“Salam 3 Jari!”
Siapa yang masih ingat dengan salam itu? Salam yang sering dilontarkan saat kampanye oleh pasangan calon presiden dan calon wakil presiden bernomor urut dua, dengan kemeja kotak-kotaknya yang khas. Yap, siapa lagi kalau bukan pasangan Jokowi dan JK.
Saat yang sudah ditunggu-tunggu datang, tanggal 20 Oktober 2014 yang telah ditunggu-tunggu tiba. Hari itu akhirnya telah menghasilkan pemimpin negara kita yang kurang lebih pada hari ini sudah menjabat selama 376 hari lamanya. Hmm.. masih ingatkah kalian, pasangan bernomor urut dua (Jokowi dan Jusuf Kalla) ini akhirnya dapat memperoleh suara lebih unggul dari pada pasangan Prabowo dan Hatta Rajasa. Terdengar sorak sorai para pendukung Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla ketika mengetahui bahwa pasangan yang telah mereka percaya untuk menjadi pemimpin negara Indonesia lah yang terpilih.
Tetapi tidak terasa, setahun sudah Jokowi dan JK memimpin negeri ini. Lalu apakah rakyat Indonesia sudah merasakan pengaruhnya?
Wah ternyata belum sampai 365 hari menjabat, beberapa komentar negatif dari masyarakat sudah mulai bermunculan di media sosial. Tapi memang dasar orang-orang kita suka sekali komentar ya, giliran disuruh action mereka langsung mundur satu persatu. Ckckck..
Masih ingatkah kalian tentang kontravensi hukuman mati yang dijatuhkan kepada para pengedar narkoba, naik turunnya harga bahan bakar minyak yang meresahkan banyak warga dan pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi lah yang telah membuat beberapa warga cenderung merespons negatif. Belum lagi kasus kabut asap yang masih saja belum tuntas setelah berbulan-bulan lamanya, meskipun bapak presidennya sendiri sudah berkali-kali meninjau lokasi kejadian terbut.
“ Setahun berlalu, sentimen seperti itu tidak berubah banyak tampaknya. Survei yang dilakukan Indo Barometer pada awal Oktober lalu memperlihatkan bahwa sebanyak 47,3% responden mengaku kurang puas terhadap kinerja Jokowi-JK, sementara yang cukup puas sekitar 44,8%. “
Tidak hanya itu masyarakat juga banyak yang tidak puas dengan proses legislasi. Dan penanganan di bidang hak asasi manusia. Masih ingat dengan peristiwa Tolikara dan Aceh Singkil? Nah, peristiwa ini dapat menuntut pemerintah untuk bekerja lebih keras lagi sehingga masyarakat dapat merasakan jaminan dalam kebebasan beribadah dan memeluk agamanya masing-masing.
Lalu bagaimana tanggapan pemerintah mengenai hal tersebut?
“Satu tahun pertama masa jabatan adalah saat-saat dimana kita harus membangun suatu fondasi yang kuat. Dalam satu tahun terakhir, pemerintah akan terus membenahi segala bidang.Dengan fondasi yang kuat di berbagai tersebut maka akan memudahkan pemerintah untuk menuntaskan program yang sudah ada.” Ujar Teten Masduki, Kepala Staf Kepresidenan
Selain itu dalam menanggapi kasus konflik agama, pemerintah ternyata sudah menyiapkan pencegahan-pencegahan yang akan dilakukan lho. Pencegahan itu dapat dilakukan melalui komunikasi dengan tokoh masyarakat dan tokoh kelompok setempat, melakukan mediasi dan advokasi yang melibatkan anak muda. Karena para pemuda dinilai lebih mudah terprovokasi.
Jadi, bagaimana caranya kita dapat berpartisipasi dalam mendukung pemerintahan?
“Kalau publik tetap bersuara kritis, media bersuara kritis, kaum intelektual bersuara kritis, masyarakat dapat membantu Pak Jokowi kembali kepada Nawacita.”
Tutur rohaniawan sekaligus pengamat sosial, Romo Benny Susetyo.
Ternyata dukungan publik akan sangat membantu meningkatkan kepercayaan diri Bapak Presiden kita selama empat sampai lima tahun ke depan lho! Menurut Benny saat ini pemerintah masih takut terhadap tekanan publik. Sehingga tekanan inilah yang kemudian akan dapat membantu presiden kita lebih bersemangat lagi (seperti) jembatan yang akan menuntunnya keluar dari “kegalauan-kegalauannya”.
Jangan sampai kita hanya diam saja dan tidak bersuara hanya karena takut kriminalisasi. Media menjadi bungkam dan seolah-olah kita mendukung keputusan yang ada. Hal inilah yang dapat membuat Presiden kita semakin galau nantinya.
Nah maka dari itu, kita sebagai warga negara Indonesia harus selalu bersikap kritis dalam menghadapi segala sesuatu yang pemerintah lakukan. Kritis di sini berarti kita tidak boleh dengan mudahnya mempercayai isu-isu yang beredar dan mengomentarinya seenak jidat ya. Kita boleh saja mencari-cari kesalahan yang dilakukan, tetapi sebaiknya kita mencari kesalahan yang bisa membuat orang yang kita kritik itu tahu apa yang harus mereka perbaiki.
Salam 3 jari!
(Sumber : Kompas, Tempo, Republika.co.id)