Langit Berlapis Kabut Kelabu

Kabut asap dimana-mana. Sejauh mata memandang, hanya ada lapisan kelabu yang menghalangi pandangan. Lapisan itu telah menyelimuti Pulau Sumatra, merambah ke Kalimantan, hingga ke Ambon. Bahkan asap telah menutupi langit Negara Seribu Satu Larangan, Negeri Jiran, dan sekitarnya. Bagaimana bisa lapisan itu terbentuk? Apa penyebabnya? Siapa pelakunya?

Mantan presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, atau yang akrab dipanggil SBY, mengatakan, terjadinya kebakaran lahan dan hutan yang berada di wilayah Sumatera, bersumber dari dua hal. Pertama, suhu yang terlalu panas dan kedua, adanya pembakaran lahan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Pihak-pihak itu yakni perusahaan-perusahaan yang menginginkan perubahan alih fungsi hutan untuk kepentingan lain. Demi kepentingan perusahaan, mereka membakar hutan tanpa memikirkan akibat jangka panjangnya. Nyatanya, kabut asap itu bisa berdampak buruk bagi masyarakat, bukan hanya masyarakat setempat, juga masyarakat pulau sebelah, bahkan hingga negara tetangga.

Peneliti Center for International Forestry Research (CIFOR), Herry Purnomo, menghitung kerugian yang terjadi, dan didasarkan pada angka kerugian kebakaran lahan pada tahun 1997 ditambah dengan kerugian yang dialami Malaysia dan Singapura. Dampak ekonomi akibat kebakaran hutan dan lahan di Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari Rp200 trilliun, melebihi kerugian pada tahun 1997, padahal jumlah lahan yang terbakar jauh lebih sedikit. Herry menjelaskan, perhitungannya tersebut masih sangat kasar dilihat dari kerugian ekonomi, tanaman yang terbakar, air yang tercemar, emisi, korban jiwa dan juga penerbangan.

Bukan hanya dalam segi ekonomi, banyak akibat lain dari peristiwa ini. Udara sudah tidak layak digunakan untuk bernapas, sehingga banyak masyarakat yang terkena penyakit pernapasan, ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) misalnya. Selain saluran pernapasan, masyarakat juga terjangkiti penyakit lain, seperti iritasi mata, iritasi kulit, asma, maupun pneumonia.

Pendidikan juga terhambat. Demi kesehatan baik murid-murid maupun warga sekolah lainnya, sekolah sempat terpaksa diliburkan. Bahkan, jadwal UN di daerah terancam diundur karena peristiwa ini. Jadwal belajar mengajar pun terganggu dan tidak dapat bejalan efektif.

Masih banyak akibat yang ditimpulkan oleh kabut kelabu ini. Untung saja, atas kehendak-Nya, telah terjadi hujan untuk beberapa kali. Hujan itu sangat berperan dalam menurunkan tingkat polusi udara. Sayangnya, air hujan sempat berwarna kehitaman dan berbau asap pekat. Airnya juga berbuih. Hal itu disebabkan karena air hujan bercampur dengan asap yang sebelumnya menyelimuti udara. Warga pun harus menyaring airnya sebelum dapat digunakan seperti biasa.

Aggota DPR juga pernah mengadakan rapat dengan mulut ditutupi masker, sebagai simbol rasa simpati mereka terhadap bencana yang menimpa tanah air kita tercinta ini. Tetapi respon masyarakat cenderung negatif. Mereka mengkritik anggota DPR. Aksi memakai masker tersebut dianggap sebagai bentuk pencitraan dan politisasi bencana asap.

Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Apakah dengan cara menulis postingan dengan hashtag melawan asap, dan kabut asap dapat langsung hilang? Atau dengan cara memberikan like pada postingan yang bertuliskan “1 like = 1 pray”?

Ataukah dengan hanya duduk manis sambil mengomeli pemerintah? Melakukan demo agar pemerintah segera menghilangkan asap? Padahal pemerintah juga bukannya Tuhan, yang bisa berkata, “Hilanglah asap,” dan asap itu langsung hilang. Pemerintah mungkin memiliki kekuasaan, tetapi yang mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan asap hanyalah Tuhan.

Lalu, apa kita hanya harus duduk termangu sambil berdoa kepada Tuhan tanpa berusaha apapun? Atau malah menyalahkan Tuhan karena telah memberikan musibah kepada tanah air tercinta kita ini? Tentu saja tidak. Kita juga bisa berkontribusi dalam penanganan masalah ini. Daripada menciptakan masalah baru bagi pemerintah, dengan cara demo hingga menimbulkan kerusuhan misalnya, lebih baik kita bertindak langsung.

Bagaimana caranya? Bagi yang beragama islam, bisa melaksanakan shalat istisqa’, seperti yang sudah dilakukan beberapa pihak. Kita juga bisa menyumbang melalui lembaga-lembaga kemanusiaan yang menawarkan bantuan untuk menyalurkannya ke daerah yang terkena kabut. Bahkan banyak fanbase perkumpulan fans dari selebriti tanah air maupun mancanegara yang sudah menggalang dana untuk disumbangkan ke daerah-daerah korban kabut asap ini.

Semoga bencana yang melanda sebagian dari nusantara ini dapat segera teratasi, sehingga kehidupan di daerah yang terkena asap dapat berjalan kembali seperti sedia kala. #MelawanAsap

Mutiara Arifazzahra

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *