Hoi, P-assengers! Apa kabar? Kami harap kalian sehat, ya. Kali ini, kita akan membahas tentang salah satu peristiwa bersejarah di Indonesia. Tapi, tunggu dulu! Sejarah ini mungkin tidak banyak ditulis di literatur yang ada. Jadi, agar jiwa nasionalisme P-assengers bertambah, baca artikel ini sampai selesai, ya!
Dalam bahasa Belanda, Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi dikenal dengan nama “Muiterij op De Zeven Provinciën.” Peristiwa ini terjadi karena adanya upaya Pemerintah Hindia Belanda untuk mengurangi defisit anggaran belanja. Upaya itu dilakukan untuk mengatasi krisis ekonomi dunia kala itu. Namun, upaya itu hanya menguntungkan Belanda dan merugikan Indonesia yang saat itu disebut Hindia Belanda. Siapakah yang tepatnya dirugikan? Ialah pegawai pemerintah Hindia Belanda. Per 1 Januari 1933, Gubernur Jenderal Bonifacius Cornelis De Jonge menetapkan penurunan gaji pegawai sebesar 17%. Tak disangka-sangka, keputusan itu menyebabkan reaksi hebat dari kalangan pribumi.
Pada tanggal 30 Januari 1933, terjadi unjuk rasa di Surabaya, tepatnya di pangkalan utama Angkatan Laut Belanda. Awalnya, berita itu ditahan oleh jajaran komando Angkatan Laut. Sayangnya, berita tersebut tersebar dan terdengar ke kapal perang Belanda bernama Hr. Ms De Zeven Provincien yang sedang melakukan patroli di sebelah barat Aceh. Menanggapi hal tersebut, komandan Kapal Tujuh, Ekeneboom, lantas berpidato dengan nada ancaman. Tanpa memedulikannya, para ABK pribumi, di antaranya Paraja, semakin berniat untuk memimpin pemberontakan di atas kapal itu. Mereka pun memutuskan untuk mengadakan rapat. Akhirnya, ide pemberontakan itu disetujui oleh banyak kalangan pribumi serta beberapa pelaut Belanda, seperti Maud Boshart.
Puncak pemberontakan terjadi pada tanggal 4 Februari 1933 pukul 22.00, tepatnya saat kapal sedang berlabuh di Aceh. Di saat para pelaut Belanda sedang asyik melakukan pesta, para pelaut pribumi menjalankan aksinya. Awalnya, mereka tidak tahu bahwa terjadi pemberontakan di atas Kapal Tujuh. Mereka baru tersadar ketika seorang letnan melihat perwira jaga kapal sudah meregang nyawa. Ternyata, kapal pun sudah dikuasai oleh para pribumi.
Keesokan harinya, para pelaut pribumi pun langsung menyiarkan siaran pers yang dimuat dalam tiga bahasa, yaitu Belanda, Inggris, dan Melayu. Isinya adalah memprotes kebijakan Belanda dalam mengurangi gaji pegawai pemerintah dan segera membebaskan tahanan pribumi. Setelah itu, mereka pun melanjutkan pelayaran ke tujuan akhirnya, yaitu Selat Sunda. Pelayaran itu berlangsung dari tanggal lima hingga 10 Februari 1933. Selama enam hari itu, Pemerintah Hindia Belanda dibuat kalang kabut.
Pada tanggal 10 Februari, Kapal Tujuh sampai di Selat Sunda. Namun, Pemerintah Hindia Belanda sudah menyiapkan pertahanan di sana. Kapal Perang Hr Ms Java, dikawal oleh dua kapal torpedo, Hr Ms Piet Hien dan Hr Ms Evesten, serta Pesawat Pengebom Dornier sudah disiagakan. Komandan Kapal Perang Java, yaitu Kapten Van Dulm memberikan sinyal peringatan kepada Kapal Tujuh untuk menyerah. Namun, Paraja yang saat itu menjadi pemegang komando bersikukuh untuk tak menyerah. Pemerintah Hindia Belanda pun memberikan izin untuk menyerang Kapal Tujuh. Pada pukul 09.18, dua buah bom dijatuhkan dari Pesawat Dornier. Bom pertama meleset. Bom kedua pun tepat mengenai geladak kapal. Paraja tewas dalam serangan itu. Komando pun digantikan oleh Kawilarang. Namun, karena situasi yang sudah tidak terkendali, ia pun menyatakan menyerah kepada Belanda.
Dalam serangan itu, hanya beberapa awak Kapal Tujuh yang tewas, yaitu dua puluh orang awak pribumi dan tiga orang awak Belanda. Sedangkan, yang masih hidup ditahan Belanda di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu. Kawilarang sebagai pengganti Paraja mendapat hukuman selama 18 tahun penjara. Maud Boshart mendapat hukuman selama 16 tahun penjara. Pelaut lainnya mendapat empat hingga enam tahun penjara. Sebagian besar dari mereka yang meninggal dunia selama masa tahanannya dikubur di pulau itu.
Peristiwa ini dikenang setiap tanggal 5 Februari. Walaupun tidak banyak ditulis di literatur yang ada, namun peristiwa ini tentu membawa dampak besar dalam kemerdekaan Indonesia.
Baiklah, kami cukupkan dulu artikel ini, ya! Semoga artikel ini dapat menambah jiwa nasionalisme serta patriotisme P-assengers semuanya. Sampai jumpa di artikel lainnya! Semoga harimu bahagia!
Referensi:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Kapal_Tujuh_Provinsi#:~:text=Peristiwa%20Kapal%20Tujuh%20Provinsi%20(Zeven,adalah%20keputusan%20untuk%20menurunkan%20gaji
- https://seruni.id/mengenang-hari-peristiwa-kapal-tujuh-provinsi-pada-5-februari/