Satu Berbuat, Semua Menanggung Akibat

Terus Bekerja dalam Kepungan Asap

Terus Bekerja dalam Kepungan Asap

Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Seindah itulah tanah Indonesia, sampai-sampai digambarkan bak tanah surga oleh Koes Ploes dalam lagu mereka puluhan tahun silam.

Indonesia memiliki banyak kekayaan alam, dari flora dan fauna, maritim, pertambangan, agraria, dan masih banyak lagi. Salah satu kekayaan alam dari sektor agraria di negeri kita ini yang patut kita banggakan adalah kehutanannya. Mengapa perlu dibanggakan? Indonesia sangat kaya akan hutannya, yang merupakan rumah bagi jutaan spesies flora dan fauna. Bahkan hutan negara kita ini, dianggap sebagai salah satu paru-paru dunia. Tentu, kita pun yang bahkan hanya berasal dari kalangan pelajar, merasa bangga dan sangat ingin melestarikan hutan Indonesia. Dan tentu hal itu jugalah yang ingin dilakukan kebanyakan orang yang peduli terhadap hutan-hutan Indonesia. Tetapi, sangat disayangkan, pemikiran tersebut tidak terlintas pada benak-benak beberapa orang. Mereka yang tidak peduli terhadap alam Indonesia, rela merusak alam yang merupakan anugerah pemberian Tuhan dengan seenak hati, hanya untuk mendapat keuntungan pribadi.

Seperti yang kita ketahui, beberapa bulan lalu merupakan puncak dari musim kemarau di wilayah Indonesia. Kemarau yang berkepanjangan tersebut telah mengakibatkan munculnya kebakaran hutan di banyak titik, seperti di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Kebakaran-kebakaran itu tiada hentinya, dan megakibatkan muncul kabut asap yang menyesakkan dan membawa banyak dampak negatif bagi banyak orang, bahkan menyebabkan kematian.
Bukan karena faktor cuaca. Belakangan diketahui, penyebab utama kebakaran hutan di wilayah Sematera berasal dari pembakaran hutan secara sengaja, yang dilakukan oleh segelintir oknum atas perintah sebuah badan yang tidak ditanggung jawab. Pembakaran hutan tanpa izin itu ditujukan untuk membuka lahan yang akan digunakan oleh badan tersebut. Cuaca hanya memperluas penyebaran titik api yang ada di daerah tersebut. Dan, atas apa yang telah mereka lakukan, oknum-oknum ini diupah ratusan ribu rupiah. Hal ini tentu sangat tidak logis. Coba kita pikirkan sejenak. Relakah kalian merusak tanah Indonesia ini, bahkan sampai membahayakan nyawa saudara-saudara kalian sendiri, hanya untuk ratusan ribu rupiah?

Seperti yang telah dibahas, Kebakaran hutan dan kabut asap yang sedang terjadi saat ini memiliki banyak dampak negatif, fisik maupun psikologis, diantaranya hilangnya sebagian besar hutan Indonesia, lambatnya distribusi di daerah tersebut, berkurangnya pemasukan dari sektor pariwisata, penyakit ISPA, dan bahkan kematian. Kebakaran hutan membinasakan beragam spesies flora di tanah Indonesia, yang mana merupakan habitat bagi lebih banyak lagi spesies fauna. Hilangnya hutan juga berati produksi oksigen lewat proses fotosisntesis akan sangat jauh berkurang. Hal ini tentu akan mempengaruhi kualitas udara disekitarnya, yang juga dapat mempengaruhi kesehatan orang-orang di daerah tersebut. Hutan yang seharusnya memproduksi oksigen untuk dinikmati oleh manusia, malah dibakar, dan menyebabkan asap-asap pembakaran yang menyesakkan tersebar ke daerah-daerah sekitarnya. Asap yang mengandung berbagai material yang tidak baik bagi kesehatan manusia, tersebar ke seluruh penjuru daerah, misalnya saja Riau. Akibatnya, tentu asap ini akan mendatangkan berbagai penyakit bagi orang-orang yang terpapar olehnya, seperti infeksi saluran pernafasan akut, atau ISPA. Bagi orang dewasa yang terkena ISPA, tubuh mereka mungkin masih dapat beradaptasi dan memperbaiki organ-organ pernafasan yang terinfeksi akibat asap tersebut.

Namun bagaimana jadinya, jika saudara kita yang masih bayi dan belum bisa berbicara yang terkena ISPA? Tubuh mereka tentu belum cukup kuat untuk melindungi dirinya sendiri, atau bahkan untuk menyembuhkan bagian-bagian dari saluran pernafasnya yang terinfeksi. Lantas, bukan tak mungkin, bayi dan balita yang terkena infeksi saluran pernafasan akut, dapat meninggal dan tidak tertolong. Kasus ini tidak hanya terjadi pada satu atau dua balita, tetapi pada banyak balita dari banyak keluarga di daerah yang dilanda kebakaran hutan. Hal inn tentu membuat keaadan psikologis yang kehilangan anak mereka menjadi turun dan sangat berduka. Selain memakan korban jiwa dari segi kesehatan, kabut asap juga dapat menyebabkan kecelakaan di prasarana-prasarana transportasi seperti jalan raya. Kabut asap yang mengurangi jarak pandang di daerah tersebut, dapat menganggu pengguna jalan raya, apalagi bila pengguna jalan raya terebut kurang berhati-hati, maka dapat menyebabkan kecelakaan. Berkurangnya jarak pandang di jalan raya juga tentu membuat distribusi berbagai bahan pangan dan lainnya melambat. Akibatnya, perekonomian juga ikut melemah dan tidak berjalan dengan lancar. Kabut asap ini juga mengurangi minat wisatawan untuk datang ke daerah tersebut, misalnya saja riau, karena mengganggu aktifitas wisata yang seharusnya dapat mereka lakukan. Selain karena minat yang berkurang, datangnya wisatawan, terutama dari jarak yang jauh, juga berkurang diakibatkan karena penutupan bandara-bandara di daerah yang dilanda kabut asap. Misalnya saja bandara-bandara di Palembang, Jambi, Riau, dan Kalimantan Selatan. Tak hanya merugikan Indonesia, kabut asap juga ikut merugikan negara-negara tetangga di sekitar Indonesia, misalnya saja Singapura. Kabut asap yang sangat parah bahkan sudah menjalar sampai Singapura, yang juga mengurangi pemasukan ekonomi negara tersebut dari sektor pariwisata.

Nah, dari berbagai penjelasan tadi, banyak sekali bukan akibat-akibat yang awalnya disebabkan karena pembakaran hutan karena manusia sendiri. Oleh karena itu, kita sebagai generasi terpelajar, sudah sepatutnya kita mencintai alam negeri kita sendiri, dan ikut melestarikannya. Jangan sampai keuntungan pribadi membutakan hati nurani kita dan membuat kita rela merugikan jutaan jiwa saudara kita sendiri, dan lebih banyak makhluk-makhluk hidup lainnya.

Calysta Salma Nabilla copy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *