Gender Equality Dalam Kemerdekaan: R.A Kartini Sang Peraih Mimpi Perempuan Indonesia

Pendidikan yang dapat dirasakan oleh semua kalangan tanpa mempedulikan latar belakang masa kini, tidak dapat dirasakan oleh semua kalangan pada masa lalu. Khususnya, para perempuan yang banyak dipandang sebelah mata, yang hanya dianggap sebagai sosok pelengkap atau bahkan pemuas nafsu. Ketidaksetaraan gender yang terjadi pada masa lampau tidak hanya dapat kita lihat dalam aspek pendidikan. Sesuatu yang sudah seharusnya didapatkan oleh seluruh manusia, ternyata hanya beberapa golongan saja yang dapat mendapatkannya. Ketidaksetaraan gender yang terjadi telah dan terus diperjuangkan hingga masa kini. Perempuan hebat dan tangguh, R.A Kartini adalah salah satu sosok yang mempelopori para perempuan, dan bahkan laki-laki, untuk menegakan hak para manusia. Kesetaraan gender.

Halo P-assangers! Bagaimana hari kalian? Semoga kalian selalu bahagia dan sehat di tengah hiruk pikuk kehidupan dengan berbagai persoalan yang ada di Indonesia, atau bahkan di dunia. Kesetaraan gender, merupakan suatu persoalan yang hingga kini masih diperjuangkan, hak asasi manusia, suatu hak untuk hidup secara terhormat guna mencapai kehidupan yang sejahtera, kebebasan dari rasa takut dan menentukan pilihan hidup merupakan sesuatu yang sudah hakikatnya didapatkan oleh seluruh gender, baik perempuan maupun laki-laki.

Dari sekian banyak perempuan yang ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan, R.A Kartini merupakan. salah satu sosok perempuan tersebut. Tidak hanya memperjuangkan kemerdekaan untuk Indonesia, Kartini juga memperjuangkan kemerdekaan bagi para wanita dalam menggapai mimpinya untuk mengenyam pendidikan yang setara, sama, seperti yang dilakukan oleh para laki-laki. Sosok perempuan yang lahir pada 21 April 1879 di Jepara, adalah sosok yang dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita pribumi kala itu. Keadilan dan kesetaraan gender telah diperjuangkan oleh R.A Kartini sejak tahun 1908. Perjuangan persamaan hak antara laki-laki dan wanita terkhusus dalam bidang pendidikan.

Sejak kecil, Kartini telah dikenal sebagai sosok yang aktif dan lincah. Hal ini juga di utarakan dalam suratnya kepada Estelle Zee-handelaar pada tanggal 18 Agustus 1899: “Saya diberi sebutan kuda kore atau kuda liar. Karena saya jarang berjalan, namun saya selalu melompat atau melonjak-lonjak. Dan karena sesuatu dan lain hal lagi saya dimaki-maki juga sebab saya sering sekali tertawa terbahak-bahak dan memperlihatkan banyak gigi yang dinilai perbuatan tidak sopan” (Sutrisno, 2014:15). Pada 1885 Kartini dimasukan ke Sekolah Dasar Eropa atau Europeesche Lagere School (ELS) Walaupun sebenarnya hal ini bertentangan dengan tradisi kaum bangsawan yang melarang putrinya keluar rumah. Kemampuannya dalam berbahasa belanda, ditambah kegemarannya dalam membaca mendorong pemikiran Kartini dalam memahami tentang perjuangan perempuan serta menumbuhkan pemikiran ala perempuan Eropa yang maju pada diri Kartini, yang dimana saat itu status sosial perempuan di Indonesia masih dipandang rendah. Kenyataan bahwa keinginan Kartini dalam melanjutkan pendidikan tinggi di tentang oleh kedua orang tuanya. Hingga Ia harus dipingit selama bertahun-tahun, dan baru diperbolehkan untuk keluar rumah pada 1898.

Kegigihannya dalam mencapai mimpi serta keinginan yang Ia miliki, dimulai ketika Ia mendirikan sekolah khusus putri di Jepara. Di sekolah tersebut mereka belajar cara menjahit, menyulam, dan memasak. Kartini juga kerap kali menulis surat untuk temannya di Belanda, Rosa Abendanon, yang berisikan keinginannya untuk menaikan derajat wanita Indonesia. Ia juga kerap kali menuliskan cita-cita nya untuk menjadi seorang guru, meski cita-cita yang Ia mimpikan itu tidak dapat terwujud karena Kartini harus menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat, seorang Bupati Rembang, yang mendukung penuh cita-citanya. Kartini diizinkan untuk membangun sebuah sekolah khusus putri di Rembang, yang sekarang berubah menjadi Gedung Pramuka. Namun sebelum Kartini merasakan buah dari hasil perjuangannya, Ia terlebih dahulu menghembuskan nafas terakhirnya pada 17 September 1904 di Rembang.

Meskipun begitu, akhirnya perjuangan R.A Kartini ditindaklanjuti pada tanggal 22 Desember 1928 oleh Kongres Perempuan Indonesia yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Ibu. Namun karena perjuangan Kartini sebagai sosok pelopor pemikir dan penggerak emansipasi perempuan, melahirkan dan mendorong penyetaraan gender tidak hanya dalam bidang pendidikan, namun juga dalam segala aspek kehidupan. Pada kehidupan masa kini, kesetaraan gender sudah hampir dapat dirasakan dalam hampir seluruh kehidupan masyarakat Indonesia, salah satunya adalah, para perempuan sudah mendapat pendidikan yang setara, adanya gerbong kereta serta kursi untuk para perempuan dalam transportasi publik, turut mendukung pernyataan bahwa kesetaraan gender sudah hampir didapatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Namun, seiring perkembangan zaman, adanya pemikiran-pemikiran serta pendapat yang dikeluarkan dan dimiliki oleh beberapa orang yang kerap kali menganggap perempuan adalah makhluk lemah, yang memiliki kodrat dibawah laki-laki, hal ini saling mempengaruhi tiap individu lain untuk turut berpikir hal yang sama. Sehingga muncullah pemikiran patriarki yang nantinya menyebabkan ketidaksetaraan gender.

Sebagai pelajar, anak muda, sudah sepatutnya kita turut serta dalam menyuarakan penyetaraan gender dalam segala aspek kehidupan. Untuk menjadi seorang pelopor seperti Kartini, sebuah keharusan untuk kita menguasai dan memahami lebih dalam terlebih dahulu arti, maksud, dan tujuan dari kesetaraan gender yang sebenarnya, sehingga kita dapat mengedukasi dan menyingkirkan pemikiran patriarki yang ada.

Ternyata, dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, diperlukan perjuangan dalam memerdekakan segala aspek hak serta persoalan kehidupan ya! P-assangers pasti bangga sekali bisa mempunyai pahlawan perempuan yang tangguh dan peduli terhadap perubahan negara kita tercinta, Indonesia.


Referensi:
https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230418134033-569-939289/perjuangan-ra-kartini-untuk-kaum-perempuan-indonesia
https://bpbd.bogorkab.go.id/hari-kartini-21-april-sejarah-perjuangan-emansipasi-perempuan/
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-surakarta/baca-artikel/15684/Female-Role-Models-of-Indonesian-Independence-Fighters-Movement-to-Implement-Gender-Equality-in-Indonesia.html
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13859/Kartini-dan-Kesetaraan-Gender-No-One-Left-Behind.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *