Salam Hangat dari Era Reformasi

Halo semua! Perkenalkan, nama saya Nadya Amirashanti. Saya berasal dari kelas X MIPA II dan merupakan anggota PIDAS Media Cetak. Jadi, menulis artikel bukanlah hal yang baru lagi untuk saya, bahkan tidak terasa seperti tugas sama sekali.

Di sini, di kesempatan kali ini, di artikel saya yang kedua ini, saya benar-benar ingin mengutarakan pendapat saya tentang keadaan Indonesia. Saya ingin mengajak para pemuda-pemudi untuk membuka mata dan melihat realita pahit yang sedang terjadi di Indonesia. Karena saya masih merasa, pemuda-pemudi zaman sekarang banyak yang belum aware dan cenderung tidak tahu dengan masalah negaranya sendiri. Padahal kalau dipikir-pikir, apa salahnya meluangkan waktu sedikit untuk sekadar membaca koran atau melihat berita di TV. Jujur, saya sendiri juga bukan orang yang gila politik. Saya tidak mengerti politik sama sekali dan tidak berencana untuk terjun ke dunia itu. Namun kebanyakan dari orang-orang Indonesia, ketika ada suatu masalah yang viral, pasti hal pertama yang mereka lakukan adalah menyalahkan pemerintah. Apa-apa pemerintah. Sedikit-sedikit pemerintah. Betapa sempitnya pemikiran itu. Bukan berarti saya pro pemerintah dan mengatakan bahwa pemerintah itu tidak pernah salah. Namun, menurut saya, orang yang berpendidikan itu bukan sekadar menyalahkan, tetapi memberikan solusi. Lagipula, sebelum menyalahkan orang lain atau sebuah instansi, lebih baik kalian sebagai generasi pemuda-pemudi zaman sekarang intropeksi diri terlebih dahulu. Tanyakan dengan diri kalian sendiri; “Memangnya, saya sebagai bangsa Indonesia sudah melakukan apa untuk negeri ini?”

Menurut saya, Indonesia adalah Negara yang benar-benar kaya. Baik sumber daya alamnya, maupun sumber daya manusianya. Namun yang menjadi masalah adalah kebanyakan sumber daya manusia di Indonesia tidak memiliki kualitas yang sama dengan sumber daya alamnya. Dengan kekayaan yang begitu banyak, kita masih mengimpor bahan pokok dari Negara lain. Dengan penduduk yang begitu banyak, kita masih menggunakan tenaga kerja dari luar dan malah mengirimkan tenaga kerja Indonesia sendiri ke Negara lain. Dengan prestasi yang begitu banyak, acara-acara di saluran TV malah menayangkan tayangan yang tidak mendidik, bukannya menyorot rakyatnya sendiri. Kepribadian, karakter, pola berpikir, dan mental orang-orang di Indonesia, belum mencerminkan Indonesia yang maju dan belum bisa membawa Indonesia menjadi Negara yang lebih baik. Oleh karena itu, hingga saat ini Indonesia masih memiliki status Negara berkembang. Bahkan dikalahkan dengan Negara-negara lain yang umur kemerdekaannya lebih muda dari Indonesia.
Sebenarnya, untuk mengambil contoh, tidak usah jauh-jauh membahas politik yang ranahnya sangat luas, bisa juga kita lihat di kehidupan sehari-hari. Misalnya, tentunya sebagai pelajar Indonesia kalian pasti sering mengeluh tentang kurikulum yang sudah disediakan pemerintah. Entah semakin banyak tugas, waktu pulang yang semakin lama, tidak efektif, mengurangi waktu tidur, dan lain-lain. Namun, coba kalian balik cara berpikir yang seperti itu. Jalani saja dulu kurikulum ini sebaik-baiknya. Masih banyak orang di luar sana yang benar-benar berharap untuk sekolah. Memang, tidak ada yang salah dengan ber-aspirasi, namun inilah hal terkecil yang setidaknya bisa kalian lakukan untuk bangsa ini. Menjadi pelajar yang cerdas. Pelajar yang dapat berprestasi, apapun kondisinya. Pelajar yang berani mengutarakan pendapatnya. Di masa depan nanti, ketika pelajar masa kini sudah menjadi dewasa, sudah menjadi pilar bangsa, maka saat itulah kalian harus beraksi. Buatlah kurikulum yang lebih bagus lagi untuk adik-adik kalian. Karena sesungguhnya, jika generasi muda zaman sekarang hanya menginginkan hal yang mudah, hal yang cepat, sedikit-sedikit mengeluh, intinya jika terus dikelilingi dengan aura negatif, maka mereka tidak akan pernah bisa mengejar sukses, sampai ujung dunia sekali pun.

Demokrasi dirampas, buruh direpresi, mahasiswa dilarang mengutarakan pendapat, fasis-fasis dimana-mana, agama menjadi bahan jualan politik, yang menyuarakan kebenaran digebuk; ditendang. Itulah hasil pengamatan saya tentang keadaan Indonesia saat ini. Mungkin kalau dijabarkan lagi, artikel ini baru selesai besok pagi. Hahaha. Namun, yang benar-benar saya ingin tekankan di sini, untuk para Pemuda-Pemudi zaman sekarang, mulailah mengganti pertanyaan “Lantas, siapa yang harus disalahkan?” menjadi “Lantas, siapa yang mau memulai perubahan?”

Masa depan Indonesia ada di tangan kita. Kita semua. Bukan hanya pemerintah. Bukan hanya orang dengan harta yang banyak. Bukan hanya pengusaha sukses. Bukan hanya mahasiswa. Namun, kita semua. Oleh karena itu, saya, sebagai generasi pemuda zaman sekarang akan melaksanakan tugas saya sebagai pelajar dengan sebaik-baiknya untuk Indonesia yang terdepan. Saya akan menjadi pelajar yang cerdas dalam ilmu pengetahuan, tetapi tetap berkarakter dan memiliki budi pekerti.
Sedangkan, harapan saya untuk Indonesia ke depannya, adalah semoga Indonesia menjadi Negara yang lebih berkualitas sumber daya manusianya. Sehingga, korupsi, penyuapan, penculikan, dan lain-lain dapat hilang dengan sendirinya karena rakyat Indonesia berani melakukan perubahan.

Satu nama berjuta raga
Menempati negeri elok yang dicinta
Keragaman bak tali persatuan Negara
Namun, itu semua sekadar imaji dan delusi yang tercipta

Paradigma dan konsepsi yang bertentang
Candu yang berlaga dan sukma yang tak lega
Mereka semua buta akan kenikmatan fana
Semboyan Negara tinggallah goresan tanpa realita

Pejuang rela mati bersimbah darah
Bertaruh sampai dimensi temporal tak lagi jadi pembatas
Memperjuangkan nusantara, menyatukan jua
Inikah hasil yang pantas didapat?

Terus saja berlagak di atas harta
Berharap semesta stagnan di hadapnya
Menggunakan tuhan sebagai polemic
Memandang suku, merendahkan sesama

Salam hangat dari era reformasi
Saat negeri di ambang ombak
Tanyakan media bodoh, salahkan pemerintah

Sekian dari saya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *