Hai P-assengers! Apa kalian pernah mendengar istilah emotional blackmail atau pemerasan mental? Mungkin istilah ini cukup asing ya bagi kalian. Tapi dari namanya saja P-assengers pasti sudah bisa menerka-nerka, kan maksud dari frasa tersebut? Pemerasan mental, ini berarti merupakan tindakan pemerasan yang dilakukan secara emosional kepada orang tertentu. Dikutip dari sehatq.com, pemerasan mental adalah tindakan manipulasi yang dilakukan seseorang agar keinginannya terpenuhi, termasuk dengan memberikan tekanan dan ancaman. Untuk lebih lengkapnya simak artikel ini sampai tuntas, ya!
Pemerasan emosional ini ternyata bukan hal yang jarang kita temui, lho. Biasanya ini terjadi tidak hanya di hubungan romantis tapi juga dari hubungan pertemanan bahkan anggota keluarga seperti orang tua maupun kerabat. Jadi, kalian harus hati-hati, kenali tandanya, dan kalau bisa menghindar dari orang-orang yang melakukan manipulasi tersebut. Beberapa tanda-tanda terjadi emotional blackmail dalam suatu hubungan, yaitu:
- Kamu sering meminta maaf atas kesalahan yang tidak kamu lakukan
- Kamu sering merasa terancam dan terpaksa patuh pada keinginan orang tersebut. Biasanya mereka akan mengancam maupun melakukan guilt tripping agar kalian merasa bersalah apabila tidak menurutinya
- Mereka bersikeras agar kamu patuh dengan keinginan mereka, sesuai cara mereka, dan hubungan tersebut hanya berjalan 1 arah
Nah, itu dia beberapa tanda pemerasan emosional yang sering terjadi. Bagi kalian yang berpikir “Tapi aku sayang sama orang itu”, perlu kamu ingat di sini bahwa jika dia juga menyayangi kamu maka dia tidak akan melakukan manipulasi tersebut. Apalagi sebenarnya pemerasan emosional termasuk ke dalam kekerasan psikologis dengan cara yang tidak sehat.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi hubungan seperti ini. Pertama adalah kenali semua perilaku manipulatif pelaku dan cari tahu mengapa itu bisa terjadi. Lalu pastikan apakah kamu akan berada dalam bahaya apabila melanjutkan hubungan tersebut, jika iya maka segera cari bantuan profesional.
Apabila menurut kamu pelaku bisa berubah maka ambil tindakan untuk mengubah pola manipulasi atau buat perjanjian agar pola tersebut tidak terulang. Tapi jika kamu bersikeras untuk berada pada hubungan tersebut tanpa punya niat untuk memperbaikinya bersama maka akhirilah hubungan tersebut. Karena jika tidak maka kamu lah yang akan terus dikekang dan dirugikan.
Menurut P-assengers sendiri apakah kalian berada pada hubungan tidak sehat seperti itu? Kami harap tidak, ya. Kalau dalam kemungkinan terburuknya kamu berada pada hubungan dengan manipulator dan tidak bisa mengatasinya maka segera cari bantuan orang lain. Sekian dulu artikel kali ini, semoga bermanfaat. Goodbye, P-assengers!
Referensi: