Dia pekerja keras, dia baik, dia bijaksana, dia pemimpin terbaik yang pernah gua kenal selama ini, itulah sosok seorang ayah. Buat gua, seorang ayah itu nggak kalah penting sama seorang ibu. Well, yang gua perhatiin sih sosok seorang ibu itu jauh lebih diperhatikan daripada sosok seorang ayah contohnya, hari ibu diperingati semeriah mungkin di seluruh belahan dunia, hari ayah? Mungkin hanya segelintir orang yang pernah mendengar keberadaan hari ayah. Ya mungkin karena ibu lah yang berjuang melahirkan kita jadi sosok seorang ibu lebih diutamakan dimata masyarakat, padahal tanpa seorang ayah, ibu nggak akan bisa mengandung kita kan? Dan yang membesarkan kita, memang ibu yang terlihat lebih banyak menghabiskan waktu mengurus kita dan ayah rata-rata berangkat pagi, pulang malam. Padahal, ‘berangkat pagi pulang malam’ nya ayah itu buat mencari nafkah untuk menghidupi keluarga dan tentu aja kita.
Ayah gua lahir tanggal 8 April tahun 1966 di sebuah desa kecil yang bernama Manna, tepatnya di daerah Bengkulu selatan. Ayah gua adalah anak terakhir dari 7 bersaudara di keluarganya. Dia dilahirkan dari kondisi keluarga yang menengah kebawah, gua inget dia pernah cerita banyak ke gua dan salah satunya gimana kondisi rumahnya dan gimana keseharian Ayah gua. Tapi itu nggak melepas semangat Ayah gua, ketika masa sekolah dulu bahkan Ayah gua menjadi Ketua Pengurus OSIS di SMA nya. Disini lah sosok Ayah gua yang gua suka, dia sangat berambisi dan tidak pernah menyerah. Nenek gua pernah bilang ke Ayah gua, kalau pada saat kuliah nanti, nenek gua nggak akan ngebiayain sekolahnya, so artinya Ayah gua sudah harus mulai menabung untuk kuliah nanti. Dan amazingnya, Ayah bersama Pak Uncu (panggilan kakak dari Ayah di Bengkulu) memutuskan untuk merantau ke Yogyakarta.
Ayah gua tidak lama di Yogyakarta, karena setelah selesai kuliah S1 dia melanjutkan S2 nya, di Jakarta dan harus berpisah bersama Pak Uncu. Ayah gua adalah sosok yang looking forward, artinya dia menyiapkan segala sesuatu secara matang dan memikirkan masa depannya. Ayah gua mulai bekerja di perusahaan Jasamarga sembari kuliah. Ya, dia menjadi penjaga karcis tol atau apapun itu. Ayah gua pernah bercerita ke gua gimana masa-masa dia menjadi seorang penjaga karcis tol. Namun Ayah gua tidak melontarkan sepatah kata pun yang menandakan bahwa dia tidak menyukai pekerjaannya. Ayah gua bahkan bercerita mengenai gimana menariknya menjadi seorang penjaga karcis tol, bagaimana pengalaman menarik bertemu teman-teman kerjanya.
Ayah gua selalu menginginkan yang lebih baik, dan selalu mengharapkan bahwa hari esok lebih baik daripada yang sekarang. Ayah gua melanjutkan kerjanya menjadi seorang pegawai di salah satu Bank, karena dulunya adalah lulusan Fakultas Ekonomi. Singkat cerita Ayah gua menjadi seorang Developer perumahan cluster sampai sekarang. Jujur, gua sendiri bingung kenapa seorang lulusan Fakultas Ekonomi menjadi seorang arsitek sekaligus Developer perumahan, well gua berpikir bahwa disitulah hal unik yang dimiliki Ayah gua.
Di hari-harinya, Ayah gua sangat sibuk dengan segala urusannya namun tetap bisa mengatur waktunya secara baik. Tiada hari tanpa Ayah gua yang pergi keluar mencari nafkah demi keluarganya. Ayah gua sering berpesan kepada gua dan kakak gua, bahwa Ayah gua selalu menginginkan yang lebih baik, seperti yang gua bilang tadi. Dia menginginkan kalo gua udah kuliah dan melanjutkan kerja nanti, pilihlah pekerjaan yang lebih baik daripada pekerjaan Ayah gua sekarang. “Kalau Bapak jadi Developer, minimal kamu jadi pemimpin suatu perusahaan ya”. Itu kata yang sekaligus menginspirasi hidup gua, kalau gua harus membuktikan keluarga gua bahwa gua bisa menjadi lebih baik daripada Ayah gua.
Dari perjalanan hidup Ayah gua, gua dapat mengambil banyak pelajaran berharga yang gua yakin dapat berguna buat hidup gua nanti. Ayah gua ngajarin gua kalo lo jadi orang–apalagi seorang cowok, lo harus berani mengambil segala resiko yang akan terjadi jika lo udah masuk ke dunia kerja.