Romantis, Film atau Novel?

Hai! Well, akhirnya aku kembali di website ini dengan artikel baru ya? Artikel kali ini, dibuat berdasarkan salah satu project PIDAS yaitu “PENTAS”. Untuk memperingati hari Pendidikan Nasional kemarin, 2 Mei 2017.

Jadi di Hari PENTAS ini, PIDAS saling bertukar-tukar buku satu sama lain, lalu dibaca (pastinya lah ya, masa mau diliatin aja bukunya), dan akhirnya dibahas dalam artikel yang akan di-post di website PIDAS. Begitu pula dengan artikel lain yang memakai hashtag #PENTAS di blognya, itu juga pasti termasuk salah satunya! Nah jadi, ngga hanya baca artikel ini, nanti setelah selesai, baca artikel PIDAS #PENTAS yang lain ya:>

 

Okay, enough about that. Langsung aja yuk, bahas buku yang aku dapatkan. Clue sedikit, buku ini merupakan buku ter-romantis sepanjang masa dan coba tebak siapa penulisnya? Yup! Bener banget, Nicholas Sparks. Yah, semua orang kayaknya rata-rata tau sih ya, siapa lagi kalo bukan Nicholas Sparks yang selalu menciptakan karya-karya nya yang sangat mind blowing. Oh, dan jangan lupakan genre pilihan novel – novel dia yang pastinya; romantis.

Jadi, . . . Buku yang aku dapatkan itu berjudul . . . . “The Notebook”!! atau “Buku Harian” (Berhubung buku inj dimasukkan ke dalam list pilihan #PENTAS; harus berbahasa Indonesia, jadi aku mendapatkan buku ini dengan versi terjemahan- still good tho). Buku yang terdiri dari kurang lebih 250 halaman ini yang bercerita dengan alur flashback-nya, benar-benar mencengangkan para pembaca. Emosi dan perasaan yang tertera dalam novel benar – benar tersampaikan dengan baik.

Akhirnya, novel laris ini pun diadaptasikan ke sebuah film yang akhirnya menjadi film terkenal atau lebih tepatnya, legendary sampai detik ini juga.

Oh by the way, aku sendiri sebagai seorang pencinta film, pastinya tau tentang “The Notebook”. Film yang dimainkan oleh Ryan Gosling sebagai Noah dan Rachel McAdams sebagai Allie, sudah mendapatkan label dari masyarakat di mana pun berada sebagai film ter-romantis 2000’s. Film ini di tayangkan pertama kali di tahun 2004, disaat itu aku masih berumur 3 tahun. Sebelas tahun selanjutnya, merupakan tahun di mana aku menonton film tersebut pertama kali. Sekarang, sudah dua tahun berlalu sejak pertama kali aku menonton film “The Notebook” dan masih terbayang bagaimana emosi dalam kisah kasih cerita Noah dan Allie.

Jika dibandingkan antara novel dengan filmnya, tentu keduanya sama bagus- walaupun aku lebih suka filmnya dibandingkan novel. BUT I think, aku memilih filmnya hanya karena:

  1. Aku menonton filmnya terlebih dahulu, baru novelnya kubaca sekarang
  2. Dan, like i said, aku seorang pencinta film. Pandangan, sisi, sudut pandang yang dijenjangkan melewati film sangat ku dambakan untuk dilihat. Cara pemeran mengekspresikan dicampur permainan kamera dalam permbuatannya, benar – benar menakjubkan- kupikir.

Tetapi, bukan berarti novelnya tidak bagus dalam menguraikan sudut pandangnya. Wah, kalo itu sih benar-benar salah, karena seorang aku yang jarang membaca novel- karena tidak begitu tertarik, langsung jatuh hati dengan novel ini setelah selesai membacanya. Sejak pertama kali memegang buku ini, aku sudah dapat perkiraan bagaimana hasil nya nanti, dan benar saja dugaanku. Novel “The Notebook” pun tidak kalah hebat dengan filmnya.

