Hai P-assengers! Kangen ya sama PIDAS? Untungnya, kita ketemu lagi nih di salah satu weekly article PIDAS. Kalian bisa tebak gak topik apa yang akan kita bahas kali ini? Yup, topiknya adalah Pandemic Fatigue. Tunggu, pandemic fatigue itu apa? Jadi bagi P-assengers yang belum tahu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengartikan pandemic fatigue sebagai kejenuhan masyarakat terhadap pandemi. Pada tahapan inilah banyak masyarakat yang jenuh dan akhirnya kepatuhan mereka akan protokol yang ada menjadi tidak konsisten.
Indonesia sendiri sudah memasuki tahap pandemic fatigue sejak awal tahun 2021, sekitar 1 tahun sejak pandemi berlangsung. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi ini dapat terjadi, seperti usia, kondisi fisik, mental, dan jenis kelamin. Atau mungkin karena stres berlebihan, gerakan fisik yang terbatas, isolasi sosial, dan lain-lain. Secara simpel, faktor-faktor tersebut menyebabkan seseorang menjadi kelelahan dan akhirnya mulai merasa tidak peduli terhadap pandemi.
Dari beberapa penjelasan di atas sudah dapat terlihat, kan apa saja dampak yang mungkin terjadi apabila pandemic fatigue terus berlangsung? Jika kita lihat dari gambaran besarnya, kondisi kejenuhan ini bisa menyebabkan bertambahnya kasus orang yang positif COVID-19. Itu adalah salah satu dampak logis apabila kita melihat betapa banyaknya masyarakat yang mulai tidak mematuhi protokol kesehatan seketat saat awal pandemi dahulu.
Beberapa dampak lain yang mungkin dirasakan bagi mereka yang mengalami kondisi ini adalah perubahan mood yang cukup drastis, sulit berkonsentrasi, sering pusing, pola tidur yang berubah, dan stres. Berbahaya, kan?
Eits, jangan panik ya, P-assengers. Setelah memberi tahu pengertian, gejala, dan dampak dari pandemic fatigue, PIDAS gak lupa untuk jabarin cara menangani kondisi ini, kok. Nah, kalau begitu langsung disimak aja ya beberapa cara untuk mengatasi pandemic fatigue di bawah ini.
- Istirahat dari layar gadget
Nah, ini pas banget bagi kalian yang selama pandemi dipaksa untuk terus-terusan menatap layar gadget. Entah untuk bekerja ataupun sekolah. Bagi kalian yang merasa jenuh dan capek untuk terus-terusan berpaku pada layar gadget, sebisa mungkin luangkan waktu ] sejenak untuk rehat dari layar itu, ya. Pejamkan mata dan rilekskan badan. Kalian juga bisa melakukan kegiatan lain selama waktu tersebut. Seperti berolahraga, membaca buku, keliling ruangan, dan lain-lain.
- Perbaiki pola tidur
Bagi sebagian orang, pandemi ini membuat pola tidur mereka berubah drastis bahkan terkadang malam menjadi siang dan siang menjadi malam. Jam tidur pun berkurang dan alhasil badan menjadi mudah capek, lelah, serta tidak fit. P-assengers jangan begitu, ya. Kalau kalian merasa jam tidur kalian berkurang maka cobalah untuk perbaiki pola tidur kalian. Misal yang tadinya tidur jam 2 pagi dan bangun jam 6 bisa berubah menjadi tidur jam 9 malam dan bangun jam 5 pagi. Dengan jam tidur yang cukup maka tubuh kalian akan menjadi lebih fit dan bugar.
- Berkomunikasilah dengan keluarga dan teman
Tidak bisa dipungkiri bahwa komunikasi menjadi salah satu kunci terpenting bagi kehidupan kita apalagi di kala krisis seperti saat ini. Habiskanlah waktu dengan keluarga serta teman kalian. Bicarakanlah topik-topik ringan yang bisa membuat kalian rileks kembali. Dengan begitu kalian yang mungkin terpisah jarak dengan orang-orang terdekat tidak lagi merasa terisolasi.
- Hindari doomscrolling
Doomscrolling, istilah yang cukup asing, ya. Doomscrolling adalah kecenderungan orang untuk scrolling media sosial, biasanya untuk mencari berita-berita negatif. Apabila ini dibiarkan maka dapat memberi efek fisik dan psikis bagi si pelaku. Seperti meningkatnya kecemasan, rasa takut, ketidakpastian, dan berbagai emosi negatif lainnya. Meskipun mengikuti berita-berita terbaru apalagi tentang COVID-19 di saat-saat seperti ini memang penting. Tapi apabila dilakukan secara berlebihan dan hanya melihat yang negatif saja maka dapat berdampak buruk bagi kita. Sebaliknya kalian bisa melakukan aktivitas pengganti yang produktif dan rehat sejenak dari media sosial.
- Menerima keadaan
Yang terakhir adalah menerima keadaan. Seperti yang kita tahu pandemi ini memiliki efek layaknya hantaman batin bagi kita semua. Stres, capek, sedih, hampa, sebutkan saja. Terkadang ada sebagian hati kecil kita yang menolak keadaan ini dan tidak dapat menerima emosi bertubi-tubi tersebut. Ini tidak boleh diabaikan karena pada akhirnya emosi yang menumpuk itu justru membuat diri kita kelelahan sendiri. Sebaliknya, mulai buka mata akan realita dan terimalah emosi tersebut dengan perlahan.
Nah, menurut P-assengers sendiri gimana, nih? Apakah P-assengers sekalian pernah mengalami pandemic fatigue? Atau mungkin menyaksikan orang di sekitar kalian mengalaminya? Semoga saja tidak. Tapi apabila iya, jangan panik dan cobalah beberapa cara yang sudah PIDAS sampaikan untuk mengatasinya. Sekian artikel kali ini, sampai jumpa di artikel berikutnya, P-assengers!
Sumber referensi:
- https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3647911/dampak-buruk-digital-fatigue-pada-kesehatan-fisik-dan-mental
- https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190925145141-284-433889/sosiolog-indonesia-masuki-gelombang-pandemic-fatigue
- https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210125160831-255-598142/pandemic-fatigue-kelelahan-mental-karena-pandemi
- https://www.halodoc.com/artikel/segala-hal-tentang-pandemic-fatigue-yang-perlu-diketahui