Halo P-assengers. Apa kabarnya, nih? Semoga selalu sehat, ya! Ngomongin tentang kesehatan, kali ini PIDAS81 akan mengangkat berita yang sedang hangat di media sosial. Banyak warganet yang kecewa dan sedih tentang hal tersebut. Yap, berita tersebut berkaitan dengan kebijakan pemberhentian sementara peredaran produk cokelat Kinder Joy di Indonesia.
Sekilas tentang kebijakan tersebut, hal ini berawal dari peringatan Food Standars Agency (FSA) Inggris yang menduga adanya kontaminasi bakteri Salmonella pada salah satu produk cokelat Kinder. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya korban dengan gejala infeksi non-typhoidal Salmonella berupa diare, demam, dan kram perut. Oleh karenanya, BPOM RI pun turut mengambil langkah untuk menghindari adanya penyebaran bakteri Salmonella.
Lantas, apa sih Salmonella itu? Salmonella merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang biasanya hidup pada sistem pencernaan berbagai hewan, seperti reptil, amfibi, unggas, hingga anjing dan kucing. Bakteri ini pertama kali diperlihatkan pada tubuh seorang pasien penderita tifoid oleh Karl Eberth pada tahun 1880. Saat itu, nama ‘Salmonella’ belum digunakan. Hingga pada tahun 1900, Joseph Leon Lignières mengusulkan agar bakteri tersebut dinamakan demikian untuk menghormati Daniel Elmer Salmon dan Theobald Smith yang berhasil menemukan bakteri yang kemudian dikenal dengan nama S. enterica.
Salmonella terbagi menjadi dua spesies, yaitu S. bongori dan S. enterica. Spesies S. enterica sendiri terbagi lagi menjadi enam sub-spesies yang di dalamnya terkandung lebih dari 2600 serotipe. Namun, serotipe Salmonella hanya terbagi dua secara garis besar, yaitu non-typhoidal dan typhoidal Salmonella.
Non-typhoidal Salmonella (NTS) bersifat zoonotik. Serotipe ini bertransmisi dari hewan ke manusia, maupun manusia ke manusia. Selain itu, NTS juga dapat berpindah dari makanan yang terkontaminasi Salmonella. Spesies yang termasuk NTS antara lain S. enteritidis, S. typhimurium, dan S. newport. Jika salah satu dari spesies tersebut masuk ke dalam tubuh, maka seseorang akan menderita Salmonellosis dengan gejala diare, feses berdarah, demam, dan kram perut.
Typhoidal Salmonella hanya dapat bertransmisi dari manusia ke manusia lainnya. Serotipe ini juga dapat berpindah dari makanan yang terkontaminasi. Terdapat dua spesies yang dapat menyebabkan Typhoidal Salmonella, antara lain S. typhi dan S. paratyphi. Keduanya sama-sama mematikan. Jika salah satu dari spesies tersebut masuk ke dalam tubuh, maka seseorang akan menderita demam tifoid atau yang biasa kita sebut dengan tifus. Gejala tifus antara lain demam, sakit kepala, kelelahan, diare atau konstipasi, feses berdarah, dan bintik ruam berwarna merah. Menurut WHO, angka kematian akibat tifus secara global berkisar 128.000 hingga 161.000 orang (2020).
Infeksi bakteri Salmonella dapat terjadi pada siapapun. Namun, masyarakat dengan golongan usia bayi, anak berumur 5 tahun kebawah, orang tua berumur 65 tahun keatas, dan orang berimun lemah lebih rentan terinfeksi.
Terdapat beberapa cara untuk mencegah terinfeksi Salmonella, yaitu melakukan vaksinasi dan memastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam keadaan higienis. Namun, jika seorang sudah terinfeksi, ia akan diresepkan antibiotik yang harus dikonsumsi sampai waktu yang telah direkomendasikan oleh dokter yang bersangkutan.
Nah, itulah semua tentang Salmonella, komponen biotik yang mematikan. Maka, tak heran jika BPOM RI berupaya untuk mencegah transmisinya, bukan? Oleh sebab itu, kita patut mendukung upaya pemerintah untuk menyehatkan masyarakat Indonesia.
Sekian dulu untuk artikel kali ini. Terima kasih dan sampai jumpa di artikel-artikel lainnya, P-assengers!
Referensi:
- https://www.liputan6.com/regional/read/4936542/ternyata-ini-alasan-bpom-ri-hentikan-peredaran-kinder-joy
- https://www.cdc.gov/
- https://www.cdc.gov/typhoid-fever/index.html
- https://www.cdc.gov/salmonella/index.html
- https://www.cdc.gov/healthypets/diseases/salmonella.html
- https://en.wikipedia.org/wiki/Salmonella