LGBT: Didukung atau Dijauhi?

image

Bendera pelangi merupakan lambang LGBT.

Apa yang terlintas di pikiranmu pertama kali tentang LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender)? Yap, pasti ngga jauh-jauh dari penyuka sesama jenis yang tentunya memiliki ketertarikan yang berbeda dengan manusia lainnya. Mungkin muncul pertanyaan sejenis dibenak kalian, “Kenapa sih mereka bisa berbeda? Apa mereka ngga merasa malu? Apa yang mendorong mereka untuk tetap mempertahankan hubungan yang dilarang oleh agama itu? Kenapa ada sebagian masyarakat yang mau menerima mereka?” Nah, kali ini saya ingin membahas lebih jauh lagi mengenai pandangan saya terhadap mereka.

 

Dunia ini terus mengalami perubahan dari masa ke masa seiring dengan berkembangnya teknologi yang semakin maju dan melampaui batasan geografi dan negara. Sehingga mengakibatkan berbagai lapisan masyarakat dapat terhubung baik secara langsung maupun tak langsung. Terhubung secara tak langsung disini maksudnya mereka menggunakan fasilitas social media sehingga bisa saling menjangkau. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meluasnya LGBT di seluruh dunia. Dan, ya di luar negeri kenyataannya banyak sekali orang-orang yang tergolong LGBT. Mereka pun rata-rata diterima oleh lingkungan masyarakatnya.

 

Ada contoh kejadian yang dialami oleh orang yang tergolong LGBT di Amerika. Tanggal 30 Desember 2012 di Ohio, Amerika Serikat, Joel dan Ethan pergi untuk membeli Pizza yang populer di sana. Mereka sedang berpegangan tangan saat mengantri dan tiba-tiba seorang pria di depan mereka berbalik dan menghina mereka. Tanpa mereka duga, hampir semua orang yang mengantri saat itu membela mereka dan meminta pria tersebut untuk tidak mengganggu Joel dan Ethan. Tidak berhenti sampai di sana, pria tersebut tetap menghina bahkan mengatakan bahwa dia jijik melihat pasangan homoseksual seperti Joel dan Ethan.

 

Bagian terbaik dari cerita ini adalah ketika pria homophobic tersebut menjadi semakin kasar, para karyawan yang bekerja di sana tiba-tiba menghampiri pria tersebut dan berkata bahwa mereka tidak akan melayani dia karena dia sudah menyebarkan kebencian dan sebaiknya dia keluar dari antrian. Akhirnya pria tersebut pergi dari tempat itu (from: http://lgbtindonesia.org).

 

Cerita Joel dan Ethan di atas merupakan salah satu pembuktian bahwa LGBT saat ini mendapatkan pengakuan yang semakin luas. Semakin banyak orang yang sudah memahami bahwa identitas seksual seseorang bukanlah hal yang membuatnya menjadi lebih baik atau pun lebih buruk dari orang lain. Contoh cerita dari Joel dan Ethan ini diharapkan enggak ada lagi anggapan bahwa dengan identitas seksual mereka yang berbeda membuat mereka menjadi malu dan diasingkan oleh masyarakat.

 

Banyak orang yang tidak suka dengan mereka yang tergolong LGBT. Seperti contoh di atas tadi, masyarakat tersebut menjauhi mereka, mengasingkan mereka, menghina mereka, bahkan ada pula yang bermain kasar. Tetapi, ada juga orang-orang yang masih peduli dengan nasib mereka yang tergolong LGBT, baik itu karena simpati maupun empati. Indonesia sendiri merupakan negara yang jauh lebih toleran daripada Amerika Serikat. Walaupun memang secara hukum LGBT belum diakui di Indonesia, kasus kekerasan terhadap LGBT lebih sedikit ditemui di Indonesia. Jadi, jangan pernah minder ataupun malu dengan identitas seksual, tapi juga jangan berlebihan dalam mengekspresikannya. Tidak perlu dipamerkan, juga tidak perlu disembunyikan. Tetapi tentu saja menurut pendapat saya hal ini salah, dan masyarakat sekitarnya seharusnya mencoba membantu menasehati mereka dan membawa mereka ke jalan yang benar, tapi tentu saja tidak dengan dijauhi ataupun dihina.

Mereka bilang gay dan lesbian itu dilarang agama. Gay dan lesbian itu menghina Allah. Gay dan lesbian itu dosa. Gay dan lesbian tak seharusnya saya bela. Tapi Allah memberi saya hati kecil, yang di dalamnya mencintai seluruh ciptaan-Nya apapun mereka –Dian Paramita.

Memang benar, gay dan lesbian dilarang dalam syariat Islam dan ketentuan Allah SWT. Dan tidak seharusnya dibela atau dimanjakan, tetapi semua manusia dihadapan Tuhan adalah sama, kita sama-sama mendiami tanah-Nya yang suatu saat akan kembali kepada-Nya dan kita sebagai manusia biasa tidak memilik hak sedikit pun untuk menghakimi mereka yang tidak bersalah. Mereka yang sejak sebelum dilahirkan tidak pernah memilih untuk ditakdirkan menjadi seorang gay atau lesbian. Tentu saja tidak ada manusia yang mau ditakdirkan seperti itu. Perasaan seorang gay dan lesbian lebih sensitif daripada seorang manusia normal. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita sebagai sesama umat manusia saling menghargai, membantu dan menemani mereka, bukan malah mejauhi, menghina ataupun mengasingkan mereka. Tetapi, seperti yang sudah saya utarakan sebelumnya, tentu saja kita harus menasehatinya dan membawanya ke jalan yang benar. Sementara itu, biarlah Allah Yang Maha Adil yang akan mengadili mereka kelak.

 

Nah, itu dia pendapat saya tentang orang – orang yang tergolong LGBT. Bagaimana dengan pendapatmu?

 

Evita Laras

One thought on “LGBT: Didukung atau Dijauhi?

  • Kita sebagai Orang yang diciptakan tuhan sudah sebagaiman membantu orang dalam mengalami LGBT ini. Yang kita harus lakukan ubah dia jadi ke jalan yang benar bukan menghinanya. saya suka dengan post ini. Semoga artikel ini dapat membantu saya dan kalian untuk membantu saudara kita yang mengalami masalah ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *