Persona

24e8b42599cde9856518972b377858ad

Hai, P-assengers!!! Wahh..udah lama banget nih, aku nggak bikin artikel di website PIDAS81. Dari kesibukan kelas 11 yang padat dan melelahkan, akhirnya ku bisa berkesempatan untuk nulis artikel lagi di blog PIDAS81 ini, yeayy! Aku perkenalkan diriku lagi, namaku Ersyaharani dari Divisi News Cetak Kepengurusan Radiant PIDAS81.

Topik aku kali ini adalah tentang diri sendiri, bukan menceritakan tentang kisah diri aku, no no, tapi lebih dekat dengan diri kita masing-masing.

Dari judulnya yaitu “Persona”, mungkin beberapa dari kalian bingung ‘Apa sih, persona itu?’. Atau mungkin aja, beberapa dari kalian yang *ekhem* K-Popers *ekhem* pernah denger kata ‘persona’ ini. Jadi, kata ‘persona’ ini lumayan lagi trending di Internet belakangan ini karena salah satu boyband Korea Selatan, BTS, baru saja merilis album baru mereka yang dinamakan “Map of The Soul: Persona” dengan arti kandungan kata yang sama dengan ‘persona’ yang aku pingin sampaikan kali ini.

Eitsss….Tapi jangan salah, kali ini aku nggak bakal ngebahas tentang BTS, aku akan ngebahas tentang ‘persona’ itu sendiri.

Jadi, Persona adalah salah satu teori psikologi yang dikemukakan oleh psikiater dari Swiss, Carl Gustav Jung dan dipublikasikan oleh Murray Stein pada tahun 1998 dalam salah satu bukunya, “Jung’s Map Of The Soul”.
Berikut adalah penjelasan persona berdasarkan Carl Jung:

“The persona is “the mask of the actor”. A sort of contrast between object and subject, general and particular, archetypal mask and distinctive voice, makes up the ontological constitution of the persona: Jung defined it many times as “individual”+ “world” or “individual”+ “other”. “The persona is a compromise between individual and society as to what a man should appear to be 3 or “the individual’s system of adaptation to, or the manner he assumes in dealing with, the world”. Moreover,“the persona is that which in reality one is not, but which oneself as well as others think one is.”
The persona is the projection of appearance (“that which one is not”), fakeness accepted (and required) by the other, and unconsciously credited even by the individual (“that which oneself thinks one is”). “The persona is a functional complex that comes into existence for reasons of “adaptation or personal convenience.The persona is exclusively concerned with the relation to objects.”

Jadi, intinya dari yang diatas adalah, persona adalah yang menghubungkan antara kepribadian seseorang dengan lingkungannya, persona adalah “topeng” yang digunakan untuk berperan sesuai dengan tuntutan lingkungan sosial. Lebih singkatnya adalah “wajah” kita yang kita tampilkan di depan orang-orang. Carl Jung beranggapan bahwa pola dasar persona memungkinkan orang untuk beradaptasi dengan dunia di sekitar mereka dan cocok dengan masyarakat tempat mereka tinggal.

Namun, jika terlalu terpaku dengan persona mereka atau “yang bukan jati diri mereka” dapat menyebabkan orang kehilangan pandangan tentang diri mereka yang sebenarnya, dan bahkan ada beberapa orang yang memiliki beriubu persona yang berbeda-beda hanya untuk diterima di mana saja.

Nahh, sekarang mari kita mulai ke bagian opini aku tentang ‘Persona’ ini,
Jadi, menurut aku, bisa kita membuat pernyataan dengan jelas bahwa setiap manusia di bumi ini memiliki persona mereka masing-masing. Wajah yang mereka tampilkan di depan umum pasti berbeda dengan wajah yang mereka miliki yang hanya diketahui oleh diri mereka sendiri. Mungkin ada beberapa orang yang selalu tertawa di depan teman-temannya, patuh di depan orangtuanya, murah senyum kepada masyarakat di sekitarnya, memiliki pribadi yang selalu murung dan tersakiti dan pribadi itu hanya diketahui oleh dirinya sendiri, dan wajah yang ditampilkan kepada teman, orangtua, dan masyarakat disekitarnya hanyalah ‘persona’ semata. Dan tentunya banyak lagi contoh dari ‘persona’ tersebut.

Tentunya, punya ‘persona’ itu normal, karena semua manusia di dunia ini pasti punya ‘persona’ mereka masing-masing seperti yang aku udah sebutkan tadi. Dan di kehidupan dan dunia kita saat ini pasti membutuhkan ‘persona’ yang selalu kita buat untuk memenuhi kebutuhan kehidupan kita, pergaulan sosial, meraih impian, ataupun mencari nafkah. Jadi, ‘persona’ ini sebenernya punya peran penting dan bermanfaat di kehidupan manusia.

Tapi, jika kita selalu bergonta-ganti ‘persona’ dan terlalu lama terpaku dengan ‘persona’ tersebut, kita akan mulai lupa akan jati diri kita sendiri atau bahkan mulai membohongi diri sendiri. Hal itu tentunya bukanlah hal yang baik, karena walaupun sudah banyak persona yang kita miliki dan seberapa bagusnya persona-persona tersebut, ‘persona’ adalah topeng kita dan ‘fake self’ atau diri kita yang palsu yang kita buat untuk melakukan sesuatu di dunia luar.

Sedangkan jati diri asli kita atau ‘true self’ yang murni dan jujur adalah berdasar dari personaliti asli kalian.
True self’ tentunya sangat penting karena dengan cara mengakui dan menerima jati diri kita masing-masing dan tidak melupakannya, serta mulai mengurangi jumlah persona yang kita miliki, kita akan merasa lebih bahagia dan cinta terhadap diri sendiri. Pastinya, kita masih akan memiliki persona, namun jumlah itu tidak terlalu banyak dan jauh dari jati diri kita masing-masing dan tidak lupa dengan jati diri kita sendiri.

Disaat kita merasa bangga dan menerima jati diri kita masing-masing, momen itu akan menjadi momen indah nan bahagia yang merupakan privasi diantara diri kita masing-masing yang diketahui oleh satu individu saja, karena siapa yang tau ‘true self’ kalian adalah diri kalian sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *