Generasi muda, generasi masa depan adalah agen pemrakarsa bagi masyarakat khususnya generasinya sendiri untuk membuat perubahan. Dengan semangat, energi dan segala potensinya yang membara membuat para pemuda menjadi api yang siap menggerakan roda-roda pada mesin kehidupan di berbagai aspeknya. Termasuk untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas penyelenggaraan penataan ruang yang berkelanjutan.
Maka dari itulah Direktorat Jendral Penataan Ruang turut mengajak, mengembangkan, dan memanfaatkan generasi masa depan tersebut untuk mensukseskan penyelenggaraan penataan ruang di Indonesia, untuk menciptakan lingkungan hidup yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Maka pada tanggal 1 Juli tahun 2012 lalu Ditjen Taru memilih 70 Orang siswa dari 33 Provinsi di seluruh Indonsia untuk berkumpul dan mendapatkan bekal berupa pelatihan untuk mejadi Kader Pelopor Penataan Ruang, bekal demi terciptanya masa depan Indonesia yang hijau yang lebih baik.
Dan satu dari 70 siswa terpilih tersebut adalah aku. Aku mendapat informasi tentang seleksi tersebut dari Pengurus OSIS, kebetulan saat itu aku masih menjadi calon pengurus OSIS. Dan betapa beruntungnya aku, setelah melalui tahap seleksi karya tulis/video/foto dan wawancara, akhirnya aku mendapat undangan resmi beserta tiket pesawat menuju Bali.
Well … ini pengalaman pertamaku untuk berpergian lebih dari seminggu, sendirian, menggunakan pesawat.
Kegiatan ini di adakan di Hotel Werdhapura Village Center, Sanur, Bali selama seminggu. Kegiatan ini sendiri bertujuan untuk membentuk generasi muda pelopor penataan ruang yang handal dan peduli serta mampu menjadi katalisator program program penataan ruang di wilayah masing – masing dan berperan aktif melaksakan kegiatan dalam rangka meningkatkan kesadaraan masyarakat khususnya generasi muda.
Dalam pelatihan tersebut kami diajarkan banyak hal, mulai dari dasar-dasar tentang penatan ruang, hal-hal apa saja yang kita, sebagai masyarakat ataupun sebagai pemuda, dapat lakukan, selain itu kami juga diajarkan cara pembuatan program-program kegiatan, cara berbicara di depan umum (teknik-teknik dalam public speaking) hingga kuliah tentang leadership. Loh loh loh… kok hubungannya tiba-tiba kepemimpinan? Apa hubungannya dengan tata ruang?
Jadi gini… Kader Taru (tata ruang) itu dibentuk dan dilatih dengan sebuah tugas (atau komitmen mungkin lebih tepatnya), yaitu intinya adalah “menjadi agent of change yang dapat memberikan virus positif terhadap perkembangan bangsa Indonesia khususnya mewujudkan penyelenggaraan penataan ruang yang berkelanjutan.”
And as you know… Kader Taru itu juga dipilih dari golongan pemuda, calon pemimpin bangsa. Ya… jadi kepemimpinan itu emang dibutuhkan banget, baik untuk membentuk pribadi bangsa atau pun untuk mensukseskan suatu tujuan. Tanpa kepemimpinan pemuda yang diaktakan sebagai calon pemimpin bangsa tersebut tak bisa mempengaruhi lingkungannya, tak bisa menjadi agent of change, tak bisa menjadi api penggerak dalam hidup, termasuk dalam hal penataan ruang ini.
Walau materi-materi yang diberikan sangatlah berbobot namun suasananya tidaklah terkesan kaku karena selain seminar, materi juga disampaikan dengan berbagai kegiatan, seperti melakukan studi kasus, kunjungan lapangan, kegiatan kelompok, hingga workshop pembuatan maket penataan ruang. Kami pun juga melakukan berbagai kegiatan menarik seperti wisata, menikmati kesenian khas Bali, serta melakukan pensi kecil kecilan.
Terus emang apa sih pentingnya kita musti peduli dengan penataan ruang? Penataan ruang merupakan instrumen legal untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pengembangan wilayah melalui pemanfaatan sumberdaya secara efektif, efisien, dan terpadu sekaligus mewujudkan ruang yang berkualitas. Banyak sekali masalah yang dapat ditimbulkan jika manusia terus berkembang dan tumbuh tanapa mempedulikan alam dan penataan ruangnya. Di antaranya masalah transportasi, permukiman, budaya local yang terpinggirkan, kurangnya ruang terbuka, dan tingginya tingkat kriminalitas. Kalau di antara kita masih ada yang enggak tahu atau bahkan enggak peduli soal penatan ruang, pantaslah kita sarapan dengan polusi dalam balutan kemacetan saat berangkat ke sekolah, mendapat belaian banjir setiap musim hujan, harum semerbak aroma busuk diberbagai sudut kota, sensasi stress, jenuh, kumuh dan penat dalam menjalani hari. Dan Jakarta, sebagai kota metropolitan, adalah kota yang berhak mendapat segudang masalah tersebut. Aku cukup malu saat kami para Kader Taru bertukar cerita tentang wilayah tempat kami berasal.
Lalu apa yang harus aku lakukan sebagai agent of change tersebut? Well, saat aku bertanya pada salah satu narasumber, yaitu Kak David Sagita, tentang bagaimana memperbaiki tata kota di Jakarta, beliau kontan berkata dengan sedikit tertawa, “Memperbaiki Jakarta? Hahaha, kayanya Jakarta musti dibom sampai hancur terus dibangun ulang deh supaya bener.” Dan aku ceming seketika.
But hey… I love Jakarta somehow, sometime. Jadi untuk temen-temen yang enggak mau Jakarta ini tambah buruk teteplah semangat, masih banyak kok harapan kita, apa saja itu? Pak Jokowi? Monorail? Kak david? Bukan, bukan mereka, harapan masa depan kita itu ya kita sendiri. Maka dari itu mulai dari sekarang buka mata kalian untuk lingkungan kita, asah senjata kalian, dan buka hati kalian untuk merubah segalanya.
Sebagai Jakarta’s Green Army (namanya enggak penting) kita dapat melakukan banyak hal loh mulai dari lebih menggalakan lagi penggunaan sepeda atau pun menggunakan angkutan umum, membuang sampah pada tempatnya, melakukan penghijauan lingkungan, membudayakan reuse-reduce-recycle, mempelajari tentang penataan lingkungan dan masih banyak lagi deh.
Jadi untuk teman-teman yang sudah membaca artikel dari Juan ini, Juan harap bisa menjadi agent of change untuk agent of changes lainnya, dan marilah kita ciptakan dunia yang layak untuk dihuni untuk anak cucu kita nanti.
Salam Green Peace