Hai P-assengers! Bagaimana hari kalian? Semoga hari ini dan ke depannya selalu cerah dan menyenangkan, ya! Pada weekly article kali ini kita akan membahas isu yang sempat viral, yaitu “Let The Earth Breathe”. Apa yang terjadi ya sampai tagar tersebut bisa viral di berbagai platform media sosial? Apa saja dampak yang diberikannya? Semuanya akan kami kupas tuntas, jadi stay tuned sampai akhir artikel, ya!
Seperti yang kita semua ketahui, dalam beberapa dekade terakhir ini bumi kita berada dalam krisis perubahan iklim akibat pemanasan global. Sayangnya isu ini jarang sekali ditanggapi dan kerap hanya menjadi omongan belaka tanpa adanya perbuatan yang dilakukan untuk memperbaikinya. Ini menjadi cikal bakal terjadinya demo besar-besaran di depan gedung JPMorgan Chase, Los Angeles oleh ilmuwan-ilmuwan NASA. Kejadian ini terjadi tanggal 7 April lalu dan sontak menjadi perbincangan hangat di media sosial seperti Twitter, Instagram, dan TikTok.
Dr. Peter Kalmus, ilmuwan iklim di Jet Propulsion Laboratory NASA hadir dan memberikan pidato terkait isu perubahan iklim. “Kita akan kehilangan segalanya, dan kami tidak bercanda, kami tidak berbohong, kami tidak melebih-lebihkan,” ucapnya. Ia juga mengatakan bahwa pemerintah tidak mendengarkan para ilmuwan akan betapa berbahayanya keadaan bumi apabila masalah ini tidak segera ditangani.
Sehari setelah aksi para ilmuwan tersebut, mereka ditangkap oleh polisi karena memblokir pintu masuk ke gedung JP Morgan Chase. Protes yang mereka lakukan sendiri adalah sebuah bentuk kemarahan kepada perusahaan bahan bakar fosil, khususnya perusahaan Chase, tempat mereka melakukan aksi demo. Dr. Kalmus mengatakan bahwa perusahaan Chase mendanai proyek bahan bakar fosil baru lebih banyak daripada bank lainnya, yang mana membuat bumi menuju ambang kehancuran.
“Kami memilih JP Morgan Chase karena dari semua bank investasi di dunia, JP Morgan Chase mendanai sebagian besar proyek bahan bakar fosil baru. Seperti yang dijelaskan oleh laporan IPCC baru, emisi dari infrastruktur energi fosil saat ini dan yang direncanakan sudah lebih dari dua kali lipat jumlah yang akan mendorong planet ini lebih dari 1,5°C pemanasan global, tingkat pemanasan yang akan membawa lebih banyak panas, api, badai, banjir, dan kekeringan daripada 1,2°C saat ini,” tulis Dr Kalmus dikutip dari The Guardian, Sabtu (16/04/2022).
Nah, saat ini fenomena perubahan iklim sedang banyak diperbincangkan karena dampaknya yang mulai dirasakan, seperti menurunnya kualitas air, perubahan curah hujan, dan fenomena mencairnya es di kutub bumi. Sebelum itu, P-assengers tahu nggak apa itu perubahan iklim? Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2001), perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia.
“Ini bukan fiksi atau melebih-lebihkan. Inilah yang dikatakan sains kepada kita akan dihasilkan dari kebijakan energi kita saat ini. Kami berada di jalur menuju pemanasan global lebih dari dua kali lipat batas 1,5 derajat Celcius yang disepakati di Paris pada 2015,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dikutip dari The Nasional News, Jumat (22/4/2022).
Jadi, P-assengers mulai sekarang yuk kita mulai menjaga bumi kita ini. P-assengers bisa mulai dengan menghemat listrik di rumah, menanam tanaman, membatasi penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil dengan menggunakan kendaraan umum, berjalan, dan bersepeda. Jangan lupa juga untuk reduce, reuse, repair & recycle. Okay, P-assengers sampai sini dulu weekly article kita. Sampai bertemu lagi di weekly article selanjutnya, ya!
Sumber referensi:
- https://www.kilat.com/news/45716/pemanasan-global-mengancam-dunia-puluhan-ilmuwan-turun-ke-jalan
- https://www.fimela.com/info/read/4940736/ilmuwan-nasa-demo-besar-besaran-peringati-dampak-pemanasan-global-dalam-waktu-dekat
- http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/info-iklim/dampak-fenomena-perubahan-iklim
- https://dlh.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/perubahan-iklim-climate-change-32