Halo, P-assengers!
“The indefinite continued progress of existence and events in the past, present, and future regarded as a whole.” Itulah jawaban yang diberikan oleh kamus paling utama dalam Bahasa Inggris, Oxford English Dictionary tentang apa ‘waktu’ itu sebenarnya. Kita semua dapat bersepakat bahwa ‘waktu’ ini akan terus bergulir tanpa bisa kita bendung. Tanpa adanya dimensi ini, kehidupan akan kehilangan sebuah pasak.
Aku menganggap bahwa waktu adalah berapa lama suatu kejadian dapat terjadi. Dengan begitu, kita tak bisa menghitung ‘waktu’ ataupun berapa banyak ‘waktu’ yang tersisa dalam hidup kita, karena hidup selalu hadir dengan lelucon-lelucon kecilnya yang menyita ‘waktu’ kita. Tetap saja, kita selalu ingin tahu, bukan, seberapa lama kita harus menjalankan hidup ini? Menurut United Nations Department of Economic and Social Affairs, harapan hidup secara global adalah 71.5 tahun dari periode 2010-2015. Dari data ini, aku dapat mengasumsikan bahwa aku masih memilki waktu sebanyak sekitar setengah abad lagi untuk melihat bagaimana waktu mengubah dunia.
Omong-omong soal waktu, berapa banyak, sih, ‘waktu’ yang kita perlukan untuk menjalani ‘hidup’? Jika kita membicarakannya secara ideal, maka menjadi ‘hidup’ dapat kita generalisir sebagai ‘mencapai hal-hal yang ingin dicapai dalam kehidupan dan memberikan pengaruh bagi banyak orang di dunia’. Jika inilah patokan kita, maka kita dapat melihat kisah para pendiri Instagram, Kevin Systrom dan Mike Krieger yang membangun dan memasarkan Instagram selama kurang lebih 2 tahun. Mereka terus mengembangkan diri selama 3 tahun berikutnya untuk dapat dipakai oleh 83.3% populasi dunia pada tahun 2016.
Bayangkan saja- kita dapat memengaruhi dunia dengan 5 tahun bekerja keras. Namun, perubahan tersebut hanya dapat dicapai jika kita dapat mengoptimalkan waktu kita dalam kurun tersebut. Untuk dapat mendedikasikan waktu dan tenaganya, Systrom mengorbankan posisinya di perusahaan start-up Nexstop dan bekerja tanpa henti untuk mengembangkan Instagram selama 2 tahun. Sekarang, segala macam usaha tersebut telah berbuah manis- ia dapat dengan santainya menikmati “fine food, golf, skiing and holidays at California’s Lake Tahoe” dengan kekayaannya yang mencapai $1.5 milyar pada tahun 2018 dan waktu luang yang cenderung lebih banyak (karena ia akan keluar dari Instagram).
Disinilah pentingnya kita mengotakkan waktu. Kita harus menentukan apa yang ingin kita capai dalam hidup dan sekiranya berapa banyak waktu yang kita perlukan untuk mencapainya. Percayalah bahwa ada waktu bagi segala hal, dan kita harus benar-benar menata waktu tersebut agar kita dapat mencapai lebih banyak.
Oleh karena itu, keterampilan mengolah waktu (time managing) dapat mengubah cara hidup kita. Cottrell (2013) mengemukakan bahwa time management adalah proses perencanaan dan pengendalian secara sadar terhadap waktu yang dihabiskan untuk kegiatan tertentu, terutama untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas.
Secara pribadi, aku menganggap time management sebagai sebuah praktik yang sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan. Mengapa? Karena tanpanya, kita tidak akan dapat memaksimalisir hal-hal yang dapat kita lakukan pada 24 jam yang kita punya dalam satu hari.
Sebenarnya, kita dapat memergunakan 15 menit dalam hidup kita untuk mencoba mencapai sesuatu yang besar jika kita mau. Percayalah, itu benar adanya- aku selalu meluangkan waktuku selama sekitar 10-15 menit setiap harinya untuk membina raga, dan sekarang, aku jarang sekali mengalami kelelahan ketika melakukan hal-hal yang terbilang berat. Semua ini dipengaruhi oleh cara kita mengelola waktu.
Fakta yang paling melegakan adalah bahwa time management dapat dilakukan dengan berbagai cara. Aku sudah mempergunakan sebagian waktuku untuk mencari cara mengatur waktuku dengan baik. Dari beberapa cara yang telah aku coba, aku sudah menerapkan dua teknik dalam kehidupanku kini, yakni:
- Mengotakkan tugas dengan matriks prioritas Eisenhower
Cara ini telah disimulasikan oleh Kak Alifa pada paparan presentasinya, dan menurutku, cara ini cenderung efektif jika kita selalu ingat untuk mencatat hal-hal yang harus dilakukan. Menurut situs www.eisenhower.me, Matriks Eisenhower, yang dibuat oleh Presiden AS ke-34, D.D Eisenhower ini membantu kalian memutuskan dan memprioritaskan tugas berdasarkan urgensi dan kepentingan, memilah tugas yang kurang mendesak dan penting yang harus kalian delegasikan atau tidak lakukan sama sekali.
Bagaimanakah caraku memergunakannya? Mudah. Pertama, unduhlah aplikasi produktivitas yang menggunakan konsep matriks Eisenhower (aku menggunakan sebuah aplikasi gratis bernama Ike) atau buatlah catatanmu sendiri yang terdiri atas 4 kotak yang terbagi rata namun memiliki perbedaan (dapat jadi warna atau mungkin motif). Keempat kotak ini menandakan tingkat prioritas, yakni mendesak dan penting, penting namun tidak mendesak, tidak penting namun mendesak dan tidak penting dan tidak mendesak.
Lalu, daftarkanlah hal-hal yang perlu dilakukan pada halaman yang berbeda dan mulailah pikirkan mereka pantas masuk ke kotak yang mana. Penerapannya kurang lebih seperti ini:
Dari matriks di atas, kita dapat melihat bahwa pada minggu ini, aku sangat harus menyelesaikan rangkuman Sejarah Indonesia sebelum tanggal 11 Februari 2019 dan membeli bambu untuk PKWU tanggal 13 Februari 2019. Setelah aku menyelesaikan hal tersebut, aku dapat menyelesaikan cerpenku sebelum tanggal 15 Februari 2019. Sebelum tanggal 11 Februari, aku harus menyusun presentasi, namun hal ini dapat dilakukan oleh anggota yang lain di kelompokku. Sembari mengedit cerpen, aku akan mengunduh beberapa episode dari sebuah drama yang ingin kutonton sehingga aku dapat menontonnya ketika selesai. Teknik ini aku gunakan untuk merencanakan hal-hal selama satu minggu hingga satu bulan ke depan, karena dengan teknik ini kita dapat melihat kapan bahkan apakah sesuatu harus selesai.
- Menggunakan teknik Pomodoro
Teknik ini, seperti yang dilansir dari situs www.francescocirillo.com/pages/pomodoro-technique menawarkan sebuah cara untuk mengembangkan serangkaian praktik mengubah tekanan waktu yang agresif dan sering menjadi peluang untuk berbuat lebih.
Cara kerjanya adalah: membuat batasan-batasan waktu pengerjaan sebuah tugas dengan selingan istirahat yang sedikit dengan timer. Aku menggunakan teknik ini secara khusus untuk belajar, karena dengan teknik ini, kita dapat terbebas dari segala macam hal yang dapat menghambat pengerjaan tugas dan mempercepat kinerja otak, karena tentunya, otak dituntut untuk terpacu pada batas waktu. Berikut adalah penampakan dari batasan-batasan waktu yang dibuat:
Pada akhirnya, kitalah yang akan menentukan ke mana waktu kita akan dibawa dan dampak apa yang dapat kita buat dengan waktu yang kita miliki. Tetapi, dengan pengelolaan waktu ini kita dapat semakin sadar bahwa waktu kita di dunia ini tidak sebanyak yang kita kira, dan seperti yang sudah saya tuliskan, hidup datang dengan lelucon-leluconnya yang dapat saja menghadang sehingga waktu yang kita kira punya, tiba-tiba lenyap seperti pasir yang terbawa ombak. Oleh karena itu, waktukanlah waktu selagi kita masih dapat menyadarinya.
Dengan penuh kasih,
Kayla S
SUMBER-SUMBER PENULISAN:
- http://www.spicytec.com/2010/09/designer-clock-order-in-chaos.html
- https://en.oxforddictionaries.com/definition/time
- https://www.forbes.com/sites/limyunghui/2012/04/09/inspiring-insights-by-instagram-ceo-kevin-systrom-the-man-who-built-a-1-billion-startup/#5bbef1a23010
- Stella Cottrell (2013). The Study Skills Handbook. Palgrave Macmillan. pp. 123+. ISBN 978-1-137-28926-1.
- https://esa.un.org/unpd/wpp/Publications/Files/WPP2015_Volume-I_Comprehensive-Tables.pdf