan menghamburkan sesuatu hingga permainan itu lebih didahulukan ketimbang tanggung jawab kita atas masa depan planet ini?”
Sejalan dengan alur cerita versi Anna-Jonas masa kini dan Nova-Cowok Arab masa depan, dipaparkan bagaimana upaya mereka untuk menyelamatkan lingkungan. Tentu saja, Nova di sini hanya ada dalam mimpinya meskipun tidak menutup kemungkinan apa yang dimimpikan Anna itu benar-benar nyata nanti.
“Manusia mungkin adalah satu-satunya makhluk hidup di seluruh jagat raya ini yang memiliki kesadaran universal-sebuah sensasi yang tak terperi atas keleluasaan dan kemisteriusan alam semesta tempat kita menjadi bagiannya. Jadi, menjaga kelestarian sumber kehidupan di planet ini bukan hanya sebuah kewajiban global. Itu adalah juga sebuah kewajiban kosmik.” (halaman 102).
Melalui novel Dunia Anna ini Jostein Gaarder berhasil menyajikan sebuah karya yang sangat mendalam. Mengetengahkan fakta-fakta dan pertanyaan-pertanyaan yang berusaha menggugah kesadaran manusia untuk mengenali dirinya sendiri dan makna kehadirannya di muka bumi.
Novel ini dibagi menjadi 38 bab yang pendek-pendek sehingga tidak membosankan. Gaarder juga dapat mempertahankan rasa penasaran pembaca dengan teka-teki yang ia ajukan lewat pertanyaan-pertanyaan Anna dan juga Nova. 20 bab dengan sudut pandang Anna di masa kini, dan sisanya sudut pandang Anna sebagai Nova di tahun 2082. Perpindahan sudut pandang ditandai dengan perbedaan jenis huruf yang digunakan. Tiap perpindahan sudut pandang, Gaarder menggunakan benang penghubung lewat latar tempat.
Plot yang dibangun Gaarder hanya berlangsung sekitar dua hari di dunia Anna, tapi terasa seolah dalam waktu yang lama. Terkadang, saya dibuat bingung oleh timeline kejadian. Anna bercerita bahwa hari ini adalah 10 Desember, lalu tiba-tiba ia menceritakan pengalamannya di bulan Oktober. Pembaca yang belum siap akan perpindahan waktu secara mendadak ini mungkin akan bingung. Tapi aku rasa, Gaarder memang sengaja tidak terlalu mementingkan plot agar pesan-pesan filsafat lingkungan lebih menonjol.
Jostein merupakan seorang penulis yang selalu mengajak kita untuk mengupas lebih dalam tentang masa yang akan datang.Maka dari itu marilah kita para pemuda dan pemudi untuk tetap menjaga kelestarian bumi kita agar selalu tetap terjaga keindahannya. Dan kelak akan berguna untuk masa yang akan datang.
Setelah membaca novel ini buat aku sadar, sampai seperti, sampai ingin membuat gerakan upaya sederhana untuk menyelamatkan bumi dari hal-hal kecil. Seperti Hemat energi, hindari menggunakan kendaraan saat bepergian dengan jarak yang dekat, kurangi pemakaian kertas atau tissue. Dan jangan lupa, tanam pohon sebanyak-banyaknya. Sebelum terlmbat.
Banyak yang bisa kita pelajari dari novel ini tentang bumi. Agar bumi kita terjaga sampai anak cucu-cicit kita dapat melihat dunia yang sebenarnya. Menjaga alam semesta adalah tanggung jawab kita semua atas masa depan planet ini.
Kita semua memainkan peran kosmik, seperti kata Jostein, bahkan bakteri kecil yang tampak remeh pun memberi makna pada alam semesta. Mari peduli!