Kasus ini merupakan kasus yang masih hangat jika kita bicarakan. Kasus Yuyun. Anak perempuan berusia 14 tahun asal Bengkulu yang telah dilakukan semena-mena oleh 14 orang-orang yang tidak tahu diri. Dan ironisnya, 6 diantaranya adalah anak dibawah umur. Malah dilansir bahwa 2 diantaranya adalah anak SMP. Mereka memperkosa Yuyun, setelah itu membunuhnya. Betapa kejinya mereka. Mungkin mereka tidak memiliki hati nurani
14 orang tidak berhati nurani itupun dibawa ke kantor polisi untuk mendapatkan penghakiman. Dan, mereka pun mendapat hukuman 10 tahun penjara. Disambangi di ruang tahanan Malpores, 14 orang tersangka itu duduk meringkuk. Mereka dicoba untuk diwawancarai. Salah satunya adalah tersangka DE. Kepada wartawan, DE mengakui memperkosa Yuyun. Namum menurut dia, hal itu dilakukan atas perintah seseorang berinisial ZA. Dikatakan bahwa ZA merupakan bos mereka yang tak lain adalah otak dari aksi keji terhadap Yuyun.Menurut DE, ZA dianggap bos lantaran umurnya yang paling tua. Kesebelas tersangka lainnya takut kepada ZA. Apapun yang diperintahkan ZA pasti dituruti oleh kesebelas tersangka linnya. DE pun melanjutkan bahwa ZA merupakan orang pertama yang memperkosa Yuyun. Dalam melakukan aksinya, ZA merebahkan tubuh Yuyun di tanah yang miring dengan dibantuk rekan-rekan yang lain. Setelah ZA puas memperkosa Yuyun, barulah ZA memerintahkan dirinya dan dilanjutkan oleh pelaku lainnnya secara bergiliran. Lantaran kedua tangan dan kaki dipegang, membuat perlawanan Yuyun sia-sia hingga akhirnya Yuyun hanya pasrah dan terkulai lemas. Bejatnya lagi, meski Yuyun sudah terkulai lemas, para pelaku ternyata belum puas dan ingin nambuh. Mereka kembali secara bergiliran memperkosa Yuyun untuk kedua kalinya. Para tersangka tak lagi menyadari apakah korban saat itu sudah meninggal atau masih hidup sebab saat diperkosa korban sudah tidak lagi sadar. Setelah melancarkan aksi kedua, guna menghilangkan jejak, para tersangka mengikat tangan dan kaki Yuyun lalu digotong dan diletakkan secara tertelungkup dengan disenderkan ke batang pakis di dalam jurang. Untuk menyamarkan, tubuh korban ditutupi dengan daun pakis, setelah itu para tersangka pulang ke kediamannya masing-masing.
Betapa kejamnya mereka. Mereka sangat tidak memiliki hati nurani. Mereka tidak memiliki akal pikiran. Apakah mereka tidak berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan aksi mereka? Apakah mereka tidak memikirkan masa depan korban? Mereka juga tidak memikirkan apa yang akan terjadi setelah mereka melakukan tindakan keji itu? Lho, lalu mengapa malah korban yang disalahkan? Dalam kasus ini beberapa orang dalam pernyataannya mengenai kasus ini justru seakan menyalahkan si korban atas terjadinya kejadian biadab tersebut. Di media sosial seperti Facebook dan Twitter terlihat bahwa ada beberapa orang yang justru menyalahkan si korban yang diduga menggunakan pakaian yang terlalu terbuka atau malah berperilaku menggoda sehingga terjadi kejadian tersebut.
Kasus biadab yang menimpa Yuyun mungkin hanya sekian dari banyaknya kasus pemerkosaan yang membuktikan peliknya cara berpikir sebagian orang yang cenderung mencari kambing hitam dan alasan-alasan lain yang tidak masuk akal atas terjadinya suatu peristiwa pemerkosaan. Kasus pemerkosaan adalah salah satu kasus yang dengan jelas dapat menggambarkan betapa peliknya cara berpikir sebagian orang atau masyarakat. Dalam banyak kasus pemerkosaan sendiri, beberapa orang menganggap bahwa hal tersebut terjadi bukan semata-mata kesalahan pelaku. Beberapa orang menganggap bahwa kasus ini juga terjadi karena didasari perilaku si korban juga. Mereka menganggap bahwa cara berpakaian korban, perilaku korban, serta hal lainnya yang memancing hawa nafsu pelaku turut menjadi latar belakang kasus pemerkosaan itu sendiri. Oleh sebabnya mereka menganggap banyak faktor yang turut menyumbang terjadinya kasus pemerkosaan.
Kalau menurut pendapat saya sendiri, saya adalah salah satu orang yang tidak setuju dengan argumen-argumen menyalahkan korban. Mengapa, karena faktor utama dari kasus pemerkosaan terjadi karena niatan si pelaku dan pikiran-pikiran si pelaku yang sudah ditelanjangi oleh nafsu.
Alasan-alasan seperti wanita yang berpakaian minim, perilaku yang memancing birahi, apa yang dipakai korban saat itu. Lalu mengapa dia pulang malam atau mengapa orang tuanya tidak bisa mendidik anak perempuannya dengan baik, dan hal-hal lainnya hanyalah argumen-argumen dan pernyataan pembenaran dan pembelaan bagi si pelaku melancarkan aksinya. Jika banyak orang yang berargumen seperti itu, maka akan makin banyak orang-orang nyang melancarkan aksinya. Mengapa seperti itu? Karena merasa bahwa mereka dibela. Mereka akan merasa bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah ‘hukuman’ bagi para perempuan yang seperti itu, sehingga mereka tidak merasa dalam melakukan tindakan yang keji tersebut.Padahal,perempuan atau gadis yang berpakaian lengkap dan tertutup bisa saja juga menjadi korban pemerkosaan yang biadab yang tidak dapat mengontrol akal pikirannya. Jadi menurut saya, argumen-argumen seperti itu tidak dapat dijadikan sebagai faktor utama dalah sebuah kasus pemerkosaan. Menuntut mereka untuk berperilaku dan bertindak seperti yang kita inginkan hanya akan menggambarkan betapa bodohnya serta pelik dan kusutnya cara berpikir kita. Karena kembali lagi ke diri masing-masing, bukan pakaian atau perilaku yang menyebabkan terjadinya suatu kasus pemerkosaan tetapi cara berpikir serta pandangan si pelaku terhadap korban itu sendiri.
Ironisnya, karena itu maka banyak perempuan-perempuan yang tidak melaporkan kasus mereka dalam kekerasan seksual ini, karena kecenderungan masyarakat dalam menyalahkan si korban.
“Rape it’s not just a woman issue. It’s about men who stop beheaving like a human and start beheaving like an animals” –Unknown.
Sumber :
http://www.radarpatpetulainews.com/2016/04/berbincang-dengan-de-salah-satu.html
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/05/160502_trensosial_yuyun
http://www.kompasiana.com/ciehoey/kasus-yuyun-dan-peliknya-cara-berfikir-masyarakat_572ec01b2bb0bd5b05 f044c9