Hai P-assengers!
Kalian pasti pernah kan, mikir tentang mimpi, cita-cita, atau rencana masa depan kalian? Kalau iya, berarti kita sama. He-he.
Kalau ditanya soal mimpi, gue punya banyak. Dari mulai jadi orang sukses(pastinya), keliling dunia, bahagia-in ortu, sampai hal-hal kecil yang nggak penting dan terlalu personal untuk ditulis di sini. Tapi berhubung judul artikel ini bukan “Daftar Mimpi-Mimpi”, gue hanya akan menceritakan sebagian dari mimpi-mimpi gue yang berhubungan sama judul di atas.
Nggak, nggak. Gue nggak mau jadi pilot(karena judulnya ada sky-sky nya dan ada gambar pesawat kalian pasti mikir pilot, kan). No offense, tapi gue nggak berani ngambil resiko bolak-balik tiap hari naik pesawat yang nggak tentu bakal mendarat. Bisa jatoh, bisa tenggelem, bisa nabrak pesawat lain–nggak usah dibahas. Maaf ya, kalau kalian yang pengen jadi pilot jadi mikir ulang karena baca ini:(
Pokoknya, kalau ditanya tentang ‘mimpi’ yang berhubungan sama pekerjaan di masa depan, bukan pilot jawaban gue. Gue bakal jawab “Nggak tau, tapi palingan jadi dokter”. Iya, sebenernya, sejujur-jujurnya, gue sama sekali belum yakin pekerjaan seperti apa yang cocok sama gue dan bikin gue kaya gue inginkan? Kalau dihitung-hitung, sebenernya ada sekitar lima pekerjaan yang terlintas di benak gue. Dokter, arsitek, psikolog, pengusaha, atau hanya seorang-ibu-rumahtangga-yang-merupakan-istri-dari-orang-kaya? Saking pusingnya mikir, gue akhirnya memutuskan satu pilihan yang paling aman(kemungkinan bisa berubah?)–jadi dokter.
Kenapa? Yang pertama, ortu gue, kakek gue, bahkan sampai saudara jauh yang tinggal beda pulau nyuruh gue masuk kedokteran. Mungkin karena keluarga gue banyak yang jadi dokter dan semuanya sukses. Yang kedua, kakek gue katanya bakal ngasih hadiah kalau gue masuk kedokteran banyak yang bilang, kalau masuk kedokteran itu pekerjaannya udah pasti, nggak usah ngelamar pekerjaan kesana kemari, karena bisa buka klinik atau bahkan rumah sakit sendiri. Yang ketiga, di antara pelajaran-pelajaran IPA yang susah-sulit-menggemaskan, gue paling suka Biologi. Iya, bagi gue baca buku Biologi itu asik-asik aja(walaupun kadang kalau kebanyakan juga males bacanya).
Meskipun satu paragraf di atas panjang banget, gue masih belom yakin. Karena satu hal;jadi dokter butuh waktu yang lama dan proses yang nggak gampang. Katanya untuk jadi dokter umum aja bisa menghabiskan waktu 10 tahunan. Apalagi dokter spesialis? Gue udah jadi tante-tante baru lulus kali ya:) Dan dokter umum katanya gajinya nggak terlalu gede. Gue kan pengen keliling dunia, jadi harus dokter spesialis dong!
Oke, karena nggak ada hubungan antara PIDAS dengan bidang kedokteran–eh ada nggak sih? Oh iya, PIDAS mengajarkan gue untuk ngerjain tugas tepat waktu yang harus dilakukan seorang dokter dalam mengatur jadwalnya (ekhem, sekarang tanggal berapa ya?), bekerja sama (dalam berbagi ilmu dengan dokter-dokter lain), nggak mudah patah semangat (kalau belom menang lomba mading, coba lagi! Sama kayak kuliah kedokteran. Kalau gagal, ya coba lagi), dan mengasah keterampilan gue di bidang menulis (siapa tau nanti bikin buku dalam bidang kedokteran). Iya, mungkin ada yang nggak nyambung dan maksa banget, tapi gue bener-bener berharap 10-15 tahun lagi, saat gue melihat ke masa-masa gue waktu SMA, gue bakal berterimakasih sebesar-besarnya sama PIDAS.
Bicara soal 10-15 tahun lagi, sebenernya rencana gue simpel:lulus SMA dengan nilai memuaskan-masuk ke universitas yang diinginkan-lulus S1-menikah-lulus S2-kerja-lanjut S3 kalau bisa-keliling dunia. Makanya gambarnya pesawat dan judulnya “Look Up At The Sky”. Karena setiap melihat langit, pasti yang terbayang di benak gue itu masa depan. Akan jadi seperti apa gue 10-15 tahun lagi? Di bawah lagit yang sama, waktu yang berbeda.
Hidup itu susah diprediksi. Kita nggak akan tau apa yang bakal terjadi 10 tahun ke depan, 5 tahun ke depan, atau bahkan 1 detik ke depan. Bisa aja satu detik lagi kalian akan mati. Gue akan mati. Atau satu detik yang sama sekali tidak orang pikirkan, terjadi kiamat. Nggak ada yang tau, kan?
Siapa tau rencana gue sekarang, yang udah gue bayang-bayangin sampe gue tulis di artikel nggak akan terjadi. Bisa jadi yang lebih baik terjadi–karena Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Jadi apapun hasilnya, apapun hasil kerja keras kalian belajar 12 tahun, jangan pernah kecewa akan hasil yang kalian dapatkan. Karena itulah arti dari ‘mimpi’ sebenarnya, nggak ada yang bisa mewujudkan mimpi itu kecuali kalian sendiri. Bila ternyata mimpi kalian tidak terwujud, kenapa nggak coba lagi? coba lebih keras, atau coba menerima. Yang jelas, jalani dulu apa yang ada di depan kalian. Selama kalian masih hidup, kalian masih punya banyak kesempatan untuk bermimpi lagi. Pokoknya, jangan pernah capek untuk bermimpi. Bermimpi dan wujudkan, itu yang harus kita lakukan. Lakukan sesuatu yang membuat kalian semakin dekat dengan mimpi-mimpi tersebut.
Karena artikelnya udah 700 kata dan penulis udah capek jadi sok bijak, gue akhiri dulu curhatan dan perkataan sok bijak ini. Makasih yang udah meluangkan waktu hanya untuk membaca artikel panjang lebar ini. Maaf ada kesalahan kata atau menyinggung salah satu pihak, sekian.
“Look at the sky. We are not alone. The whole universe is friendly to us and conspires only to give the best to those who dream and work” – APJ Abdul Kalam