Ini satu lagi kisah yang sebenarnya cuma uneg-uneg saya saja dan sejujurnya bukan suatu hal yang sangat penting, tapi saya tetap merasa perlu untuk mencurahkannya. Saya mau sedikit mengeluh (kalau boleh) dengan orang-orang Indonesia yang suka minta folbek alias “follow back” (ikuti balik) yang sangat populer di kalangan pengguna Twitter, khususnya di Indonesia. Anyway, mungkin sedikit intro dulu bahwa aktivitas follow mem-follow orang ini populer di Twitter (tentunya sudah pada tahu, tapi saya tetap harus menjelaskannya). Nah, semakin ke sini, Twitter semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya remaja. Jangankan manusia, benda-benda tidak bernyawa, seperti hantu pun (minimal) punya satu akun Twitter.
Namun, tampaknya, orang Indonesia belum paham betul fungsi Twitter ini secara menyeluruh. Maksudnya, sebut saja mengenai fitur mem-follow orang. Apa sih maksudnya? Jadi begini, ide awalnya dari Twitter ini adalah semacam microblog, yaitu semacam jurnal mini di mana orang-orang bisa mencurahkan pendapat atau opininya secara singkat (tidak lebih dari 140 karakter) di ranah publik. Awalnya, kita mengenal blog sebagai mini diary, tapi kemudian akan sangat lucu rasanya jika kita ingin menceritakan pengalaman kita mengenai (misalnya) kopi di sebuah kafe yang baru kita datangi ternyata sangat lezat dan kita ingin berbagi pendapat kita tersebut agar banyak orang yang tahu dengan mem-post-nya di blog. Katakanlah kita ingin mengatakan, “Wah, kopi di kafe **** enak banget!” that’s it, cuma itu, kita enggak mau cerita soal bagaimana perjalanan kita tadi menuju kafe itu atau kita ketemu siapa saja di dalam kafe atau hal lainnya, kita cuma ingin mengekspresikan bahwa kopi yang kita minum sangat enak dan kita mau orang lain tahu agar bisa mencicipinya nanti. Tentu akan sangat konyol jika kita mengekspresikan hal semacam itu dalam blog. Oleh karena itu, muncullah Twitter sebagai microblog. Orang-orang bisa mengekspresikan segala pikiran dan pendapat mereka akan sesuatu secara singkat dan bisa diketahui orang banyak.
Kemudian, kita mengenal fitur follow. Fitur follow ini TIDAK seperti fitur “add friend” di Facebook atau banyak media sosial lainnya. Di Facebook, misalnya, ketika kita menambahkan seseorang sebagai teman dalam jaringan kita maka otomatis kita pun akan menjadi teman dalam jaringan dia. Kita bisa melihat segala updates teman-teman kita dan teman-teman kita pun bisa melihat segala aktivitas atau updates kita (selama pengaturan privasi kita tidak melarang itu). Namun, hal ini berbeda dengan Twitter. Kita mem-follow seseorang karena itu artinya kita tertarik dengan aktivitas orang tersebut, dan itu sah-sah saja. Namun, itu bukan berarti orang yang kita follow harus mem-follow balik orang yang telah mem-follow dia. Jika orang yang di-follow merasa tidak tertarik untuk mem-follow kita maka dia pasti tidak akan mem-follow, tapi sebaliknya, jika dia tertarik maka tanpa kita minta pun orang itu pasti akan mem-follow akun kita demi mendapatkan segala updates dari kita.
Jadi, tahu kan di mana anehnya orang-orang kita? Iya, sangat banyak orang yang minta “folbek”. Oh, ya ampun, saya rasa itu konyol. Serius deh. Sejujurnya, saya suka emosi dengan berbagai mentions yang meminta saya untuk mem-follow balik orang-orang yang telah mem-follow saya. No offense, tapi selama saya merasa saya tidak perlu tahu banyak tentang orang itu, tentu saya tidak akan mem-follow. Jangankan yang tidak dikenal, orang-orang yang saya kenal pun tidak saya follow semua Twitter-nya (sekalipun saya tahu betul username-nya), hanya orang-orang yang benar-benar membuat saya tertarik yang saya follow. Artinya, saya mem-follow suatu akun karena saya memang ingin tahu lebih banyak tentang orang itu–tidak melihat orang itu saya kenal atau tidak–orang itu men-tweet hal-hal yang menarik, atau minimal saya ada perlu dengan orang itu. Jadi, kalau memang motivasi Anda ingin mendapat followers yang banyak, saya kira Anda salah paham dengan fungsi Twitter yang sebenarnya. Followers akan bertambah jika memang Anda men-tweet hal-hal yang dianggap menarik oleh banyak orang (dan juga dibutuhkan). Mungkin rasanya sangat kerena jika followers kita mencapai ribuan, tapi kan bukan itu esensi dari Twitter. Jadi, jika kita mem-follow seseorang, tidak perlu kita berharap apalagi sampai meminta untuk di-follow balik oleh orang yang bersangkutan. Ingat, ini Twitter, bukan Facebook. Dan orang yang tidak mem-follow balik kita bukan berarti sombong, tidak begitu. Itu artinya orang tersebut memang merasa tidak perlu mengetahui “apa yang baru” dari Anda, dan itu tidak salah (dan merupakan hak orang itu pula). Saya heran deh, sering kali saya melihat akun Twitter orang yang mem-follow hingga 500 lebih bahkan sampai ribuan. Saya bertanya-tanya apakah orang ini segitu “keponya” dengan 500-an lebih orang yang dia follow ini atau apa motivasinya? Entahlah, tapi saya kira, masyarakat kita ini masih masyarakat yang ya… tipikal followers atau ikut-ikutan suatu tren tanpa benar-benar paham manfaatnya.
Jadi, marilah kita menjadi masyarakat yang tidak hanya menjadi followers (dan kecewa jika tidak di-follow balik). Orang-orang dengan sendirinya akan mem-follow ketika mereka merasa bahwa bisa mengambil suatu manfaat dari kicauan-kicauan kita di Twitter. Tidak perlu bersedih hati atau frustasi jika followers Anda tidak mencapai ribuan bak artis terkenal atau public figure. Para artis atau public fugure memiliki banyak followers tentunya karena mereka punya “nama” dan menjadi wajar jika banyak orang yang mem-follow bisa jadi merupakan fans mereka juga. Sementara itu, bagi kita yang “biasa-biasa” saja, kita tidak perlu terlalu bersemangat mencari followers (bahkan tidak jarang membuat “sampah” di timeline dan akhirnya akunnya ter-suspend), yang biasa-biasa saja. Followers (baik yang nyata maupun yang bukan) akan datang dengan sendirinya jika mereka memang merasa bahwa mereka perlu tahu lebih banyak tentang Anda. So, please, jangan pernah minta “folbek” kepada orang-orang yang Anda follow. Bijaksanalah dalam menggunakan media sosial.