Ciao, This Is Arina

Selasa malam pukul 10, saat semua mata sedang beristirahat dari penatnya urusan dunia, seorang bayi perempuan mungil telah lahir di dunia. 9 September 2003 resmi menjadi hari yang menyenakangkan nun bersejarah. Arina Qonita, begitu namanya. Sebuah nama indah penuh arti dan makna teiring doa dari orang-orang terkasih. Banyak yang bilang saat ia lahir, matanya berbinar dan mukanya seperti kepiting rebus, merah padam. Mungkin masih malu-malu kucing setelah lahir di dunia? entahlah.

Dari dulu, Arina selalu saja ingin jadi pemenang. Nomor satu, nomor wahid pokoknya. Apapun itu, mau dari nilai sampai solat harus jadi yang tercepat dan terdepan. Jadi tak jarang, Ia selalu kena omel karena ritme solatnya terlalu cepat, padahal Ia hanya ingin lebih dulu dari kakaknya, pokoknya nomor satu. Bisa dibilang, tekad yang ada dalam dirinya sangat kuat, Arina selalu berjuang mendapat apa yang ia inginkan, pokoknya semua harus dapat. Beruntung, memang beberapa keinginan berhasil diraih berkat kerja keras pribadinya.

Arina juga dikenal sebagai orang yang kreatif, cerdas, dan aktif berbicara. Sejak dulu, Ia selalu mengikuti perkembangan dunia, terutama mengenai dunia politik. Tak heran, ia sempat menjadi anak emas salah satu guru mata pelajaran PPKN karena pengetahuan dan sikap kritisnya. Sikap Arina yang terlalu aktif berbicara kadang sampai membuat kepala orang lain pening, suaranya benar-benar tak bisa berhenti. Itu merupakan suatu hal yang istimewa, hingga tak jarang Ia mudah membuat rindu jika suatu hari absen sekolah. Seperti ada yang hilang.

Arina itu ambisius. Selalu berusaha mendapat yang Ia inginkan, bekerja keras demi sebuah usaha yang terbayar. Bagi Arina, cukup sulit untuk masuk ke sekolah ungggulan yang sangat terpandang tanpa adanya bantuan lembaga bimbingan belajar. Namun, meski terganjar oleh perkara ekonomi, Arina bisa membutikan bahwa ia mampu. Kini mendekati seleksi perguruan tinggi, Ia kembali diselimuti rasa takut dan tak percaya diri. Namun, Ia percaya bahwa Ia bisa menginjakkan kaki di Kampus terbaik, Universitas Indonesia.

Di masa depan, Ia ingin sekali menjadi seorang yang dapat berguna bagi kemaslahatan masyarakat. Ia ingin  menjadi dokter, meski kadang cita-citanya sering berubah seiring berjalannya waktu. Sudahlah, biarkan waktu dan rencana tuhan berjalan dengan semestinya, yang penting Ia tetap belajar dan berusaha dengan giat. Dari lubuk hatinya, terpancar doa dan cita-cita yang tinggi. Sebuah harapan untuk hidup keluarganya yang lebih baik. Doa terbaik teriring untuknya.

#DasarPenulisanSatu #MenulisuntukPIDAS81 #PIDAS81 #Tugas2 #Insignia

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *