“Anak Lanang” merupakan film pendek berdurasi 14 menit yang berasal dari Yogyakarta, film ini dibuka dengan empat anak laki-laki yang berjalan kearah becak. Diawal cerita kita benar-benar tidak tahu dengan ceritanya yang akan dibawa kemana, 5 karakter yang berada pada film ini juga memiliki porsi masing-masing membuat cerita lebih berwarna. Alur dari cerita mulai terlihat ketika mereka membahas topik hari ibu dan ketika Sigit pulang. Dari situ terlihat bahwa Sigit adalah anak yang penurut dan baik, bisa dilihat dari cerminan ibu nya, ketiga temannya sigit pun menyetujuinya bahwa ibunya sigit ramah seperti sigit. Setelah Sigit pulang, ketiganya bertengkar dan salah satu anak mengadu domba keduanya, dialog yang digunakan di dalamnya juga mayoritas adalah pertengkaran antara Yudho dan Danang. Samsul yang mengadu domba, menceritakan bahwa ibunya suka menonton sinetron dalam hal itu mencerminkan pribadi Samsul yang suka mengadu domba. Karakter tukang becak disini selalu mencairkan suasana antara Yudho dan Danang walaupun sampai diakhir cerita pun mereka tetap bertengkar.
Cerita mulai menarik perhatian saya ketika petunjuk sudah ditemukan yaitu, Danang dan Yudho pulang ke rumah yang sama dan ternyata mereka adalah saudara, lebih mengejutkannya lagi bahwa mereka satu ayah tetapi berbeda rahim, dibuktikan dengan sang ayah memanggil “Mah” dan “Buk” serta suara kedua sosok ibu yang bebeda. Dari Ceritanya menurut saya sedikit membosankan karena hanya berisikan pertengkaran, pada pengambilan videonya juga sedikit bergoyang, dan percakapan yang terlalu cepat juga salah satu hal yang membuat saya sedikit kebingungan. Walaupun begitu, bumbu plot twist yang dipakai cukup membuat saya kaget karena ternyata sang ayah melakukan poligami, Teknik one take shoot yang dipakai juga membuat filmnya jauh lebih menarik. Di film ini juga banyak sindiran terhadap kehidupan sehari-hari kita yang akhirnya membuat kita tersadar dan dari film ini bisa disimpulkan bahwa anak-anak tersebut merupakan cerminan dari ibunya.