Sudah setahun Negara kita lewati bersama dengan pemerintahan Jokowi-JK. Kabinet yang memilih slogan “kerja,kerja,kerja” ini sudah diketahui mempunyai berbagai target ambisius.
Namun, bagaimanakah keadaan Indonesia saat pemerintahan pasangan nomor 2 ini menjabat sebagai kepala Negara dan wakil kepala Negara? Apakah masyarakat masih puas dengan pemerintahan ini seperti euforia tahun lalu saat mengiringi pemenang pilpres ini ke Istana Negara?
Menurut BBC Indonesia, sentimen publik terhadap pemerintahan Jokowi-JK ternyata berubah. Di media sosial, banyak respon negatif terhadap kabinet ini. Sejumlah isu membuat masyarakat berpikir ulang lagi tentang pasangan yang dielu-elukan saat pilpres ini. Saat itu, peneliti dari Pusat Studi Hukum dan Kebijakan, Bivitri Susanti, mengatakan 100 hari kinerja Jokowi-JK secara umum bisa dianggap sebagai “bulan madu yang buruk”.
“Sebutan Jokowi Pembohong, Presiden Pinokio, dan lain sebagainya adalah bentuk hilangnya kepercayaan masyarakat yang disebabkan Jokowi yang ingkar pada Nawacita dan seluruh janji politiknya,” ujar Ketua Umum Pengurus Pusat KAMMI Kartika Nur Rakhman, Senin (19/10/2015).
Target meleset
Target ambisius itu meleset. Pada kuartal I dan kuartal II-2015 pertumbuhan ekonomi tak pernah menyentuh 5 persen, yakni berkisar di level 4,71 persen dan 4,67 persen. Bahan pangan seperti beras harus impor dari Vietnam karena Indonesia kekurangan beras yang disebabkan fenomena El Nino. Padahal, Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia tidak akan mengimpor beras lagi dan menetapkan target swasembada beras dalam tiga tahun.
Begitu pula dengan masalah politik. Saat kampanye, Jokowi terus menyuarakan bahwa kabinet yang akan dibentuknya bebas dari bagi-bagi kursi partai politik. Tapi apa kenyataannya? Saat pembentukan kabinet, sebaran kader partai dan yang berafilasi dengan partai lah yang menang. Buktinya adalah Jaksa Agung HM Prasetyo yang merupakan kader Partai Nasdem, calon Kapolri Komjen Budi Gunawan yang merupakan mantan ajudan Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri, hingga penunjukan Kepala BIN Sutiyoso yang saat itu merupakan Ketum PKPI menurut Kompas.com.
Walaupun banyak respon ngeatif terhadap kinerja Jokowi-JK, tidak sedikit juga yang merespon postif terhadap kinerja mereka dalam satu tahun ini. Banyak masyarakat yang menganggap Presiden Jokowi adalah Presiden bernyali besar semenjak kejadian eksekusi mati para pengedar narkoba.
21 prestasi “Gila” Jokowi menurut Kompasiana
- Indonesia berada 16 besar Negara berekonomi kuat
- Pembangunan 13 bendungan besar
- Kemandirian pangan
- Pembangunan jalan tol
- Pembanguna jalan trans di perbatasan Indonesia
- Pembangunan MRT dan LRT
- Pembangunan pelabuhan kapal/tol laut
- Pembangunan trans kereta api di luar jawa
- Pembangunan rel kereta api ganda di pulau jawa
- Pembangunan kilang minyak
- Pendirian pabrik semen di Papua
- Pembangunan pembakit tenaga listrik
- Membubarkan petral sebagai sarang mafia migas
- Mereformasi persebakbolaan Indonesia
- Renegoisasi kontrak Freeport
- Penguatan alutsista TNI
- Memberikan ganti untung pada korban lumpur lapindo
- Memberantas narkoba
- Memberantas illegal fishing’
- Jaminan pendidikan bagi anak yang kurang mampu
- Indonesia di KTT APEC diperhitungkan dunia
“Tahun pertama ini kami meletakkan pondasi pembangunan nasional,” kata Jokowi dalam status Facebook-nya, Selasa, 20 Oktober 2015.
“Membangun pondasi bukan pekerjaan mudah. Kita harus membongkar, menggali dan menyusun kembali pondasi ekonomi, pondasi sosial maupun pondasi politik kita.”
Memang perubahan membutuhkan waktu. Sulit untuk mengharapkan perubahan terjadi secara instan.
“Tapi saya yakin apa yang sudah kita lakukan bersama dalam satu tahun ini akan membuahkan hasil,” ujar Jokowi.
Banyak hal terjadi selama setahun ke belakang. Jokowi telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang kontroversial, meski tak sedikit juga yang bermanfaat bagi rakyat.kita hanya dapat berharap supaya Presiden Jokowi dan wakil dapat membuat Indonesia semakin maju. Kita sebagai pelajar Indonesia juga harus berkontribusi dalam memajukan pendidikan Indonesia. Tidak hanya menang mulut saja, tapi juga menang prestasi.