Definisi Bahagia Pasangan Sejoli Asian Games 2018

Hallo Passengers!

Kembali lagi nih, sama aku di artikel PIDAS. Nah, pada artikel kali ini aku mau ngebahas tentang acara yang pasti familiar banget bagi kalian. Passengers tau dong kalau belum lama ini telah terselenggara pesta olahraga terbesar Asia di Indonesia? Yup, pada 18 Agustus lalu, Indonesia tepatnya Jakarta dan Palembang berkesempatan menjadi tuan rumah terselenggaranya Asian Games ke-18. Pasti yang selalu terkenang dalam benak kalian jika membicarakan Asian Games adalah pesta pembukannya kan? Memang benar, Passengers, pesta pembukaan Asian Games emang luar biasa banget dengan segala konsep acara yang bener-bener menarik dan keren abis, aku pun salut sekali dengan para mistermind dibalik itu semua. Selain itu, kita patut bangga, lho, terhadap atlet-atlet Indonesia karena atas usaha keras para atlet dan juga doa segenap warga Indonesia mereka pun berhasil memboyong 98 medali dengan rincian 31 medali emas, 24 medali perak, dan 43 medali perunggu. Salah satu cabang olahraga yang menjadi lumbung medali emas untuk Indonesia pada ajang Asian Games kali ini berasal dari pencak silat yang menyumbangkan 14 keping emas. Walau pencak silat merupakan cabang olahraga baru yang dipertandingkan dalam Asian Games, namun pencak silat ternyata mampu menunjukkan kehebatannya.

Eitss.. tapi, Asian Games itu gak selalu tentang pertandingan dan perolehan medali aja lho, Passengers. Lebih dari itu, terselip sejumlah kisah suka maupun duka di balik layar pertandingan. Tak terkecuali apa yang dialami oleh Iqbal Candra Pratama dan Sarah Tria Monita. Keduanya adalah pengantin baru peraih medali emas pencak silat dalam kategori yang berbeda. Mereka pun mendapat julukan sebagai pasangan yang berhasil mengawinkan emas.

SAVE_20180922_210055

Iqbal adalah seorang pesilat asal Samarinda. Pemuda berusia 22 tahun itu berhasil mempersembahkan emas keenam dari cabang pencak silat usai menumbangkan pesilat Vietnam, Nguyen Ngoc Toan, pada babak final tarung kelas D Putra 60-65 kg dengan skor 4-1. Istrinya, Sarah, adalah seorang pesilat 23 tahun dari Surabaya. Ia menang telak dengan skor 5-0 melawan pesilat Laos, Vongphakady Nong Oy di kelas C 55-60 kg.

Baik Iqbal maupun Sarah memang sama-sama menggilai pencak silat. Keduanya bertemu pada 2012 kala mengikuti Pekan Olahraga Pelajar di Makassar. Mereka baru menikah saat 5 bulan sebelum berlangsungnya Asian Games 2018 dan belum sempat berbulan madu. Walau begitu, pasangan ini tak pernah merasa keberatan soal membagi waktu. Bahkan, setelah menikah mereka langsung ikut karantina pelatihan nasional (Pelatnas).

Setelah Sarah berhasil memastikan medali ketujuh dari cabang pencak silat untuk Indonesia, Iqbal menyambutnya dan keduanya berpelukan yang mengundang histeris para pendukung di arena pertandingan itu. Keduanya pantas untuk terharu. Baru saja mereka menikah pada 23 Maret 2018 lalu, kini keduanya berhasil mengawinkan sepasang medali emas untuk Indonesia, sesuai dengan ikrar mereka bahwa harus fokus menghadapi Asian Games demi membanggakan Indonesia. Wah, sungguh pasangan yang luar biasa, ya, Passengers!

Nah, berpindah haluan dari kisah Iqbal-Sarah, ternyata masih ada, lho, kisah dua sejoli yang juga berhasil mengawinkan emas pada ajang Asian Games tahun ini, yaitu Hanifan Yunadi dan Pipit Kamelia.

Pipit lebih dulu mendapat medali emas dalam kategori kelas D (60-65 kg) putri pada Rabu, 29 Agustus 2018 lalu. Dalam final di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini, Jakarta, Pipit Kamelia mengkandaskan perlawanan pesilat Vietnam, Nguyen Thi Cam Nhi dengan skor telak 5-0. Tak lama berselang, Hanifan Yudani Kusumah brhasil mengikuti jejak wanita pujaan dengan menaklukkan pesilat vietnam, Nguyen Thai Linh dalam kategori kelas c (55-60 kg) dengan skor 3-2.

Prestasi ini sekaligus membayar kegagalan Hanifan dan Pipit pada multievent satu level lebih rendah di bawah Asian Games, yakni Sea Games 2017. Pada Sea Games 2017 di Malaysia lalu, Hanifan Yudani dan Pipit Kamelia hanya mampu membawa pulang medali perunggu dan perak.

Kemenangan Hanifan ini membuat publik di tanah air terkejut karena ia berhasil menciptakan sebuah momen bersejarah dimana dua rival politik yang akan bertarung pada (Pemilihan Presiden) Pilpres 2019 itu berpelukan haru dengan dirinya di tengah venue pertandingan. Kejadian ini pun disambut tepuk tangan riuh para penonton pertandingan.

Peraih medali emas di partai tunggal putra ini mengatakan pelukan itu bermakna persatuan. Ia pun berharap, melalui pencak silat, tak hanya persatuan antara Prabowo dan Jokowi yang dapat dipererat. Namun juga Indonesia harus bisa senantiasa rukun dan tak diwarnai perpecahan berkat adanya olahraga. Ia juga berpesan untuk Pilpres 2019 agar dapat menjaga rasa sportif dalam berkontestasi seperti laiknya pertandingan olahraga.

Omong-omong tentang kisah cinta Hanifan dan Pipit. Ternyata, mereka pertama kali bertemu di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016. Wah, hampir mirip dengan pertemuan pertama Iqbal dan Sarah ya, Passengers! Namun, awalnya mereka saling membenci karena Pipit berpikir Hanifan adalah orang yang tengil dan banyak gaya.

Namun, tak disangka-sangka, jalan takdir mempertemukan keduanya pada seleksi nasional (seleknas) Asian Games 2018. Berada dalam satu tim ditambah selalu latihan bersama membuat Pipit  semakin mengenal kepribadian Hanifan yang sangat bertolak belakang dengan penilaiannya pada saat pertama kali bertemu. Menurut Pipit, Hanifan merupakan orang yang bisa diajak bertukar pikiran serta dapat menjadi lawan tanding yang baik. Mulai dari situlah, benih-benih cinta tumbuh dalam hati mereka.

Setelah membuat heboh dengan tercipta momen berpelukkannya ia bersama Jokowi dan Prabowo, lagi-lagi, Hanifan kembali melakukan hal yang mengejutkan di depan publik. Kali ini, Hanifan dengan penuh keberanian melamar sang kekasih, Pipit Kamelia saat siaran langsung sebuah program salah satu stasiun televisi swasta nasional.

Untuk menjawab lamaran tersbut, Pipit diberikan dua syarat. Syaratnya pun cukup unik, lho, yaitu jika Pipit menolak, maka ia harus menonjok Hanifan sekeras-kerasnya, namun jika lamaran tersebut diterima, maka Pipit harus melakukan tendangan sabit kiri. Tak perlu waktu lama untuk berpikir, Pipit langsung bereaksi dengan memberikan tendangan sabit kiri kepada Hanifan. Tendangan penerimaan lamaran Hanifan itu langsung disambut dengan tersematnya cincin pada jari manis Pipit. Sontak para atlet lain yang menyaksikan adegan lamaran tersebut memberikan tepuk tangan meriah. Wah, romantis banget ya!

Nah, begitulah sedikit cuplikan tentang kisah yang mendefinisikan kebahagiaan para atlet kita. Mereka luar biasa banget, ya, Passengers selain searena dalam bertanding, sehati, mereka juga bisa saling mengawinkan emas.

Oke, karena artikel ini memang sudah cukup panjang, aku, Shafa pamit dulu ya. Sampai bertemu di artikel berikutnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *