Mohammad Hatta, Sang Pahlawan Proklamator

Halo P-assengers! Menurut kalian pahlawan Indonesia  itu ada berapa banyak sih? P-assengers, pasti juga bertanya-tanya kan tentang hal itu? Nah, pahlawan Indonesia itu ada beberapa klasifikasinya lho, mulai dari Pahlawan Perintis Kemerdekaan, Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Pahlawan Proklamator, Pahlawan Kebangkitan Nasional, Pahlawan Revolusi, dan Pahlawan Ampera. Itulah beberapa klasifikasi pahlawan yang ada di Indonesia yang telah memerdekakan dan mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia dari segala konflik eksternal serta konflik internal.

Setiap orang sudah pasti memiliki beberapa pahlawan Indonesia favorit. Nah, saya juga begitu, saya memiliki beberapa pahlawan Indonesia yang saya favoritkan sejak dulu. Pengen tau tidak siapa saja? Nah, karena itu mari kita bahas bersama di bawah ini. siapa saja Pahlawan Indonesia yang saya favoritkan.

Nah, untuk yang pertama saya memfavoritkan salah satu tokoh yang termasuk pahlawan proklamator. Dia merupakan Wakil Presiden pertama Negara Republik Indonesia, siapa lagi kalau bukanlah Drs. Mohammad Hatta. Beliau merupakan Pahlawan Indonesia yang berasal dari Sumatera Barat. Beliau lahir dari pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha yang berasal dari Minangkabau. Ayahnya merupakan keturunan ulama Naqsyabandiyah di Batuhampar dekat Payakumbuh, Sumatera Barat dan Ibunya Berasal dari keluarga pedagang di Bukittinggi. Beliau lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 dengan nama Muhammad Athar, Athar yang berarti “harum” dalam bahasa Arab.. Athara merupakan anak kedua dan kakaknya bernama  Rafiah yang lahir pada tahun 1900. Sejak kecil, beliau selalu dididik dan tumbuh besar dalam lingkungan keluarga yang selalu taat dalam melaksanakan ajaran agama Islam.

Ayahnya meninggal ketika Athar masih berusia 7 Bulan, setelah kematian ayahnya, Ibunya menikah dengan orang  yang selalu berhubungan dagang dengan Ilyas Bagindo Marah yaitu  kakek di pihak Ibu. Dia adalah Haji Agus NIng yang merupakan saudagar dari Palembang. Mohammad Hatta pertama kali mengenyam pendidikan formal pertama kali di sekolah swasta. Namun, setelah enam bulan, ia pindah ke sekolah rakyat dan sekelas dengan Rafiah sang kakaknya. Tetapi, pelajarannya berhenti pada pertengahan semester kelas 3, ia lalu pindah ke ELS di Padang (kini menjadi SMAN 1 Padang) sampai tahun 1913. Kemudian, ia melanjutkan ke sekolah MULO sampai tahun 1917. 

Di luar pendidikan formal, ia pernah belajar agama Muhammad Jamil Jambek, Abdullah Ahmad, dan beberapa ulama lainnya yang ia kenal. Selain keluarga, perdagangan juga mempengaruhi perhatian Hatta terhadap perekonomian. Di Padang, ia mengenal beberapa pedagang yang tergabung dalam Serikat Oesaha dan ia pun masuk ke dalam Jong Sumatranen Bond sebagai perusahaan . Kegiatan ini juga dikerjakan selagi ia bersekolah Prins Hendrik School, ia juga tetap menjadi bendahara di Jakarta.

Waktu itu Kakeknya pernah berencana untuk membawa Mohammad Hatta untuk belajar di Mesir (Al-Azhar) disaat dia ingin pergi ke Mekkah untuk pergi Haji. Hal itu berencana untuk menaikkan standar pendidikan di surau di Batuhampar setelah meninggalnya Abdurrahman. Namun, hal ini di protes dan akhirnya diusulkan bahwa yang akan menggantinya adalah pamannya yang bernama Idris.

Mohammad Hatta memulai dunia politiknya ketika ia bersekolah di Belanda dari 1921-1932. Ia bersekolah di Handels Hogeschool (sekarang menjadi Universitas Erasmus Rotterdam), selama ia bersekolah di sana, ia masuk organisasi sosial Indische Vereeniging yang kemudian menjadi organisasi politik dengan adanya pengaruh dari “Tiga Serangkai” yaitu Ki Hadjar Dewantara, Cipto Mangunkusumo, dan Douwes Dekker.

Pada tahun 1923, Hatta menjadi bendahara dan mengasuh majalah Hindia Putera yang berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Pada tahun 1924, organisasi ini berubah lagi menjadi Indische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia). Di tahun 1926, ia menjadi pimpinan Perhimpunan Indonesia. Akibatnya, ia menjadi terlambat menyelesaikan studinya.

Di bawah kepemimpinannya, PI jadi lebih banyak memperhatikan perkembangan pergerakan di Indonesia dengan memberikan banyak komentar, dan banyak ulasan di media massa di Indonesia..satu tahun setelah dia menjabat menjadi ketua, ia dipilih kembali hingga tahun 1930.

Pada tahun 1931, Mohammad Hatta mundur dari jabatannya tersebut karena ingin mengikuti ujian sarjana. Akibatnya, Perhimpunan Indonesia jatuh ke tangan para komunis, dan mendapat arahan dari komuni Belanda serta Moskow. Para pendukung Hatta pun membentuk gerakan baru untuk menandinginya, gerakan tersebut dipanggil Gerakan Merdeka yang setelahnya akan bernama Pendidikan Nasional Indonesia yang kelak akan dipanggil PNI baru. Hal ini membuat Hatta dan Syahrir yang pada saat itu sedang bersekolah di Belanda untuk mengambil langkah konkret untuk mempersiapkan kepemimpinan di sana. Tetapi, Hatta merasa masih perlu menyelesaikan studi nya terlebih dahulu, sehingga Syahrir harus pulang untuk memimpin PNI, lalu ketika Hatta telah menyelesaikan studinya dan pulang pada tahun 1932, diharapkan Syahrir dapat melanjutkan studinya .

Sekembalinya Ia dari Belanda, ia ditawarkan untuk masuk kalangan sosialis merdeka untuk menjadi anggota parlemen Belanda. Hal itu menjadi perdebatan hangat di Indonesia waktu itu. Pihak kalangan sosialis merdeka mengirimi Mohammad Hatta telegram pada tanggal 6 Desember 1932, yang berisi kesediaannya menerima pencalonan anggota parlemen baru saat itu. Ia sebenarnya menolak hal tersebut, dengan alasan ia perlu berada dan berjuang di Indonesia. Namun, di Indonesia pemberitaan mengatakan bahwa Hatta menerimanya, sehingga Soekarno menuduhnya tidak konsisten dalam menjalankan sistem non-kooperatif.

Sekembalinya Hatta dari Belanda, Syahrir tidak sempat melanjutkan studinya ke Belanda karena keduanya ditangkap oleh Belanda pada 25 Februari 1934 dan dibuang ke Digul lalu ke Banda Neira. Selama pengasingannya tersebut, Hatta sering menulis untuk koran-koran Jakarta dan juga majalah-majalah di Medan. Isinya tidak bersifat politis, namun lebih ke bersifat menganalisis dan mendidik pembaca.

Ia pun semasa pengasingan membawa seluruh buku-bukunya ke tempat pengasingannya. Di sana ia mengatur waktunya sehari-hari untuk membaca, dan saat ia sedang membaca, dia tidak ingin diganggu oleh orang lain. Sehingga, beberapa kawannya menganggap ia sombong. Ia juga merupakan sosok yang peduli terhadap tahanan. Ia menolak untuk bekerja keras dengan pemerintah setempat, contohnya ketika memberantas malaria.

Pada 1937, ia menerima telegram, bahwa dia akan dipindahkan ke Banda Neira. Hatta pindah bersama Syahrir pada bulan februari tahun itu, dan mereka menyewa sebuah rumah besar. Sewaktu ia di Banda Neira, ia bercocok tanam dan menulis untuk koran “Sin Tit Po”. Kemudian, ia menulis di Nationale Commantaren yang dipimpin oleh Sam Ratulangi. Selain itu di Banda Neira, ia juga mengajar beberapa pemuda di daerah sana. Ia mengajar mengenai tata-buku, sejarah, dan ekonomi.

Begitulah beberapa cerita keluarga, pendidikan, serta perjuangan yang dialami oleh pahlawan favorit saya, yaitu sang Pahlawan Proklamator Drs. Mohammad Hatta. banyak sekali hal yang bisa kita bersama pelajari dari cerita perjuangan beliau dan bisa kita bersama terapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *