“Katniss Everdeen, The Girl on Fire!”
Duh, pecinta novel trilogy pasti tau banget ini kata-kata darimana. Yap! The Hunger Games karangan penulis Amerika Serikat Suzanne Collins. Sebuah novel fiksi ilmiah yang dirilis pada tahun 2008. Suzanne Collins mengisahkan seorang gadis berumur 16 tahun bernama Katniss Everdeen, yang tinggal di sebuah negara bernama Panem, Amerika Utara. Capitol, ibu kota metropolis yang sangat maju dan dipenuhi oleh penduduk yang bergaya nyentrik memegang kendali politik atas keseluruhan Panem, The Hunger Games sendiri merupakan acara tahunan di Panem yang diikuti oleh seorang anak laki-laki dan perempuan berusia 12-18 tahun dari 12 distrik di sekeliling Capitol, dipilih melalui pengundian untuk bersaing dalam pertarungan mematikan yang disiarkan live television.
Bergerak Berinovasi, Berkarya Menginspirasi
Salah satu hal menonjol dan merupakan ‘sensasi baru’ yang hanya bisa didapatkan dari novel The Hunger Games adalah girl power. Karakter utama dalam novel ini, Katniss Everdeen sangat menginspirasi saya. Mengapa Katniss Everdeen sangat menginspirasi saya? Karena dari banyak buku yang sudah saya baca, saya baru bertemu dengan karakter seperti Katniss Everdeen. Karakter yang berani, kuat dan bijaksana. Sifat-sifat seorang perempuan seperti itu cukup jarang kita temukan dalam karakter sebuah novel, jangankan di novel, di real life saja cukup jarang.
Tentu saja semua hal tentang ‘girl power’ dalam novel The Hunger Games tidak bisa terjadi tanpa seorang Suzanne Collins, seperti visi PIDAS, Suzanne Collins terus bergerak, berinovasi dan berkarya untuk menginspirasi masyarakat, baik kalangan muda maupun tua. Lewat The Hunger Games, Suzanne Collins berani membangun karakter utama perempuan yang sifatnya jauh dari stereotype kebanyakan orang. Biasanya karakter utama digambarkan dengan seorang tokoh laki-laki yang gagah, seorang superhero dan sebagainya. Namun lewat karakter yang dibuat oleh Suzanne Collins, kita dapat belajar bahwa perempuan juga bisa menjadi tokoh superhero.
Girl Power
Mungkin banyak dari kita yang kurang aware dengan ketidakseimbangan antara peran wanita dan laki-laki dalam kehidupan. Baik fictional seperti dalam buku, maupun dalam kehidupan nyata. Tapi sebenarnya kesenjangan tersebut ada. Mungkin awalnya kesenjangan tersebut muncul dari stereotype masyarakat bahwa seorang wanita seharusnya nurut, kalem dan sebagainya, sedangkan laki-laki harus bijaksana dan berani. Namun lama kelamaan stereotype tersebut dapat menimbulkan Gender Discrimination, sebuah ketidakadilan gender yang merupakan akibat dari adanya sistem struktur sosial di mana salah satu jenis kelamin (laki-laki atau perempuan) menjadi korban.
Tanpa kita sadari, Gender Discrimination banyak terjadi di sekeliling kita, seperti pandangan terhadap wanita yang tugas dan fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan domistik atau kerumahtanggaan atau pandangan bahwa laki-laki harus selalu kuat dan tidak memperlihatkan sifat emosional dalam kehidupan sehari-hari karena dianggap cengeng. Padahal, pandangan-pandangan ini hanya budaya yang turun menurun dan masih dapat diubah. Namun mengubah pandangan ini merupakan tugas yang cukup sulit, karena masalah gender merupakan masalah yang intens, dimana kita masing-masing terlibat secara emosional.
In the end, kita semua adalah makhluk sosial yang demokratis dan saling membutuhkan, harus saling menghormati dan menghargai sesama tanpa memandang gender. Karena pada dasarnya laki-laki maupun perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai manusia, sehingga harus mempunyai kesempatan yang sama pula dalam hal-hal yang bersifat non-kodrati.
Men and women in equality,
Endowed with the same dignity
Source
https://id.wikipedia.org/wiki/The_Hunger_Games
http://theinnerwriter.com/wp-content/uploads/2014/05/Suzanne-Collins+book-600.jpg
http://nerdist.com/wp-content/uploads/2015/06/The-Hunger-Games-Mockingjay.jpg
http://ilhamaulani.blogspot.co.id/2015/04/makalah-diskriminasi-gender.html