Holaa P-assengers!!! Akhirnya buat artikel lagi nih setelah sekian lama udah gak buat artikel. Diartikel kali ini gua mau nge-review buku yang udah gua baca nih. Terus dalam rangka apa sih gua ngereview buku? jadi, PIDAS saat tanggal 2 Mei kemarin, ngadain acara namanya PENTAS . Jadi PENTAS punya kepanjangan, yaitu Hari Pendidikan Nasional untuk PIDAS. Di sini, kita sebagai seluruh anggota PIDAS bawa buku ( bisa novel, kumpulan puisi, dll). Setelah itu kita tuker -tukeran buku, nah nanti buku yang kita dapet akan kita review diartikel ini. Kebetulan, buku yang gua dapet itu udah pernah gua baca jadinya gak terlalu sulit untuk ngereviewnya. Bukunya itu buatan salah satu penulis terkenal di Indonesia dengan gaya bahasanya yang berbeda, yaitu Ika Natassa.
Jadi bukunya itu berjudul Critical Eleven, yang terbit pertama kali tahun 2015. Sebelum gua ngereview buku ini, gua bakal kasih tau info sedikit tentang Ika Natassa. Ika Natassa adalah penulis Indonesia dan juga seorang bankir di salah satu bank terbesar di Indonesia. Dia suka menulis sejak sejak kecil dan selesai menulis novel pertamanya dalam bahasa Inggris pada usia 19. Dia terkenal karena menulis serangkaian novel populer yang berfokus pada kehidupan para bankir muda di Indonesia (kita bisa lihat lewat gaya bahasa dan penulisannya. Novel debutnya A Very Yuppy Wedding diterbitkan pada tahun 2007, dan dia telah merilis tujuh buku sejak: Divortiare (2008), Underground (2010), Antologi Rasa (2011), Twivortiare (2012), Twivortiare 2 (2014), Critical Eleven (2015), dan An Architecture of Love (2016).
Jadi kita mulai aja review buku Critical Elevennya. Dari cover bukunya saja kita sudah bisa lihat kalau buku ini mengambil tema mengenai pesawat dan airport. Dalam dunia penerbangan sendiri, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat, yaitu tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing. Mengapa? karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu.
Critical Eleven bercerita mengenai Ale yaitu seorang petroleum engineer dan Anya seorang management consultant. Novel ini memakai alur mundur dan yang unik dari novel ini adalah gaya bercerita yang berasal dari 2 sudut pandang, Ale dan Anya jadi kita bisa menilai masing-masing karakter dari cara penuturannya.
Anya tipikal independent woman yang cantik dan mempunyai postur yang mendekati sempurna, pintar, dan ia juga tangguh. Kalau Ale adalah sosok laki-laki yang ganteng, tinggi, kaya, dan pintar. Ale dan Anya bertemu di pesawat dalam penerbangan Jakarta-Sydney. Biasanya Anya tidak pernah sebelahan sama orang yang cocok diajak ngobrol, tapi pada penerbangan itu dia beruntung. Seperti orang yang baru kenal, mereka awalnya canggung tapi karena keduanya sama-sama tertarik akhirnya obrolan menjadi lancar sampai mereka tiba di Sydney. Sebelum berpisah mereka bertukar nomor telepon, tapi selama Anya di Sydney Ale belum menghubunginya. Ale baru menghubungi Anya ketika dia pulang ke Jakarta.
Setelah melewati masa pacaran, Ale melamar Anya di mobil waktu Ale mau balik ke offshore (teluk Mexico), dan Anya menerimanya. Mereka pun menikah beberapa saat setelah itu. Mereka menjalani hubungan jarak jauh (LDR)
Seperti layaknya pasangan suami istri mereka merasa sangat bahagia waktu Anya akhirnya hamil anak pertama mereka. Semua berjalan dengan baik, Ale yang happy banget mau punya anak, mendekor ulang kamar lain untuk anak mereka. Dia sendiri yang turun tangan untuk mengerjakan detailnya dikala off dari pekerjaan. Menjelang due date kamar itu selesai beserta seluruh isinya termasuk baju untuk anak mereka.
Tragedi datang saat menjelang due date tiba-tiba si bayi tidak bergerak, padahal biasanya dia aktif. Karena cemas Anya pergi ke dokter buat periksa dan ternyata detak jantung anaknya sudah tidak ada. Pas Anya melahirkan untungnya Ale juga lagi perjalanan pulang ke Jakarta jadi bisa mendampingi istrinya menjalani masa sulit.
Pasangan itu sangat berduka karena kehilangan anak mereka tersebut. Mereka berduka dengan cara yang berbeda dan sendiri-sendiri. Anya menikmati tidur di kamar anak mereka untuk mengenangnya. Sedangkan Ale rutin datang untuk mendoakan dan membersihkan makamnya. Puncak permasalahan rumah tangga mereka adalah waktu Ale bilang “Mungkin Aidan (nama anak mereka) masih tetap hidup kalau Anya gak terlalu sibuk”. Ngomongnya pelan, tapi bagi Ibu yang baru kehilangan anaknya itu rasanya seperti disalahkan suami karena menjadi “pembunuh” anak sendiri. Keceplosan ngomong seperti itu, Ale menyesal dan ingin menarik omongannya, tapi apa daya Anya sudah terlanjur sakit hati.
Mereka agak baikan saat ulang tahun Ale yang ke-33. Saat itu Anya disuruh pura-pura kabur oleh adiknya Ale untuk ngerjain abangnya. Skenario itu berlangsung sangat sukses ditambah Anya yang telat datang ke surprise party itu. Pulang dari acara tersebut mereka yang sebenarnya sudah sama-sama kangen berdamai secara fisik dan kembali menjadi suami istri lagi, walaupun setelah itu Anya menangis karena ternyata hatinya berkhianat. Dia masih menginginkan Ale, seseorang yang sebenarnya ingin dilupakannya.
Setelah malam itu Ale merasa hubungan mereka sudah mulai membaik, tapi tidak bagi Anya. Mereka masih berkutat dengan pemahaman masing-masing. Pagi itu Anya ke kantor dan sesampai di kantor dia pusing dan pingsan. Teman-teman kantor membawanya ke dokter dan dia menjalani beberap tes. Kesimpulannya Anya hamil lagi. Setelah pulang dari dokter, Anya memberanikan diri ke makam Aidan. Ale yang dikasih tau sama penjaga makam langsung nyusul ke makam, mereka akhirnya berduka bersama.
Ending novel ini adalah Anya sudah berdamai dengan hatinya dan siap-siap kasih tau Ale kalau ada calon adik Aidan di perutnya.
Nah itu review dari buku Critical Eleven, ada sedih ada romantisnyaa juga kan. Buat kalian yang belum baca bukunya, yuk baca sekarang karena buku ini seru banget loh! By the way, buku ini udah dijadiin film dan kalian sudah bisa nonton di bioskop kesayangan kalian.