Film pendek berjudul “Anak Lanang” ini diproduksi oleh Ravacana Films pada tahun 2017. Film ini berlatar perkampungan Jogja yang juga saat itu bertepatan dengan “Hari Ibu”. Film pendek yang berdurasi 14 menit ini mengisahkan empat anak SD yang sedang mengobrol di atas becak sewaktu perjalanan pulang sekolah. Keempat anak ini adalah Sul, Sigit, Yudho, dan temannya.
Mereka berempat memiliki karakter yang berbeda-beda. Sigit, tipikal orang yang penyabar. Dia adalah yang terpintar dari keempatnya. Sering sekali dia ketitipan tugas temannya, Sigit yang mengerjakan dan ketiga temannya hanya menyalin. Sul, tipikal orang yang senang mengompori teman-temannya. Seringkali perdebatan terjadi karena omongannya. Sedangkan Yudho dan teman satunya hanya bertengkar selama perjalanan. Mereka sering kali mengejek nama ibunya satu sama lain.
Sebelumnya saya tidak begitu memahami maksud dari film ini. Tetapi setelah menonton kedua kalinya dan sedikit melakukan research, saya pun paham maksud dibaliknya. Satu pesan moral yang sangat menonjol dari film ini adalah bagaimana sikap seorang anak yang mem-fotocopy sikap orang tuanya, dalam film ini adalah ibu. Sikap yang dimiliki seorang anak adalah sikap cerminan dari ibunya. Sigit memiliki sifat penyabar dan kalem yang tercermin dari ibunya. Sul yang senang mengompori temannya juga ternyata cerminan dari ibunya. Sul sempat mengatakan ibunya yang senang menonton sinetron. Berbeda dengan keadaan Yudho dan temannya yang menurut saya merupakan plot twist dari film ini. Faktanya mereka memiliki ayah yang sama namun ibu yang berbeda. Ya, ayah mereka melakukan poligami dan cukup menjelaskan bagaimana sikap mereka yang sedari pulang sekolah berantem terus menerus.
Film ini juga sempat menyinggung hari ibu yang menurut tukang becak diciptakan oleh orang Amerika. Ternyata setelah saya mencari sejarah dibaliknya, memang benar hari ibu pertama kali dicetuskan oleh orang Amerika bernama Anna Jarvis. Tidak banyak yang tahu kalau hari ibu ini awalnya diciptakan oleh Anna untuk mengenang kematian mendiang ibunya.
Dari film pendek ini saya belajar bahwa lingkungan sangat memengaruhi karakter dan kepribadian seseorang. Terutama lingkungan keluarga yang menjadi penentu bagaimana kita akan bersikap terhadap teman dan lingkungan sekitar kita. Keluarga menjadi kunci bagaimana nantinya kita akan menjalani kehidupan. Mengingat film pendek yang one take shot ini, saya sangat terkesan baik dengan aktor maupun jalan cerita film ini.