Promise Of Youth

Copy of Movie Night (2)

Haiiii P-assengers!! Kembali lagi dengan aku Ersyaharani Dwilendra dari Departemen Media Cetak PIDAS Incridible! Mau nanya dulu nih, kalian tau nggak sih di  tanggal 28 Oktober itu ada hari apa?

‘Hari Sabtu! Ih akhirnya bisa libur…’

Benar sih, tapi jawabannya bukan itu ya! Di tanggal 28 Oktober itu kita akan memperingati yang namanya Hari Sumpah Pemuda yang ke-89!!

Nah, untuk artikel kali ini, aku mau membahas tentang pendapat aku tentang masalah yang ada di Indonesia zaman sekarang dan apa saja sih yang kita lakukan sebagai pemuda-pemudi Indonesia di zaman ini? Dan juga harapan aku untuk Indonesia kedepannya.

Masalah yang mau aku bahas kali ini adalah tentang Pendidikan di Indonesia.

‘Loh….kok, pendidikan di Indonesia? Katanya Sumpah Pemuda, tapi kan pendidikan nggak ada di dalam Sumpah Pemuda??”

Memang, sih, pendidikan nggak tertulis ke dalam tiga poin Sumpah Pemuda, namun jika diperdalam lagi, maka dampak dari pendidikan adalah termasuk dari tiga poin Sumpah Pemuda yang dibuat pada tahun 1928.

Wah….masalah ini tentunya tidak akan lepas dari eksistensi kita sebagai pelajar Indonesia, sebagai negara yang masih berkembang, tentunya masih ada masalah tentang sistem pendidikan di Indonesia. Pendidikan tentunya adalah hal penting yang harus dibenahi di Indonesia, karena pendidikan yang kurang akan menyebabkan berbagai masalah, sebagai contoh adalah terjadinya kemiskinan, pengangguran, perpecahan, dan berbagai kriminalitas. Masalah ini tentunya telah menjadi bulan-bulanan setiap kepala negara yang menjabat di Indonesia, karena masalah ini tidak kunjung selesai terbenahi.

Apalagi di era globalisasi ini, remaja di Indonesia harus dimatangkan agar dapat bersaing dengan negara-negara lainnya, hal ini tentu sangat mengkhawatirkan, karena diperkiraan era persaingan lapangan kerja secara global akan terjadi lima (5) sampai sepuluh (10) tahun lagi.

Memang, sih, rata-rata pelajar di Indonesia lulus dengan indeks nilai yang lumayan bagus, namun sayangnya nilai itu hanya diatas kertas, bahkan hal ini juga menimbulkan tanda tanya, kenapa pelajar Indonesia memiliki indeks nilai bagus, namun Indonesia tidak kunjung menjadi negara maju? Nahloh…..

Ada sumber yang mengatakan :

“Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.”

Wah….

Kita juga sering menemukan banyak tenaga asing yang dipekerjakan di berbagai perusahaan, hal ini merupakan bukti nyata dari hasil olahan system pendidikan di Indonesia.

Guys, pernah nggak sih, kalian nemuin berita-berita saudara-saudara kita di daerah pedalaman yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk belajar di sekolahnya? Seperti anak-anak SD yang rela basah-basahan buat nyebrangin sungai untuk sampai ke sekolah di wilayah seberangnya. Mereka bisa aja, loh, terenggut nyawanya karena hal itu, ditambah lagi tubuh mereka yang masih kecil dan belum kuat melawan arus, tapi mereka masih bersemangat untuk pergi ke sekolahnya tiap hari.

Bahkan, sumber mengatakan :

“Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.” (pusatdatapendidikan)

dan juga,

“Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.”

Nah, kenapa kita yang udah punya fasilitas mencukupi malah males-malesan belajar?

Sekarang coba deh, kalian liat berita masalah-masalah di Indonesia, perpecahan karena SARA, jumlah pengangguran yang masih meningkat, kemiskinan yang menjamur. Kalian pernah merasa sedih nggak, ngeliat berita-berita semacam itu?

Sebenernya, solusi dari permasalahan itu ada satu yang bisa kita lakuin, apakah itu?

Ya, solusinya adalah pendidikan yang berkualitas.

Kita bisa memperbaiki krisis ini dengan belajar yang giat. Nggak percaya?? Coba deh kalian pikirin, kalo kita saling mengerti, kalo kita tau dampak yang akan disebabkan dari perilaku kita, kalo kita mengisi otak kita dengan pandangan positif, dewasa, dan berpendidikan, kayaknya nggak bakal ada lagi deh, masalah perpecahan, kemiskinan, pengangguran, dan kriminalitas di Indonesia, karena menurut aku, kita akan saling menghargai, menghormati dan percaya kepada satu sama lain.

Nah, maka dari itu, yuk mulai sekarang kita bersumpah untuk rajin belajar agar dapat membenahi kondisi Indonesia saat ini, dan membantu satu dua langkah lebih maju menuju Indonesia yang maju, cerdas, damai, dan bersatu!

Sekian dari aku, Ersyaharani Dwilendra dari Departemen Media Cetak PIDAS 81, kurang lebihnya dari artikel ini mohon maaf, sampai jumpa di kesempatan berikutnya ya!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *