Medium Untuk Melupakan

“Tanpa cerita, semua ini mungkin hanya benda-benda biasa. Benda-benda yang sudah menguning, mengelupas, tidak layak digunakan, dan mungkin sudah tidak punya nilai lagi.

Akan tetapi, benda-benda ini menyimpan banyak rasa sesal, duka, perih, rasa terluka dan tersakiti, manis berujung pahit, hingga rasa benci. Semua rasa yang tidak ingin lagi diingat-ingat oleh pemiliknya yang terdahulu. Semua rasa yang ingin dilupakan.

Tidak ada orang yang ingin bersedih di dunia ini. Semua ingin bahagia. Jika karena suatu benda mati kebahagiaan seseorang menjadi buih tidak berarti, maka sebuah tindakan harus dilakukan.

Benda-benda itu harus menjauh.

Akan tetapi, kepedihan itu tidak selalu hilang hanya karena benda itu dibakar menjadi abu. Kesedihan itu tidak akan pergi begitu saja jika benda-benda itu hanya ditaruh di sudut paling dalam gudang penuh debu. Kesedihan perlu dibagi. Perlu pergi.”

Buku Memorabilia karangan Sheva ini menjelaskan semuanya. Bagaimana cara memperlakukan kenangan itu, hingga tak lagi ada tangis setelahnya. Bahkan senyum manis pun dapat terukir.

Buku ini menceritakan seorang remaja bernama Jingga yang membangun bisnis bernama Memorabilia, sebuah majalah digital yang dibuka pada website khusus (webzine), berisikan foto barang yang hendak dijual, serangkaian cerita kenangan yang melekat, dan kriteria orang yang dapat membeli peninggalan dari kenangan tersebut. Majalah ini merangkum barang-barang bersejarah dalam memori banyak orang. Kebanyakan adalah memori yang pahit, yang ingin dilupakan. Sehingga mereka menyebutnya sebagai Medium Untuk Melupakan.

“Sebuah pepatah Swedia mengatakan bahwa kebahagiaan yang dibagi akan menjadi kebahagiaan yang berkali-kali lipat. Tetapi, kesedihan yang dibagi akan berkurang setengahnya. Ditransfer menjadi perasaan yang menyenangkan bagi pemilik selanjutnya, atau menjadi pengingat maupun pembelajaran bagi mereka.

Maka, dari hal ini kami ada.”

Merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri ketika melihat benda yang pernah sangat berarti dalam hidup kita dapat berguna bagi kehidupan orang lain, melihat benda yang selalu membuat kita bersedih malah dapat membuat orang lain bahagia ketika berhasil mendapatkannya.

Meskipun begitu, kesedihan yang dibagi tidak menjadikan kita lupa secara penuh akan duka yang pernah singgah. Ingatan itu tidak bisa langsung menghilang begitu saja. Ingatan itu akan tetap ada, menuntut untuk dimaafkan.

“Saya belajar bahwa melupakan berbeda dengan melepaskan. Melupakan seolah membuat segalanya tidak berarti. Melepaskan adalah kata yang lebih cocok. Dengan melepaskan, kita mengerti bahwa masa lalu ada di belakang, dan perlahan kita bergerak maju ke depan. Masa lalu yang ditinggalkan adalah sesuatu yang amat berarti, dan harus dilepaskan agar bisa menjalani hidup.

Memorabilia adalah medium untuk melepaskan. Karena jika melupakan, sama saja dengan mengatakan bahwa hidup ini baik-baik saja.

Hidup tidak baik-baik saja. Hidup penuh dengan rasa yang terkadang terlalu pahit, atau manis pada ujungnya. Melepaskan berarti menerima bahwa hidup memang inilah adanya, dan setiap memorabilia yang dilepaskan berarti satu langkah menuju masa depan. Bukan untuk melupakan masa lalu.”

Duka selalu ada dalam kehidupan. Sehebat apapun kita menghindar, duka itu akan selalu punya caranya sendiri untuk datang.

Yang pasti kita akan selalu punya dua pilihan, untuk diam saja membiarkan dirimu mati tenggelam atau terus berenang hingga kau temukan tempat yang aman untuk disinggahi, menata kembali harapan mungkin sempat tenggelam.

 

Maafkanlah dirimu dan tersenyumlah 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *