On The Brink Of European Extinction: BLACK DEATH

Halo, P-assengers!

Selang hampir sebulan, artikel yang kutulis kali ini bertemakan tentang sejarah dunia. Topik yang akan aku ambil adalah saat populasi Eropa berkurang nyaris separuhnya. Yaitu wabah mengerikan yang dikenal dengan Black Death atau Black Plague.

Sudah banyak karya yang membahas mengenai peristiwa ini mulai dari buku seperti  “The Great Mortality” karya John Kelly, “The Decameron” karya Giovanni Boccaccio dan buku lainnya hingga dibuatnya film drama/misteri bertajuk “Black Death” (2010). Dari sekian banyak referensi yang telah dibuat, tetapi sebenarnya Black Death itu apa, sih?

"The Triumph of Death" mural, Palazzo Abatellis, Palermo - detail

“The Triumph of Death” mural, Palazzo Abatellis, Palermo

  • Black Death

Black Death atau Black Plague merupakan epidemi terhebat yang melanda Eropa dan dapat dikatakan sebagai wabah paling mematikan sepanjang sejarah. Merenggut kurang lebih 200 juta jiwa penduduk Eropa pada pertengahan abad ke-14 hingga awal abad ke-15. Eropa membutuhkan lebih dari 150 tahun untuk mengembalikan populasi menjadi stabil kembali.

Terdapat beberapa teori mengenai asal dari wabah ini. Salah satu teori yang paling tua adalah bahwa wabah berasal dari dataran stepa di Asia tengah. Lalu menyebar menuju Eropa melalui Jalur Sutra dibawa oleh tentara dan pedagang Mongol. Wabah menyebar di Asia dan merebak di Cina pada tahun 1334. Maut Hitam di Eropa pertama kali dilaporkan pada tahun 1347.

Teori itu menyatakan bahwa bakteri menyebar pertama kali di Cina dan dibawa oleh kutu yang terinfeksi. Kutu yang dimaksud ialah kutu tikus yang ternyata juga dapat hidup di tubuh manusia. Kutu ini menggigit pedagang yang akan kembali ke Eropa dengan kapal lalu menularkannya penumpang kapal lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kapal tersebut membawa sumber wabah menuju Eropa.

3338.ngsversion.1492437604403.adapt.1900.1

Black Death menimbulkan akibat drastis terhadap populasi Eropa dan mengubah struktur sosial Eropa. Wabah ini mengakibatkan perburuan dan pembunuhan terhadap kaum minoritas seperti Yahudi, pendatang, pengemis, peziarah.

Wabah ini lebih buruk lagi hingga menyebabkan orang tua menolak menjenguk anak mereka yang terjangkit wabah, hampir tidak ada tetangga yang saling berhubungan, saudara tidak pernah menghubungi atau hampir tidak pernah mengunjungi satu sama lain. Banyak warga jatuh sakit dan dibiarkan tanpa perawatan meskipun sudah mencoba membayar dengan upah tinggi.

Nasib yang lebih menyedihkan menimpa kalangan kelas bawah. Kebanyakan dari mereka tetap tinggal di rumah, hidup dengan kemiskinan dan harapan keselamatan. Mereka tidak mendapatkan perawatan dan perhatian, hampir semua penderita wabah penyakit meninggal. Banyak yang mengakhiri hidup di jalan atau meninggal di rumah mereka dan diketahui mati karena tetangga mencium bau mayat membusuk. Sedikit dari mereka yang tergerak oleh amal agama akan menyingkirkan mayat yang membusuk keluar dari rumah dan meletakkannya di pintu.

Franciscan monks treating victims of the plague in Italy

Franciscan monks treating victims of the plague in Italy

black_death_plague

Awalnya disebut dengan “Great Mortality” (Mortalitas Besar), nama “Black Death” berasal dari gejala khas dari penyakit, yaitu penghitaman kulit karena pendarahan subdermal disebut acral necrosis. Gejala lainnya adalah demam, menggigil, kejang, dan pembengkakan kelenjar getah bening sebesar telur hingga apel di pangkal paha, ketiak, atau leher.

Black Death adalah serangan wabah bubonik dari penyakit pes yang disebabkan bakteri Yersinia pestis dan disebarkan oleh hewan pengerat seperti tikus. Manusia yang terjangkit akan mengalami radang paru dan akan menular ketika korban batuk atau bersin karena penyakit ini menular melalui udara. Inilah alasan mengapa wabah tersebar luas dalam waktu singkat. Manusia yang terjangkit Yersinia pestis juga akan meninggal dalam waktu 3-7 hari.

Dokter yang menangani pasien terjangkit haruslah berhati-hati untuk tidak terlalu dekat dengan pasien dan berusaha untuk tidak menyentuh pasien karena penyakit ini juga menular melalui kontak langsung dengan penderita. Dengan kondisi-kondisi inilah, Charles de L’Orme membuat kostum untuk dokter. Kostumnya seperti apa, sih?

Kostum terdiri dari jubah hitam lebar untuk menangkal virus penyakit meresap masuk lewat pori kulit, sarung tangan tebal, topeng dengan bentuk paruh burung untuk menyimpan wangi-wangian di ujung paruh untuk menangkal bau busuk pasien yang mengalami pembusukan internal tubuh, sekaligus berfungsi sebagai masker dengan bagian mata menggunakan kaca bening transparan, serta sebuah tongkat untuk menyentuh tubuh pasien.

311fafd724a40264b46bf8ca743228c7 images

Untuk P-assengers yang sering bermain game mungkin merasa familier dengan kostumnya, ya? Ternyata tokoh The Doctor dalam game Assassin’s Creed itu terinspirasi dari dokter pada waktu Black Death ini terjadi dan bukan sepenuhnya tokoh fiksi, ya!

 

  • Wabah serupa

Selain Black Death, penyakit pes kerap mewabah di daerah lain pada tahun-tahun berikutnya. Dengan upaya pencegahan penyebaran wabah dan sistem perawatan kesehatan yang kian membaik, jumlah korban jiwa yang tumbang tidaklah sebanyak Black Death, namun tetap saja mengerikan.

Kejadian tersebut antara lain Wabah Italia (1629-1631), Wabah Besar London (1665-1666), Wabah Besar Wina (1679), Wabah Besar Marseille (1720-1722), dan wabah tahun 1771 di Moskwa.

 

Terlalu banyak apabila aku harus menulis semua tentang Black Death di artikel ini. Cukup sekian informasi mengenai Black Death yang bisa kutuliskan. Sampai bertemu di artikel selanjutnya, P-assengers!

 

Sumber:

http://vahn-saryu1.blogspot.com/2010/07/black-death-wabah-penyakit-terburuk.html

https://alyoshaminded.wordpress.com/tag/sejarah-black-death/

https://www.youtube.com/watch?v=sPi3bHQfDTk

https://www.youtube.com/watch?v=ySClB6-OH-Q

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *