hello, who are you?

Halo, P-assengers!

Di artikelku kali ini aku akan sedikit narsis nih, karena pokok bahasannya adalah tentang diri sendiri. Kali ini aku akan sedikit cerita tentang diriku yang aku kenal selama ini.

Kalau ditanya,

“Kamu itu sebenarnya siapa?”

Rasanya aku belum bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat. Walaupun sudah genap 16 tahun aku hidup di dunia ini, rasanya aku belum mengenal diriku sedalam itu sampai bisa menjawabnya dengan benar.

Kalau kata orang sih, aku ini anaknya jujur, aku mudah sekali mengeluarkan berbagai macam emosi yang aku rasakan, baik senang, sedih, maupun marah. Yah, mereka nggak salah sih, aku sadar aku memang anak yang seperti itu, aku suka kebebasan, aku sangat berprinsip bahwa seharusnya tidak ada yang boleh mengekang pilihan-pilihan orang lain. Aku nggak suka diatur, tipe-tipe orang yang kalau dikekang malah kelakuannya makin menjadi. HAHAHAH. Tapi ada pengecualian untuk orang yang aku setujui untuk mengatur aku hehe.

Bukan hanya emosi, menurut orang-orang terdekatku, aku adalah orang yang mudah untuk mengeluarkan pendapatku di berbagai macam hal. Mereka benar, aku sangat tidak suka saat aku tidak bisa bersuara untuk mengutarakan isi pikiran. Aku juga selalu butuh seseorang untuk mendengarkan isi pikiranku. Iya, aku ngaku aku ini lumayan clingy.

Ah, tapi walaupun clingy, aku nggak bisa bilang diriku selalu butuh interaksi social, aku juga butuh waktu untuk sendiri, untuk melakukan hal-hal yang kusuka dan untuk mengenal diriku lebih dalam lagi. Bisa dibilang tipe kepribadianku ini ambivert. Setengah introvert, setengah ekstrovert. Labil ya? Iya, persis sama diriku yang labilan banget. Dulu saat SMP, ada salah satu temanku yang bilang kalau aku orang terlabil di dunia ini. Ah, padahal kan enggak. Aku yakin banyak anak seumuranku yang masih sama labilnya denganku dalam mengambil berbagai macam keputusan.

Nah, kayaknya udah cukup ya pendapat orang lain tentang diriku ini.

“Kalau menurut dirimu sendiri, kamu orang yang bagaimana?”

Ah, bagaimana ya?

Aku masih nggak yakin, tapi mungkin untuk sekarang, aku bisa diibaratkan sebagai seseorang yang berusaha untuk selalu menemukan kebahagiaan dalam hidup. Seseorang yang selalu ingin tahu apa yang semesta siapkan untuknya di masa depan.

Aku suka untuk berhenti sejenak dan menghargai setiap hal-hal kecil yang sederhana namun menyenangkan dalam hidup. Seperti mekarnya bunga-bunga, golden hour di kaca jendela kelas, senyuman orang lain, sampai perasaan nyaman saat  melemparkan diri keatas tempat tidur setelah hari yang panjang dan melelahkan. Memang perasaanku mudah sekali dipengaruhi oleh factor-faktor kecil dalam kehidupan.

Waktu aku masih kecil, aku adalah tipikal anak yang mudah terluka dan mudah menangis. Waktu masih duduk di bangku taman kanak-kanak aku cenderung nggak punya teman satupun. Karena hal itu, waktu masih kecil, aku dikenal sebagai anak yang cengeng, penakut, dan pemalu. Sekalinya nggak ditemenin, nangis. Nggak ada bagusnya sama sekali.

Walaupun begitu, aku tidak mengeluh karena diriku yang diberi anugrah perasa oleh Tuhan. Justru aku berterima kasih, karena dengan menjadi seseorang yang perasa, aku cukup mudah untuk berempati terhadap orang lain. Aku sering membayangkan diriku di posisi orang lain dan memahami cara untuk menjadi pendengar dan teman yang baik untuk mendukung mereka.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai membangun karakter yang lebih kuat, saat aku kelas 4 SD, aku sudah tidak sering menangis lagi. Yah-walaupun masih menangis sekali-sekali kalau emosi yang ditahan-tahan tahu-tahu udah nggak kebendung. Aku jadi jauh lebih berani dan tumbuh rasa percaya diri.

Saat SMP, aku ingat ada masa-masa saat aku benar-benar merasa membenci diriku sendiri, namun karena masa-masa itu, saat ia berlalu, justru aku jadi belajar akan pentingnya self-love atau rasa cinta pada diri sendiri. Pentingnya mengatur prioritas agar hidup jadi teratur dan nggak berantakkan.

Saat masuk SMA, aku belajar tentang banyak hal, aku mulai menggali hal-hal yang benar-benar aku sukai, bertemu banyak teman yang berbeda-beda, dan tentu saja mengenal diriku lebih dalam lagi Mungkin aku sekarang mengerti alasan orang bilang kalau masa putih-abu adalah masa-masa terbaik dalam hidup, karena itulah masa dimana kamu mulai mencari dan menemukan jati diri sendiri.

Ngomong-ngomong tentang jati diri, menurutku cukup lucu bahwa ada beberapa orang yang dengan mudah menemukan siapa dirinya, di usia yang sangat muda, ia sudah mengerti apa yang ia mau dari dunia dan apa yang akan ia lakukan untuk generasi masa yang akan datang. Namun, ada juga yang sampai tumbuh uban di rambutnya dan kerutan di pipinya, masih tidak yakin dengan apa yang ada didalam hatinya, tentang dirinya sendiri, dan alasan mengapa ia diciptakan di semesta ini.

“Siapa dirimu?”

Adalah pertanyaan yang mungkin baru bisa kujawab dengan pasti 5 tahun lagi, atau 10? Atau 50 mungkin? Hmm, tapi yang jelas, entah berapa lamapun waktu yang kuhabiskan untuk menjawabnya, aku akan selalu bersabar untuk menemukan jawaban yang tepat, dan siapapun diriku pada akhirnya, aku berjanji akan selalu menerima dan mencintainya sepenuh hati, serta akan selalu belajar untuk membuatnya menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari.

Kalau kalian, bagaimana?

Sudahkah menemukan ‘jati diri’ kalian yang sebenarnya?

Siapapun kalian, jangan lupa untuk mencintai diri sendiri, ya!

Sampai jumpa di tulisanku yang berikutnya! <3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *