Film Anak Lanang (2017) menjadi salah satu karya anak bangsa yang sangat menginspirasi kita untuk terus berkarya dan mengukir prestasi. Film yang diproduksi oleh Ravacana Films dan Humoria Films ini berhasil mendapatkan penghargaan “Outstanding Achievement” di ajang Indonesian Film Festival (IFFa ) Australia ke-14. Tidak hanya itu, film ini juga berhasil terpilih menjadi film terbaik di Indonesian Short Film Festival SCTV 2019.
Film yang berlatar belakang di Yogyakarta ini menceritakan empat orang anak laki – laki yang sedang berbincang di atas becak sepulang sekolah. Keempat anak ini membicarakan hal – hal terkait kehidupan mereka sehari – hari. Menurut saya, seluruh pemeran telah membawakan perannya masing – masing dengan sangat baik sehingga akting mereka terlihat natural.
Salah satu hal menarik yang terdapat dalam film ini adalah, tidak ada adegan yang di cut, alias sutradara menggunakan teknik one take shot. Pengambilan gambar juga tidak terlalu cinematic namun detail sangat diperhatikan, seperti bagaimana raut wajah Danang yang memelas ketika melihat sebuah keluarga menaiki motor bersama. Film ini memang terlihat sederhana, namun menyiratkan sebuah kritik sosial tentang bagaimana sosok seorang ibu sangat penting dalam pembentukan karakter buah hatinya.
Sifat keempat anak tersebut terlihat sebagai cerminan dari masing – masing ibunya. Sigit yang terlihat tenang dan mau mengerjakan pekerjaan rumah, memiliki ibu yang penyabar. Samsul yang sangat tertarik dengan pertengkaran, memiliki ibu yang suka menonton sinetron. Terakhir, Danang dan Yudho yang terlihat terus bertengkar sepanjang perjalanan, ternyata tinggal di rumah yang sama, dengan bapak yang sama, namun memiliki ibu yang berbeda.