Donata Siagian -atau Donat, berdasarkan teman-temannya-, adalah seorang perempuan 15 tahun -yang seperti manusia berumur 15 tahun lainnya-, menjalani hidup dengan beban yang dianggapnya berat.
Tiga bulan setelah kelahirannya pada 9 September 2005, Donat sudah terkena tumor jinak Hemangioma yang tentunya membuat orangtua dan keluarganya kewalahan. Bagaimana tidak? tubuh bayi yang baru lahir itu harus dioperasi secepat mungkin sebelum tumornya menyebar. Tumornya bisa hilang, tapi tidak bekasnya. Sampai sekarang, bekas jahitan masih terlihat cukup jelas di dahinya. Awalnya, bekas itu tidak disukainya, tapi setelah dia terpengaruh kakaknya untuk menyukai serial buku dan TV Harry Potter, mungkin memiliki bekas di dahi tidak terdengar seburuk aslinya, bahkan dia anggap keren.
Tapi bukan hanya bekas yang membedakan Donat dengan dua saudara kandungnya yang lebih tua. Mungkin ini hanya efek samping ejekan dan candaan terus menerus dari kakak-kakaknya sejak dia kecil, tapi sampai sekarang dia masih merasa kurang, dari aspek akademis maupun kepribadian. Di matanya dan mata keluarganya, kakak-kakaknya adalah anak-anak cerdas, setidaknya dalam segi akademis. Tidak jarang dalam pertemuan atau acara keluarga, kakak-kakaknya dipuji terus menerus akan prestasi yang mereka capai, meninggalkan Donat seakan-akan di balik bayangan. Dalam kasus terparah, Donat bahkan tidak dikenali oleh keluarga jauhnya; mereka kira anak orangtuanya hanya dua. Apakah itu membuatnya sakit hati? tidak. Pada titik itu Donat bahkan sudah terbiasa tidak dianggap. Apakah itu yang membuatnya ambisius? jelas, iya.
Hampir semua kemampuan non-akademis yang dia miliki berawal dari keinginannya membuktikkan bahwa dia tidak kurang dari kakak-kakaknya. Yang dimaksud adalah kemampuan seperti Taekwondo, piano, biola, gamelan, melukis, membaca dan cipta puisi, dan kemampuan lainnya tidak relevan. Mungkin hal ini bisa dianggap buang-buang waktu, tapi Donat menemukan kebahagiaan tersendiri dalam memiliki kemampuan yang tidak dimiliki saudaranya.
Ambisi ini menimbulkan pro dan kontra. Tentu, pro-nya adalah Donat memiliki banyak topik yang bisa disombongkan kepada keluarganya. Tapi kelemahannya dalam bersosialisasi adalah kontranya. Lingkar pertemanan yang dimilikinya sejak SD sampai SMP hanya terdiri dari tiga orang yang sama. Bahkan dari tiga orang tersebut, hanya satu yang dianggapnya sahabat. Untungya, dengan memulai tahun pelajaran baru di SMA dengan cara daring -walaupun dia juga tidak suka-, mendekatkannya kepada teman-teman dan kakak kelasnya -yang tentunya merupakan orang-orang menyenangkan-, dengan lebih cepat.
Jadi untuk kamu yang mau membantu Donat untuk tidak menjadi manusia yang tersesat dalam lingkup sosialisasi manusia lainnya, temani saja, ya! Dari luar memang mukanya kayak nyari masalah, tapi niatnya baik kok (kadang)!
10 Oktober 2020 oleh Donata S. News Cetak