Namun seperti hal layaknya dengan film – film lain yang diadaptasikan dari sebuah novel, tentu ada perbedaan juga diantara film dan novel “The Notebook”. Yah, selain perbedaan di beberapa scene pojok sana dan situ, novel “The Notebook” yang sudah ku baca kemarin ini, isinya lebih banyak dan terfokus di bagian di mana saat Noah dan Allie bertemu lagi setelah 14 tahun berpisah tanpa kabar. Emosional antara keduanya yang kucau kacau pun kembali datang saat Allie memutuskan untuk bertemu dengan Noah kembali. Perasaan dan emosi lebih tertera jelas dan membuat pembaca ikut merasakannya, bahkan sebelum tau bagaimana sejarah mereka. Ditambah dengan details everywhere, anywhere, membuat pembaca semakin merasa asik dibawa ke petualangan cinta dalam novelnya.

Sedangkan dalam film “The Notebook”, dari awal pertemuan pertama Noah dan Allie sampai mereka berpisah dan akhirnya bertemu kembali setelah 14 tahun lamanya, terurai secara rata dalam waktu dua jam. Penonton dibawa masuk ke dalam cinta mereka saat pertama berkencan sampai berpisah dan bertemu kembali. Penonton pun akhirnya terus terbawa emosional dan kacau sampai akhir film. Dengan dibawanya secara mendetail sejak awal sejarah cinta merema, itu membuat penonton dapat merasakan emosi Noah dan Allie lebih mendalam sepanjang perjalanan film. Belum lagi ditambah dengan berbagai drama tambahan pada saat pertama mereka bertemu- yang tidak begitu sama dengan cara yang dijelaskan melewati novel. Scene itu, yup, definitely one of my favourites.

ANYWAY, the book! Aku tidak akan meng-spoiler ­banyak-banyak, tetapi aku akan memberikan beberapa quotes/ potongan puisi favoritku yang kuambil dari novel “The Notebook” ke sini. Well, selamat menikmati.

“Aku percaya bahwa mukjizat, seberapapun sulitnya dijelaskan atau diyakini, merupakan sesuatu yang nyata dan bisa terjadi tanpa dipengaruhi oleh hakikat kehidupan yang alami.”

“Ayahku pernah bilang bahwa begitu kau jatuh cinta untuk pertama kali, kehidupanmu akan berubah selamanya, dan betapapun kau berusaha, perasaan itu tidak akan bisa dihapuskan.”

“Kau adalah sebait lagu, sejumput mimpi, sepenggal bisikan, dan aku tak mengerti bagaimana aku bisa hidup tanpa dirimu selama ini.”

“Kau tidak bisa menjalani kehidupanmu demi orang lain. Kau haru memilih apa yang tepat untukmu, walaupun itu akan melukai perasaan mereka yang kaucintai.”

 

Oops, satu lagi deh! Favorit scene- both di  dalam novel, maupun film.

“Aku tidak takut,” kata Noah dengan nada tinggi. “Ini tidak akan mudah, akan sangat sulit, kita akan selalu bertengkar dan baikan, akan selalu begitu, tetapi aku ingin kita lakukan..karena aku menginginkanmu. Aku ingin dirimu seutuhnya, kamu dan aku selamanya.”

 

Brb melting

Untuk kamu yang belum membaca maupun menonton “The Notebook”, ku anjurkan sekarang juga OR setelah UAS (aha) untuk lihat secepatnya! Rekomendasi #1 #1 #1.

Sooo, segini dulu artikel ini . . . .

Sangat sedih untuk membicarakan ini, tetapi mungkin ini akan menjadj artikel tugas yang aku tulis maupun aku tugaskan di sini, di website PIDAS, maupun di PIDAS. Jangan kangen – kangen ya, P-assengers! Lots of lots of lots of loveeyyyyy!!

 

 

Shanazia Sekar, Co-pilot PIDAS V4.0,

berterimakasih atas semua petualangan di atas awan kreasi ini.

 

sekar

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *