PKI : Sejarah Kelam Bangsa Yang Mulai “Bangkit” Kembali

Belakangan ini, masyarakat Indonesia mulai dirisaukan dengan kemunculan simbol-simbol “palu arit” yang merupakan lambang PKI (Partai Komunis Indonesia). Bahkan, ada juga kabar mengenai pembagian 102 kaos gratis bergambar palu arit pada 9 Mei 2016, tepat dengan hari lahirnya PKI yang ke-102 dan mulai beredarnya  buku-buku mengenai ajaran komunisme di Indonesia.  Presiden Indonesia, Jokowi tidak luput dari isu soal PKI. Orang tua Jokowi dikabarkan telibat dalam pergerakan PKI. Namu, isu ini akhirnya dibantah oleh BIN (http://nasional.republika.co.id).

tugas

Gerakan PKI yang paling terkenal, sekaligus yang paling memilukan adalah Peristiwa G-30/PKI yang sudah lama berakhir, namun peristiwa tersebut tidak akan mudah dilupakan masyarakat. Rencana kudeta yang dilakukan oleh PKI memang telah melukai hati masyarakat Indonesia saat itu.  Sehingga menimbulkan pembantaian kepada kaum PKI  dan orang-orang yang diduga komunis pada tahun 1965 – 1966.

Peristiwa Gerakan 10 September / PKI atau disingkat G-30S/PKI dilatar belakangi dengan dimulainya Demokrasi Terpimpin hasil dari Dekrit Presiden 1959 yang dilaksanakan oleh Presiden Soekarno. Ternyata PKI menyambut dengan hangat “Demokrasi Terpimpin” ini. Konsep politik “Demokrasi Terpimpin” ini adalah NASAKOM, yaitu akronim dari Nasionalisme, Agama, dan Komunisme. Dengan kondisi politik yang demikian, PKI semakin memguasai pemerintahan waktu itu.  Ditambah dengan masalah konfontrasi dengan Federasi Malaysia, membuat hubungan  Soekarno dan PKI semakin dekat. Tidak mengherankan apabila banyak orang yang khawatir dengan berkuasanya PKI di pemerintahan saat itu. Diantaranya adalah Angkatan Darat dan Partai Islam. Saat Soekarno memerintahkan Angkatan Darat untuk melawan Federasi Malaysia, Angkatan Darat melaksanakan perintah Soekarno dengan setengah hati. Dan karena kecewa, Soekarno mencari bantuan kepada PKI. Keadaan Republik Indonesia saat itu sangat mengkhawatirkan. Infasi yang parah membuat masyarakat tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Masyarakat menjadi  tidak percaya kepada pemerintahan Soekarno dan PKI

Peristiwa G-30S/PKI dimulai pada tanggal 1 Oktober pagi, dimana pasukan kelompok memulai aksinya dari Lapangan Udara Halim Perdanakusuma menuju daerah selatan Jakarta untuk menculik 7 jenderal yang semuanya anggota staff tentara. 3 dari 7 jenderal tersebut dibunuh di rumah mereka. Yaitu Ahmad Yani, M.T. Haryono dan D.I. Panjaitan. Sementara 3 jenderal yang lain ditangkap hidup-hidup. 1 orang yang merupakan target utama, yaitu Abdul Harris Nasution lolos dari penculikan setelah melompati dinding Kedubes Irak. Meski begitu, Pierre Tendean yang menjadi ajudan pribadinya ditangkap, dan anak gadisnya yang berusia lima tahun, Ade Irma Suryani Nasution, tertembak oleh regu sergap dan tewas pada 6 Oktober. Korban tewas terakhir adalah Albert Naiborhu, keponakan dari Pandjaitan, yang tewas saat menyerang rumah jendral tersebut. Mayat dan jenderal yang masih hidup kemudian dibawa ke Lubang Buaya, dan semua dibunuh serta mayatnya dibuang di sumur dekat markas tersebut.

Korban Pembunuhan kelompok tersebut adalah :

  • Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
  • Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
  • Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
  • Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
  • Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
  • Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
  • Ade Irma Suryani Nasution
  • Lettu CZI Pierre Andreas Tendean
  • Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
  • Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
  • Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)

 

Ketika matahari terbit pada jam 07.00 WIB, sekitar 2.000 pasukan diturunkan di Lapangan Merdeka untuk menguasai tempat tersebut. Namun, mereka tidak bisa menguasai bagian timur karena dareah tersebut merupakan KOSTRAD yang dipimpin oleh Soeharto. Pada jam 7 pagi, RRI menyiarkan pesan yang berasal dari Untung Syamsuri, komandan Cakrabiwa, regimen penjaga Presiden, bahwa gerakan 30 September telah berhasil mengambil alih beberapa lokasi strategis di Jakarta dengan bantuan anggota militer lainnya. Mereka mengatakan bahwa mereka didukung Central of  Intelligence of America (CIA) untuk menurunkan Soekarno dari posisinya. G30S/PKI baru berakhir ketika pada pukul 7 malam, pasukan yang dipimpin oleh Soeharto berhasil mengambil kembali kontrol atas semua fasilitas yang sebelumnya direbut oleh Gerakan 30 September.

220px-Penangkapan_Simpatisan_PKI

Pasca Gerakan 30 September  itu, terjadi pembantaian orang-orang yang terlibat PKI dan ormas-ormasnya, serta semua orang yang mendukung komunisme. Kejadian ini dinamakan Pembantaian di Indonesia 1965–1966 (Wikipedia). Pada akhir 1965, antara 500.000 dan satu juta anggota-anggota dan pendukung-pendukung PKI telah menjadi korban pembunuhan dan ratusan ribu lainnya dipenjarakan di kamp-kamp konsentrasi, tanpa adanya perlawanan sama sekali. Sewaktu regu-regu militer yang didukung dana CIA menangkapi semua anggota dan pendukung PKI yang terketahui dan melakukan pembantaian keji terhadap mereka, majalah “Time” memberitakan:

Pembunuhan-pembunuhan itu dilakukan dalam skala yang sedemikian sehingga pembuangan mayat menyebabkan persoalan sanitasi yang serius di Sumatera Utara, di mana udara yang lembap membawa bau mayat membusuk. Orang-orang dari daerah-daerah ini bercerita kepada kita tentang sungai-sungai kecil yang benar-benar terbendung oleh mayat-mayat. Transportasi sungai menjadi terhambat secara serius.

Mengingat segala tindakan yang dilakukan oleh PKI, sudah sewajarnya masyarakat menolak kehadiran PKI kembali. Untuk itu, kita harus hati-hati dan waspada akan keberadaan organisasi yang dilarang ini. Jangan sampai PKI “Bangkit Kembali” dan mengacaukan negara kita lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *