Kabut Asap: Bukan Hanya Orang Rumah yang Rugi, Namun Tetangga Juga!

asd

Yap, akhirnya nulis lagi setelah sekian lama (HAHA). Honestly, sebenernya gue rada males nulis. Cuma setelah dipikir-pikir, gue pun juga bisa ngeluarin unek – unek gue disini. Nah, salah satu yang jadi masalah di Indonesia sekarang itu adalah kabut asap. Sebenernya, ini bukan masalah baru di Indonesia, karena emang udah lama banget masalah ini ada, cuma baru sekarang yang dampaknya parah banget dan akhirnya mencuat ke media.

Mungkin, gue bukan orang yang merasakan. Tapi kalau kita lihat, keadaannya emang udah parah banget dan emang udah harus benar-benar di tanganin. Gini deh, kalau kita menghirup asap motor atau asap rokok sedikit aja, pasti kita complain kan? “Ih, ganggu banget sih!” atau “Bau apa sih ini? ganggu aja!” Tapi, bagaimana dengan saudara-saudara kita disana yang harus menghirup kabut asap itu hampir setiap hari?

Masalah ini sebenarnya sudah ada sejak sekitar tahun 1967 (menurut salah satu berita di TV). Dan biasanya, masalah yang sudah berkelanjutan pasti sudah dianggap biasa. Namun, kalau tetap dibiarkan, keadaan akan semakin parah. Jadi, memang harus ada gebrakan baru yang Indonesia lakukan untuk mencegah masalah kabut asap ini agar tidak semakin parah.

Sebenarnya, menurut gue, penyebab masalahnya ada dua. Yaitu dari pemerintah Indonesia sendiri dan pihak perusahaan (entah itu perusahaan dalam negeri atau perusahaan luar negeri yang punya cabang di Indonesia). Kalau kita ngeliat dari sisi pemerintah kita sendiri, menurut gue pribadi, pemerintah masih kurang tegas dalam menegakkan peraturan seperti izin lahan dan aturan-aturan lainnya, serta bagaimana mereka menangani kasus – kasus kabut asap yang terjadi beberapa tahun terakhir. Kalau dari sisi pihak perusahaan yang ada di Indonesia, mereka biasanya suka membakar lahan seenaknya saja, tanpa izin sehingga banyak lahan yang terbakar dan menghasilkan asap yang banyak.

Sebenarnya, menurut gue, apapun masalah yang Indonesia punya, peraturannya udah ada, sanksi untuk setiap masalah udah ada. Hanya, semua masalahnya ada di bagian pelaksanaannya yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Jadi, pasti sudah ada aturan yang ditetapkan oleh pemerintah, dan pastinya perusahan atau organisasi yang punya cabang di Indonesia. Hanya, terkadang pihak perusahaan yang suka “bandel” mencuri-curi kesempatan untuk melanggar dan dari pihak pemerintah sendiri kurang “was-was” terhadap hal tersebut. Dan hal ini menjadi PR bagi pemerintah kita pastinya.

Beberapa hari ini, banyak berita yang bilang kalau kabut asap terjadi bukan hanya di Sumatra saja, namun di Pulau Jawa pun sudah mulai terjadi. Katanya, kebakaran hutan yang di sengaja oleh beberapa oknum sudah terjadi di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dan memang beberapa hari yang lalu, gue juga ngerasa langit di Jakarta juga gelap banget. Tapi bukan karena mendung, ya arena asap itu sendiri.

Coba deh kita liat orang-orang yang kena kabut asap, kasihan kan mereka? Tiap hari harus menghirup udara yang udah bercampur dengan CO2 yang banyak banget. Pasti bakal banyak yang sakit – sakitan dan banyak kegiatan masyarakat yang di liburkan. Harusnya dengan begitu, kita masih bersyukur yang disini bahwa keadaannya gak separah disana.

Gue sempat bertanya sama teman gue di Singapura yang namanya Gaby (orang Indonesia yang sekolah disana) tentang masalah kabut asap ini. Disana, sekolah dia sempet diliburkan beberapa hari karena kabut asap di sana parah banget dan level asapnya sampai 300+, lho! Padahal batas amannya 100+, kalau sampai 200+ itu udah unhealthy dan 300+ itu udah hazardous. Disana, banyak kegiatan outdoor sekolah mereka yang diliburin. Dia bilang, “I think this year’s haze is way worst than last year. It will last, then gone, then came back again. Unlike last year, it last for a few weeks and then stopped.”. Dan dia cerita sama gue, banyak orang disana yang marah sama Indonesia karena masalah kabut asap ini. Bayangin deh, kalau kita tinggal di luar negeri, dan negara yang kita tinggalin kena masalah yang dari negara kita. Pasti bakal kita yang di ejek atau disindir, pasti malu kan?

Salah satu temannya pun bilang begini,

“I feel that they are very selfish. They are very selfish because they think that burning the forest can give them benefits but in result they cause a lot of problems for other people. For instance, the haze is so bad in Indonesia and sometimes health can be an issue. Some people there do not even have enough money yo buy proper food and you want them to pay for medical fees for the haze? The haze is also sometimes really bad in Singapore but we really lucky that it isn’t as bad as there. It brings a lot of disturbance because of the hazeas we need to cancel almost all the outdoor activities in Singapore. Some people also have health difficult for them to normal activities and their healthis at risk. – Hui Ping (Singapura)”

Mungkin itu hanya salah satu komentar yang berhasil kita korek dari negara tetangga, cuman kalau di korek lebih dalam pasti banyak banget. Jadi, gue berharap, dengan semakin parahnya masalah ini, pemerintah semakin bertindak tegas dalam kasus-kasus seperti ini, seperti memberikan hukuman yang setimpal kepada oknum yang bersalah sesuai kesalahannya, membatasi penggunaan lahan dan memperketat pengawasan yang ada. Namun, koreksi gak cuma buat pemerintah dong! Buat yang mau buat usaha dengan lahan Indonesia, plis tolong ikutin aturan yang ada. Indonesia negara uokum dan semuanya di proses dengan hokum, jadi ya…. Kalau salah pasti ada hukumannya.

Tapi, sekarang bukan saatnya bagi kita buat ngomel-ngomel. Cuma mungkin tadi gue banyak ngomel wkwkw. Tapi harus ada aksi. Bagaimana aksinya? Mulai saja dari hal kecil, sebegai pelajar ya kita harus belajar. Kalau mau terjun langsung, nanti aja tunggu sarjana dulu.

Jadi yah, terimakasih sudah mendengar curhatku. Maaf kalau ada yang merasa tersinggung ya
Namanya juga tak ada gading yang tak retak kan, ya? Yah, semoga kita bisa mengambil hikmah dari apa yang terjadi dan bisa mempersiapkan cara untuk berubah. Karena perubahan dimulai dari hal kecil dulu!

Elsa Virina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *